Tahukah Kawan GNFI? Nama Bandung tentu sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Pada zaman prasejarah, Bandung tidak bisa dipisahkan dengan danau purba. Sebab, dulunya Bandung adalah bekas danau purba.
Alasan dulunya Bandung merupakan bekas danau purba karena dari karakteristik geografisnya berupa cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan yang aktif. Kemudian, ternyata uniknya Bandung memiliki dua danau berdasarkan rasa airnya.
Terbentuknya danau purba di Bandung akibat dari aktivitas letusan Gunung Sunda sekitar 20 hingga 15 juta tahun yang lalu. Material dari hasil erupsi gunung tersebut menyumbat Sungai Citarum di Lembah Cimeta, Padalarang hingga akhirnya membentuk Danau Bandung Purba atau dikenal sebagai Situ Hiang.
Selain itu, bukti Bandung dulunya adalah danau purba air tawar adalah ditemukan tanah yang masih becek sehingga sering disebut ranca atau rawa, seperti Rancaekek, Rancamanyar, dan Rancabatok.
Sedangkan, danau purba air asin merupakan sisa dari bekas laut karena dulunya Bandung masih di bawah dasar laut. Bukti lainnya adalah ditemukan fosil kerang raksasa purba, nama ilmiahnya adalah Tridacna gigas yang sudah disimpan di Museum Geologi Bandung serta terdapat batu kapur di Citatah dan Stone Garden Padalarang yang dulunya bekas terumbu karang.
Baca juga: Wilayah Ini Jadi Bukti Bandung Raya Dulu Berada di Dasar Laut, Fosil Kerang Bisa Ditemukan!
Karena hasil erupsi tidak bisa membendung aliran air di Sungai Citarum, akhirnya Danau Purba Bandung perlahan-lahan surut hingga menjadi daratan yang didiami oleh manusia hingga sekarang.
Bandung di Zaman Pemerintahan Kolonial Belanda
Pada awal zaman Pemerintahan Kolonial Belanda, Bandung tidak masuk rencana pembangunan Pemerintahan Kolonial Belanda. Kemudian, para penjajah tidak sengaja menemukan Kota Bandung yang masih didiami oleh penduduk lokal.
Baca juga: Sudah Berusia Lebih dari Dua Abad, Inilah Asal-Usul Kota Bandung dari Berbagai Sisi
Sejak para penjajah mengetahui Kota Bandung, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Daendels, memerintahkan untuk membangun jalan di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura). Jalan tersebut melewati Kota Bandung yang dekat dengan Gedung Merdeka.
Dulu, lingkungan sekitar Bandung berupa hutan dan perkebunan. Ketika orang-orang Belanda datang ke Bandung, mereka melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata daerahnya berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan karena jenis tanahnya andosol (hasil dari erupsi gunung berapi) yang sangat subur untuk bercocok tanam. Ditambah lagi, iklim di Bandung cenderung sejuk seperti Eropa sehingga disitulah cikal bakal sistem tanam paksa atau cultuurstelsel.
Bagi yang tidak memiliki tanah, maka orang tersebut harus bekerja di perkebunan atau pabrik milik Pemerintah Kolonial Belanda selama satu tahun.
Hasil bumi tersebut yang dipanen dijual ke Pemerintah Kolonial Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan. Kemudian, hasil buminya diekspor ke luar negeri sehingga yang diuntungkan hanya para penjajah dan pengusaha tanah.
Jalur Kereta Api Bandung-Ciwidey, Peninggalan Sistem Tanam Paksa
Pada tahun 1917-1924, Pemerintah Kolonial Belanda membangun jalur kereta api dari Bandung ke Ciwidey. Sebab, terjadi kenaikan jumlah penduduk dan permintaan bahan pangan di Bandung, seperti beras, kentang, jagung, bawang, dan buah-buahan sehingga harga bahan pangan semakin naik.
Tujuan dibangunnya jalur kereta tersebut adalah mempermudah akses logistik hasil bumi secara efisien ke perkotaan sehingga mampu menekan harga bahan pangan.
Akan tetapi, jalur kereta api Bandung-Ciwidey berhenti beroperasi pada tahun 1980-an karena banyaknya kecelakaan dan kalah bersaing dengan transportasi jalan raya.
3 Alasan Jalur Kereta Api Bandung-Ciwidey harus Segera Direaktivasi
Kabar baiknya, jalur kereta api Bandung-Ciwidey akan dilaksanakan reaktivasi, tetapi sedang menunggu persetujuan dari pemerintah pusat.
Adapun alasan-alasan jalur kereta api Bandung-Ciwidey harus direaktivasi pada zaman reformasi ini adalah sebagai berikut.
Pertama, terjadi kenaikan jumlah transportasi di jalan raya ketika weekend, libur nasional, dan liburan anak sekolah.
Kedua, jika jalur kereta api Bandung-Ciwidey beroperasi kembali, maka logistik hasil bumi semakin efisien waktunya dan murah biayanya.
Ketiga, meningkatkan pendapatan penduduk lokal di Ciwidey terutama sektor pariwisata karena Ciwidey memiliki banyak wisata alam yang sangat eksotis dan indah seperti Kawah Putih, Situ Patenggang, Ranca Upas, dan Perkebunan Teh Pangalengan.
Dengan demikian, Ciwidey harus ada akses transportasi massal (kereta api) guna mengurangi kemacetan di jalan raya, efisiensi logistik hasil bumi dari segi waktu dan biaya, dan meningkatkan kemajuan sektor pariwisata di Ciwidey.
Sumber:
- https://www.detik.com/jabar/berita/d-7332053/asal-usul-bandung-dari-danau-purba-hingga-pusat-kuliner
- https://travel.kompas.com/read/2022/07/22/192300427/3-tempat-wisata-prasejarah-di-bandung-ada-stone-garden?page=all
- https://kumparan.com/seputar-bandung/menelusuri-jejak-danau-bandung-purba-di-bandung-raya-22vbyYDtgEy/full
- https://www.merdeka.com/jabar/kisah-bandung-raya-yang-dulunya-danau-purba-jejaknya-masih-terlihat-hingga-sekarang-104370-mvk.html?page=8
- https://tirto.id/jalur-kereta-api-bandung-ciwidey-menderu-ke-bandung-selatan-gwsk
- https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20220711110107-574-819882/sistem-tanam-paksa-belanda-di-masa-penjajahan-sejarah-dan-aturannya#:~:text=Sistem%20Tanam%20Paksa%20Belanda%20di%20Masa%20Penjajahan%2C%20Sejarah%20dan%20Aturannya,-tim%20%7C%20CNN%20Indonesia&text=Sistem%20tanam%20paksa%20Belanda%20atau,penjajahan%20pemerintah%20kolonial%20pada%201830
- https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-137961459/ciwidey-macet-parah-polisi-berlakukan-one-way-untuk-urai-antrean-kendaraan?page=all
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News