Macaranga atau mahang merupakan tumbuhan endemik Indonesia yang banyak ditemukan di wilayah Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, hingga Papua.
Masyarakat lokal menyenalnya dengan sebutan mara atau danglo—di Jawa. Mahang kerap digunakan sebagai kayu bakar maupun bahan bangunan bagi suku adat di Papua.
Dikutip dari laman Universitas Airlangga, baru-baru ini mahang diolah menjadi minuman fermentasi yang disebut “Basi”.
Menurut berbagai penelitian, mahang mengandung senyawa metabolit sekunder yang bervariasi, terutama senyawa yang merupakan turunan Dihidrostilben.
Mengungkap khasiat mahang
Riset terhadap berbagai jenis mahang telah dirintis oleh para peneliti dari Universitas Airlangga sejak 14 tahun terakhir. Mereka mengungkap khasiat dari mahang yang dianggap sebagai tanaman liar yang tak berguna.
Tumbuhan mahang ditemukan berkhasiat untuk mengobati penyakit kanker hingga malaria.
Peneliti menemukan adanya senyawa dari golongan flavonol yang sangat aktif terhadap sel kanker paru-paru, sel kanker rahim, sel kanker payudara, dan Glioblastoma.
Secara khusus pada jenis Macaranga gigantea, ditemukan senyawa baru bernama macagigantin A yang dapat menjadi kandidat bahan aktif, alternatif obat kanker payudara.
Hasil penelitian ini merupakan prospek cerah bagi dunia kesehatan serta memberikan harapan bagi penderita kanker payudara, khususnya para perempuan.
Baca juga Lidah Buaya, Tanaman Berjuta Manfaat yang Identik dengan Kota Pontianak
Alternatif obat malaria
Mahang khususnya jenis Macaranga javanica, memiliki senyawa golongan dihidrostilben. Ketika diujikan pada parasit yang ditularkan nyamuk malaria (Plasmodium falciparum), senyawa ini menjadi bahan aktif antimalaria.
Macaranga javanica merupakan jenis mahang endemik Jawa, tepatnya di Sukabumi, Jawa Barat. Tanaman ini pertama kali diidentifikasi oleh ahli botani Ismail Rachman dari LIPI Bogor.
Penemu senyawa antimalaria pada tumbuhan mahang, Prof. Dr, Mulyadi Tanjung, Drs. M.S., menyebut temuan ini memberikan prospek yang sangat bagus bagi pengobatan malaria berbasis bahan alam yang lebih aman.
Selama ini, pengobatan terhadap malaria menggunakan tumbuhan Chincona succirubra. Namun, faktor perubahan lingkungan memengaruhi resistensi parasit terhadap obat malaria yang selama ini telah digunakan.
Mengenal tanaman mahang
Mahang dikenal sebagai penyusun penting hutan-hutan sekunder atau pionir dalam proses peralihan dari bekas ladang menjadi hutan rimba (suksesi hutan).
Sebagian jenis mahang juga diketahui bersimbiosis dengan jenis-jenis semut tertentu—terutama kelompok Crematogaster—yang hidup di dalam rongga batang atau ranting-rantingnya.
Mahang berupa pohon kecil dengan ukuran yang bervariasi: dapat berupa semak atau tumbuhan merambat; perdu setinggi 2 meter; atau pepohonan setinggi hingga 15–30 meter.
Daun mahang cepat berguguran. Sementara bentuk bunganya bergerombol dalam kelompok berisi sedikit atau banyak kuntum. Beberapa jenis mahang menghasilkan buah yang disukai burung.
Baca juga 7 Tanaman Obat Herbal untuk Tetap Sehat di Tengah Musim Pancaroba
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News