4 pilar filosofi jawa untuk membangun mental baja dalam menghadapi hidup - News | Good News From Indonesia 2024

4 Pilar Filosofi Jawa untuk Bangun Mental Baja dalam Menghadapi Hidup

4 Pilar Filosofi Jawa untuk Bangun Mental Baja dalam Menghadapi Hidup
images info

Di tengah berbagai tantangan hidup, punya mentalitas yang tangguh adalah sebuah kebutuhan yang sangat penting, Kawan. Mental yang kuat bisa membuat seseorang tetap bertahan dalam menghadapi tekanan, ketidakpastian, dan bahkan kegagalan.

Salah satu wejangan yang dapat membantu kita dalam membangun mentalitas ini adalah filosofi JawaAja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman.

Keempat prinsip ini mengajarkan kesederhanaan dalam berpikir dan merespons situasi tertentu dengan bijak, yang pada akhirnya dapat memperkuat mentalitas seseorang.

Yuk, Kawan GNFI! Kita kupas satu per satu makna dari filosofi ini dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Aja Gumunan (Jangan Mudah Heran)

Aja gumunan berarti jangan mudah heran atau terkejut oleh hal-hal baru. Pilar ini mengajarkan kita untuk bersikap tenang dan tidak mudah terpancing oleh sesuatu yang tampaknya mengejutkan atau luar biasa (Sevtyan et al., 2018).

Dalam dunia yang fast paced dan dinamis ini, selalu ada hal-hal baru yang datang silih berganti, entah itu teknologi, tren, atau masalah sosial. Kalau kita mudah terkejut atau terpancing, kita akan mudah kehilangan fokus dan terbawa arus perubahan tanpa memahami esensinya.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan tetap tenang dalam perubahan adalah langkah pertama dalam membangun mental yang kuat. Dengan begitu, kita dapat memilah mana hal yang benar-benar penting dan mana yang cuma sekadar hype sesaat.

2. Aja Getunan (Jangan Mudah Menyesal)

Prinsip kedua ini mengajarkan kita untuk tidak tenggelam dan terbawa dalam penyesalan. Aja getunan berarti jangan menyesali apa yang sudah berlalu karena penyesalan tidak akan mengubah keadaan.

Dalam hidup, kesalahan adalah hal yang wajar. Yang terpenting adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan tersebut dan melangkah maju dengan lebih bijaksana.

Mengasah kemampuan untuk bangkit dari kegagalan adalah kunci melatih mental kita dalam menghadapi masalah atau penyesalan. Dengan tidak terlalu lama terjebak di dalamnya, kita bisa terus melangkah ke depan dan memperbaiki diri.

3. Aja Kagetan (Jangan Mudah Kaget)

Hampir sama dengan aja gumunan, aja kagetan mengajarkan agar kita tidak mudah kaget ketika menghadapi situasi sulit atau tak terduga.

Tantangan hidup akan selalu ada, baik dalam karier maupun hubungan pribadi. Saat kita kaget dan kehilangan kendali atas diri kita sendiri, akan sulit untuk kita mengambil keputusan yang rasional.

Pilar ini juga mengajarkan tentang pentingnya untuk punya prinsip diri yang kuat dan jiwa kemandirian dalam diri sendiri saat kita berada di situasi yang tidak pasti (Suprapto, 2015). Dalam kondisi ini, kita mengandalkan diri sendiri untuk mengatur reaksi dan perilaku akan hal baru, yang tentunya sulit dan membutuh waktu.

Orang dengan mental yang tangguh akan selalu siap untuk menghadapi ketidakpastian. Mereka punya kebiasaan untuk tetap tenang dan mencari solusi ketika dihadapkan pada situasi yang tidak terduga. Hal ini membuat mereka mempunyai resiliensi yang tinggi dan adaptif terhadap perubahan.

4. Aja Aleman (Jangan Manja)

Yang terakhir, aja aleman berarti jangan manja atau terlalu bergantung pada orang lain. Pilar ini mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab atas diri sendiri.

Orang yang kuat mentalnya tidak mudah menyerah ketika dihadapkan pada kesulitan. Mereka percaya bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh.

Dengan tidak bergantung pada orang lain, kita akan lebih siap menghadapi kerasnya kehidupan. Kemandirian yang dibangun dari prinsip ini akan membuat kita lebih percaya diri dan kuat dalam menghadapi berbagai rintangan.

7 Filosofi Masyarakat Jawa Tentang Kehidupan dan Manusia

Filosofi Jawa Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman memberikan pelajaran hidup yang sangat relevan dalam membangun mentalitas diri yang tangguh.

Dengan menerapkan keempat prinsip ini, kita dapat menghadapi hidup dengan sikap yang lebih tenang, optimis, dan penuh tanggung jawab.

Kawan GNFI, kita tidak hanya memperkaya diri dengan kearifan lokal, tetapi juga memperkuat diri untuk menghadapi tantangan zaman dengan menanamkan empat kebijaksanaan Jawa ini dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:

  • Sevtyan, A., Sobari, W., & Mochtar, H. (2018). Perilaku Gumunan: Memperluas kajian perilaku pemilih Jawa. POLITICO, 18(2).
  • Suprapto, R. H. (2015). Kitab petuah warisan leluhur Jawa. Laksana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.