Indonesia tinggal hitungan tahun mencapai usia ke-100. Kelak usia emas itu akan dirasakan pada 2045 mendatang, dan pemerintah pun berharap ada yang spesial untuk tahun tersebut. Visi Indonesia Emas lalu digalakkan sedari dini yang berharap pada tahun emas tersebut Indonesia bisa lebih maju di banyak sektor.
Hanya saja tak semua merasa impian itu terwujud. Ada yang optimistis, tapi ada juga yang pesimistis. Salah satunya pendiri sekolah alternatif berkonsep alam di Yogyakarta yang bernama Sanggar Anak Alam (SALAM), Sri Wahyaningsih.
Menurut Sri, ada banyak ketimpangan yang terjadi dewasa ini. Ia pun memperlihatkan respons yang tidak begitus optimistis untuk Indonesia pada 2045 mendatang.
Kesenjangan Melebar
“Kayaknya biasa-biasa aja,” ucap Sri dengan tawa saat menjawab pertanyaan Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk perihal Indonesia pada tahun 2045. Tawa yang diperlihatkan sosok yang kerap disapa Bu Wahya itu tampaknya menyiratkan banyak makna salah satunya keresahan.
Sri resah dengan cita-cita Indonesia Emas 2045 yang teramat tinggi tapi pemerintah tidak berkaca dengan situasi saat ini. Menurutnya tak ada daya dukung yang pesat dilakukan sehingga perkembangan pun tidak terlalu terlihat.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Hal itu tampaknya ada di dalam benak Sri Wahyaningsih mengenai penduduk Indonesia saat ini. Menurut Sri, kesenjangan ekonomi begitu kentara melebar karena kesadaran orang-orang yang mengatur pemerintahan besikap egois.
“Saya melihat kesenjangan itu sudah sangat lebar gitu loh. Enggak ada kesadaran bahwa ya mulai dari semua sektor. Dari tambang, dari apa, dari apa. Kayaknya banyak orang rakus,” ujarnya.
Oleh karena itu, sulit bagi Sri membayangkan Indonesia akan seperti yang direncanakan pemerintah. Menurutnya perlu adanya kesadaran yang tinggi agar kondisi buruk sekarang ini tidak berdampak pada tahun emas tersebut.
“Enggak bisa membayangkan (Indonesia Emas). Sekarang aja sudah kayak ngeri-ngeri gimana gitu membayangan itu,” ucap Sri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News