togog dan bilung tokoh wayang punakawan yang tak henti menyuarakan kebenaran - News | Good News From Indonesia 2024

Togog dan Bilung, Tokoh Wayang Punakawan yang Tak Henti Menyuarakan Kebenaran

Togog dan Bilung, Tokoh Wayang Punakawan yang Tak Henti Menyuarakan Kebenaran
images info

Kawan GNFI mungkin tidak asing lagi dengan tokoh wayang Punakawan, kan? Sekelompok abdi dari Pandawa yang berjumlah empat ini biasanya menjadi adegan yang paling ditunggu-tunggu ketika pementasan wayang kulit. Pastinya, salah satu yang diminati adalah adegan lucu dan menghiburnya, tetapi sarat akan makna.

Punakawan yang selama ini dikenal adalah Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun, pernahkah Kawan GNFI mendengar nama Togog dan Bilung? Ternyata mereka juga termasuk Punakawan, loh! Wah, kok bisa ya, memang mereka sebenarnya siapa, sih? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Asal-usul Togog dan Bilung

Dilansir dari jurnal Munazzama (2021), Punakawan merupakan tokoh pewayangan asli Nusantara, khususnya kebudayaan Jawa. Keberadaannya bahkan lebih dahulu ada sebelum adanya akulturasi budaya Hindu dan Islam.

Togog dan Bilung memiliki tugas yang sama dengan anggota Punakawan lain, yakni menjadi abdi dari kesatria. Perbedaannya adalah Punakawan lain menjadi abdi kesatria yang berperan sebagai tokoh protagonis. Adapun Togog dan Bilung menjadi abdi dari tokoh antagonis.

Baca juga: Menyelami Makna Filosofis Tokoh Pewayangan Jawa, Punakawan

Berdasarkan artikel yang terdapat dalam jurnal Jantra Vol. VI (2011), kisah kelahiran Togog berasal dari telur yang diubah menjadi bayi. Togog merupakan putra dari Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rekatawati.

Ketika Dewi Rekatawati melahirkan, ia terkejut karena yang dilahirkan bukanlah berwujud bayi, melainkan sebuah telur. Sang Hyang Tunggal merasa malu dan memohon kepada Sang Hyang Wenang agar mengubah telur tersebut menjadi bayi. Permohonan tersebut akhirnya dikabulkan.

Telur yang terdiri dari cangkang telur, putih telur, dan kuning telur, masing-masing bagian tersebut berubah menjadi bayi. Antaga merupakan saudara tertua, ia berasal dari kulit telur. Adapun Ismaya adalah bagian putih telur, dan Manikmaya adalah kuning telurnya.

Suatu hari, Ismaya berperang melawan saudaranya sendiri, yakni Antaga, karena berebut tahta Tribuana. Keduanya sama-sama kuat dan sakti, sehingga tidak ada yang menang dan kalah dari pertempuran tersebut.

Keduanya kemudian mengadakan taruhan. Barang siapa yang berhasil menelan gunung sekaligus, ialah pemenangnya. Antaga yang berusaha berkali-kali menelan gunung selalu gagal hingga menyebabkan mulutnya robek. Rupanya, Ismayalah yang berhasil menelan gunung tersebut hingga menyebabkan perutnya menjadi besar.

Melihat perselisihan tersebut, Sang Hyang Tunggal menjadi sangat murka. Ia kemudian menghukumnya dengan menurunkan mereka ke bumi. Antaga kemudian diubah namanya menjadi Togog dan diturunkan di Arcapada untuk menyampaikan tuntunan. Adapun Ismaya juga ditugaskan sebagai abdi untuk membina keturunan Witaradya, kesatria di Jawadwipa.

Keduanya meminta diberi teman dalam tugasnya. Sang Hyang Tunggal pun memberi Ismaya seorang teman yang terbentuk dari bayangannya sendiri, bernama Bagong.

Begitu pula dengan Togog yang meminta untuk diberi teman dalam tugasnya. Sang Hyang Tunggal pun memberinya seorang teman bernama Bilung, yang merupakan manifestasi dari kekuatannya sendiri.

Tugas Togog dan Bilung

Togog dan Bilung adalah abdi dari tokoh antagonis dalam pewayangan. Sebagai abdi, mereka selalu memberi nasihat kepada tuannya mengenai perbuatan hingga keputusan yang akan diambil.

Tugasnya ini terlihat lebih berat dibandingkan dengan tugas Punakawan lain yang bertugas sebagai abdi dari tokoh kesatria protagonis. Tidak jarang, nasihat dan tuntunan yang mereka berikan tidak didengarkan oleh tuannya. Meskipun demikian, mereka tidak akan menyerah.

Baca juga: Sakuntala, Tokoh Wayang Perempuan Nenek Moyang Pandawa dan Kurawa

Togog dan Bilung yang berada di posisi tokoh antagonis bukan berarti keduanya juga berwatak antagonis. Kedua tokoh ini justru menjadi simbol perlawanan terhadap angkara murka. Karakter Togog yang selalu memberi saran kepada tuannya ini, tercermin dari mulutnya yang lebar.

Togog dan Bilung adalah representasi manusia yang menjalankan pengabdian. Mengabdi adalah menjadi bermanfaat dan dapat diandalkan untuk lingkungan sekitar. Selain itu, mengabdi juga tidak hanya menjalankan segala hal yang diperintahkan tetapi juga berani menyuarakan kebenaran ketika terdapat suatu hal yang menyimpang.

Referensi:

Albiladiyah, S. I. (2011). Panakawan dalam Pewayangan. Jantra Vol. VI, No.12, 178-189.

Hidayatullah, A. (2021). Walisongo Da'wah Strategy:Analysis of the Symbolism of Amar Ma’ruf Nahi Munkarin Semar and Togog Characters. Munazzama, 63-78.

https://journal.walisongo.ac.id/index.php/munazzama/article/view/8789

https://repositori.kemdikbud.go.id/5135/1/Jantra_Vol._VI_No._12_Desember_2011.pdf#page=76

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.