Di tengah riuhnya kisah candi-candi besar di Jawa Timur, ada satu candi yang nyaris tenggelam dalam ingatansejarah, yaituCandi Gunung Gangsir. Tak banyak yang tahu, di balik reruntuhan batu bata merah yang menua ini tersimpan legenda mistis tentang seorang wanita bernama Nyi Sri Gati.
Sebuah kisah tentang pengabdian, kekayaan, dan keajaiban yang menjadi dasar terbentuknya masyarakat agraris di daerah tersebut. Namun, seiring waktu, candi ini tak hanya terlupakan oleh sejarah, tapi juga mengalami kerusakan parah tanpa adanya pemugaran yang layak. Apa sebenarnya yang membuat Candi Gunung Gangsir begitu istimewa?
Mari kita menelusuri jejak sejarah dan legenda yang menyelimuti candi ini.
Sejarah Candi Gunung Gangsir
Candi Gunung Gangsir, yang juga dikenal sebagai Candi Keboncandi, dibangun pada abad ke-11 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Airlangga. Menariknya, penamaan Candi Gunung Gangsir diambil dari lokasi candi yang berada di Desa Gunung Gangsir. Candi ini terbuat dari batu bata merah, namun fungsi pastinya masih menjadi misteri hingga kini.
Menurut cerita masyarakat sekitar, candi ini dibangun untuk menghormati Nyi Sri Gati, yang dijuluki Mbok Randa Derma (janda murah hati). Ia dikenal karena jasanya dalam mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat yang saat itu hidup secara nomaden. Sebelum kehadiran Nyi Sri Gati, masyarakat di daerah ini hanya bergantung pada rerumputan untuk makanan mereka.
Legenda Nyi Sri Gati
Nyi Sri Gati adalah sosok yang sangat dihormati dalam legenda setempat. Dikatakan bahwa pada suatu ketika, ketika masyarakat menghadapi kelaparan, Nyi Sri Gati muncul dan mengajak mereka berdoa kepada Hyang Widi untuk meminta petunjuk. Keajaiban terjadi ketika segerombolan burung gelatik menjatuhkan padi-padian di dekat mereka. Nyi Sri Gati lalu menanam padi tersebut dan setelah beberapa bulan, padi itu dapat dipanen.
Setelah panen, Nyi Sri Gati mengolah padi menjadi nasi dan mengajarkan teknik bercocok tanam kepada masyarakat. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia mengubah kehidupan pengembara menjadi petani yang makmur. Menariknya, sebagian dari padi yang dijatuhkan oleh burung gelatik tersebut dikatakan berubah menjadi permata, yang membuat Nyi Sri Gati kaya raya.
Keberadaan Candi yang Terlupakan
Candi Gunung Gangsir belum pernah dipugar secara menyeluruh. Meskipun terlihat megah, banyak bagian yang sudah hancur, terutama akibat kerusakan pada masa penjajahan Jepang. Banyak hiasan candi yang diambil untuk membiayai perang, dan setelah itu, masyarakat melakukan perbaikan seadanya tanpa pengetahuan yang cukup tentang pemugaran candi.
Bangunan candi ini memiliki kaki berbentuk segi empat dengan ukuran sekitar 15 x 15 meter dan tinggi mencapai 15 meter. Di dalamnya terdapat ruangan yang dapat menampung hingga 50 orang. Sayangnya, akses masuk ke dalam candi sangat sulit karena tangga yang menuju pintu masuk sudah hancur.
Bagian atap candi yang melengkung dengan ujung tumpul seperti puncak gunung pun kini telah mengalami kerusakan. Beberapa hiasan yang masih tersisa di dinding candi, seperti pahatan gambar wadah dan gambar seorang wanita, menunjukkan seni yang halus dan memukau.
Candi Gunung Gangsir bukan hanya sekadar bangunan bersejarah; ia menyimpan kisah kehidupan, perjuangan, dan perubahan masyarakat dari zaman ke zaman. Legenda Nyi Sri Gati memberikan makna yang lebih dalam tentang pentingnya pertanian bagi kehidupan masyarakat pada masa lalu. Meskipun terlupakan, candi ini masih menyimpan potensi untuk menjadi objek wisata yang menarik dengan kisah yang bisa menginspirasi banyak orang.
Mari kita lestarikan sejarah dan budaya kita, kawan GNFI!
Sumber artikel:
- https://idsejarah.net/2017/05/candi-gunung-gangsir.html
- https://www.pasuruankab.go.id/potensi/candi-gunung-gangsir
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News