sri wahyaningsih sebut beda salam dari sekolah biasa salah satunya tak ada tes pilihan jawaban - News | Good News From Indonesia 2024

Sri Wahyaningsih Sebut Beda SALAM dari Sekolah Biasa, Salah Satunya Tak Ada Tes Pilihan Jawaban

Sri Wahyaningsih Sebut Beda SALAM dari Sekolah Biasa, Salah Satunya Tak Ada Tes Pilihan Jawaban
images info

Sri Wahyaningsih adalah pendiri sekolah unik dengan mengedepankan konsep alam yang diberi nama Sanggar Anak Alam (SALAM). Letak sekolah tersebut di Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul dan sudah berdiri sejak 1988 lalu.

Berdirinya SALAM tercetus dari rasa prihatin dan perhatian Sri Wahyaningsih dan suaminya Toto Rahardjo yang tinggi akan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang kerap berubah-ubah dan tidak memaksimalkan kemampuan akademis peserta didik itulah yang membuat SALAM hadir sebagai tempat belajar alternatif.

SALAM beda daripada sekolah biasa. Sistem pembelajarannya yang mengedepankan metode analisa diharapkan Sri bisa membuat peserta didiknya mengembangkan bakatnya.

Tak Ada Multiple Choice

Keresehan terhadap dunia pendidikan dirasakan Sri, khususnya dalam penyajian asupan pembelajaran yang dilakukan sekolah formal. Ia sering melihat tes-tes yang diberikan ke peserta didik hanya dirancang untuk menentukan siapa yang bodoh dan siapa yang pintar.

SALAM lain. Di SALAM, Sri menegaskan tidak ada tes seperti itu karena peserta didik diajak untuk mempresentasikan kemampuannya lewat berbagai cara seperti talk show, podcast, hingga pameran fotografi.

“Daur Belajar” adalah sistem pembelajaran yang diterapkan di SALAM selama puluhan tahun. Peserta didik diajak mencatat, merekonstruksi, dan menceritakan kembali sebuah peristiwa yang bisa melahirkan diskusi antara peserta didik dengan fasilitatornya. Penerapan pembelajaran sistematis dan mendalam itulah yang membuat SALAM mengenyahkan multiple choice (pilihan jawaban) dalam tes.

“Kalau di sini kami enggak ada tes yang multiple choice, Jadi kita konsisten. Kalau kami ada ‘Daur Belajar’, jadi mulai dari kamu membuat perencanaan kemudian kamu punya data bisa ungkap data itu, dianalisa, kemudian bisa diambil kesimpulan. Terus berputar,” ucap Sri kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Fasilitator di SALAM turut menentukan apakah peserta didik mencapai golnya di peminatannya masing-masing. Maka dari itu, penilaian sepenuhnya ada dalam evaluasi fasilitator meskipun rapor juga diberikan seperti sekolah formal pada umumnya.

“Kita rapor ada, kan sebagai laporan hasil. Tapi anak itu mempresentasikan seperti tadi jadi bisa dengan pameran, workshop, presentasi. Fasilitator bisa melihat dengan dia mengungkapkan itu kelihatan enggak dia mampu apa enggak, apa masih butuh bantuan, apakah dia juga dalam mengerjakan menentukan sendiri, atau memang sudah terampil, nah itu kan diamati sama fasilitator. Jadi si fasilitator nanti yang memberikan feedback anak dan ke orang tua soal lingkungan itu,” ucap sosok yang kerap disapa Bu Wahya tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.