menyusuri jejak sejarah candi jawi warisan abadi kerajaan singasari - News | Good News From Indonesia 2024

Menyusuri Jejak Sejarah, Candi Jawi, Warisan Abadi Kerajaan Singasari

Menyusuri Jejak Sejarah, Candi Jawi, Warisan Abadi Kerajaan Singasari
images info

Kawan GNFI, siapa di sini yang suka menjelajah situs bersejarah? Jika kamu sedang berada di Pasuruan, Jawa Timur, ada satu destinasi yang nggak boleh terlewat—Candi Jawi. Tidak hanya memikat dengan arsitekturnya yang megah, candi ini juga menyimpan sejarah panjang dari masa kejayaan Kerajaan Singasari yang akan membuat kita penasaran.

Yuk, kita telusuri lebih dalam tentang Candi Jawi!

Sejarah Singkat Candi Jawi

Candi Jawi dibangun pada masa Kerajaan Singasari, sekitar abad ke-13 Masehi, ketika Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari, memerintah. Meski kerajaan ini berpusat di Malang, Candi Jawi terletak di Pasuruan dan dipilih sebagai tempat pendharmaan Raja Kertanegara setelah kematiannya pada tahun 1292 Masehi.

Menurut kitab Negarakertagama, candi ini didirikan untuk menghormati Kertanegara sebagai salah satu raja terkuat dan bijaksana yang memperluas pengaruh Singasari hingga luar Jawa.

Pendirian candi tersebut menjadi simbol penting dari kejayaan Singasari, sekaligus mencerminkan kekuatan spiritual sang raja yang dianggap suci oleh rakyatnya.

Candi Jawi juga memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Majapahit, khususnya saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Pada tahun 1359, dalam perjalanannya ke Lumajang, Hayam Wuruk mengunjungi Candi Jawi untuk menghormati leluhurnya dan memperkuat hubungan spiritual antara Singasari dan Majapahit. Ini menunjukkan betapa pentingnya Candi Jawi dalam sejarah dan spiritualitas Jawa Timur.

Lokasi dan Akses ke Candi Jawi

Candi Jawi terletak di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Lokasinya berada di kaki Gunung Welirang, sekitar 31 km dari pusat Kota Pasuruan. Akses menuju candi ini terbilang mudah karena jalurnya yang sudah baik dan dapat dijangkau oleh berbagai jenis kendaraan, baik pribadi maupun umum.

Wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah sepanjang perjalanan, karena candi ini berada di kawasan pegunungan dengan udara yang sejuk dan lingkungan hijau yang asri.

Arsitektur dan Makna Simbolis Candi Jawi

Tampak Arsitektur Candi Jawi yang Menawan
info gambar

Arsitektur Candi Jawi cukup unik karena mencerminkan perpaduan antara unsur Hindu dan Buddha. Secara fisik, candi ini berbentuk ramping dan tinggi dengan panjang 14,24 meter, lebar 9,55 meter, dan tinggi mencapai 24,5 meter.

Kawan GNFI, meskipun bagian kaki candi ini menunjukkan pengaruh Hindu melalui berbagai relief yang menggambarkan cerita-cerita dari epos Ramayana dan Mahabharata, bagian atapnya berbentuk seperti stupa yang merupakan elemen dari arsitektur Buddha.

Hal ini menunjukkan bahwa pada masa Kerajaan Singasari, terjadi sinkretisme antara agama Hindu dan Buddha, yang tercermin dalam struktur candi.

Candi Jawi dibangun dengan tiga bagian utama yang memiliki makna simbolis. Bagian kaki candi melambangkan dunia manusia yang masih terikat oleh keinginan dan hawa nafsu, bagian badan candi melambangkan usaha manusia untuk mencapai pencerahan, dan bagian atap candi yang menyerupai stupa melambangkan dunia spiritual yang lebih tinggi.

Desain ini juga menggambarkan konsep kosmologi Hindu-Buddha, di mana candi dipandang sebagai representasi alam semesta dalam bentuk vertikal, dari dunia bawah (manusia) menuju dunia atas (para dewa dan nirwana).

Candi ini juga dikelilingi oleh pagar batu bata yang setinggi 2 meter, serta dilengkapi parit yang ditumbuhi bunga teratai. Pagar dan parit tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pembatas. Namun, juga memberikan kesan sakral pada candi, mengingatkan pengunjung bahwa mereka memasuki tempat suci yang penuh dengan nilai spiritual.

Fungsi dan Tujuan Pembangunan Candi Jawi

Fungsi utama Candi Jawi masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli. Namun, sebagian besar sejarawan sepakat bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pendharmaan atau peringatan bagi Raja Kertanegara.

Pendharmaan adalah tradisi Hindu-Buddha di mana seorang raja yang telah wafat didharmakan dalam bentuk candi, dan di candi inilah arwahnya diyakini akan bersemayam. Meski begitu, ada juga pandangan bahwa abu jenazah Raja Kertanegara sebenarnya disimpan di Candi Singasari dan bukan di Candi Jawi.

Selain sebagai tempat pendharmaan, candi ini juga digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap dewa-dewa. Hal ini terlihat dari relief pradaksina yang menghiasi bagian dinding candi, yang menunjukkan ritual pemujaan terhadap dewa-dewa Hindu dan Buddha. Relief tersebut menggambarkan proses pradaksina, yakni berjalan mengelilingi candi searah jarum jam sebagai bentuk penghormatan dan pemujaan.

Menguak Mitos di balik Candi Jawi

Selain cerita sejarahnya yang panjang, Candi Jawi juga dikenal memiliki berbagai mitos dan legenda yang berkembang di masyarakat sekitar. Salah satu mitos yang populer adalah kisah tentang pertemuan Dewi Candrawati dengan Pangeran Sutasoma di candi ini yang konon terjadi di masa lampau.

Kisah ini terkait dengan cerita dalam kitab Sutasoma, sebuah karya sastra Jawa kuno yang sarat akan ajaran moral dan spiritual. Masyarakat setempat percaya bahwa pertemuan ini menandai awal mula hubungan romantis yang juga memiliki makna spiritual.

Tidak hanya itu, ada pula legenda tentang seorang putri dari Kerajaan Majapahit yang sering datang berziarah ke candi ini. Meski motifnya tidak jelas, kisah tersebut menambah aura mistis dari Candi Jawi.

Relief yang ada di dinding candi juga menyimpan misteri, terutama karena beberapa bagiannya telah rusak akibat cuaca dan usia. Namun, para peneliti terus berusaha mengungkap pesan-pesan tersembunyi di balik relief tersebut, yang mungkin mengandung informasi penting tentang kehidupan spiritual di masa lampau.

Pemugaran dan Pemeliharaan Candi Jawi

Candi Jawi pernah mengalami kerusakan parah akibat sambaran petir, yang menyebabkan bagian puncaknya runtuh. Kerusakan ini mengundang perhatian dari pemerintahan kolonial Belanda, yang kemudian memulai pemugaran pada tahun 1938 hingga 1941.

Selama proses pemugaran ini, banyak bagian candi yang dipulihkan ke bentuk aslinya, meskipun beberapa bagian dari struktur candi tetap rusak dan tidak dapat diperbaiki.

Pemugaran selanjutnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1975, melalui Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Upaya pemugaran ini berlangsung hingga tahun 1980 dan berhasil memperbaiki sebagian besar kerusakan yang terjadi pada candi.

Meskipun demikian, pemugaran ini tetap mempertahankan orisinalitas dari struktur aslinya, sehingga keindahan dan keagungan Candi Jawi dapat terus dinikmati hingga sekarang.

Kawan GNFI, Candi Jawi adalah salah satu bukti nyata dari keagungan masa lalu Kerajaan Singasari. Meski usianya sudah ratusan tahun, candi ini tetap berdiri kokoh sebagai saksi bisu sejarah panjang yang membentuk Nusantara.

Dengan perpaduan arsitektur Hindu-Buddha, pemandangan alam sekitar yang indah, serta cerita-cerita mistis yang menyertainya, Candi Jawi bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga sebuah warisan budaya yang perlu kita jaga bersama.

So, kalau Kawan GNFI berencana ke Pasuruan, jangan lupa singgah di Candi Jawi dan nikmatilah keindahan serta makna yang terkandung di dalamnya!

 

Sumber artikel:

  1. https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/candi-jawi/#Mitos_Candi_Jawi
  2. https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/kemegahan-candi-jawi-candi-peninggalan-singasari/
  3. https://www.pasuruankab.go.id/potensi/candi-jawi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.