Bagaimana jika Kawan GNFI sedang berkomunikasi dengan seseorang. Namun, lawan bicaranya hanya berbicara dengan ekspresi datar, tidak menggunakan bahasa tubuh, serta intonasi yang tidak jelas. Apakah pesan yang diterima cukup memuaskan?
Sejatinya suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik dan efektif jika terpenuhinya elemen penting dari suatu komunikasi tersebut. Di antaranya adalah komunikasi secara verbal dan nonverbal.
Aspek penting dari komunikasi nonverbal adalah pesan yang disampaikan diterima dengan cara tertentu oleh seseorang atau banyak orang. Hal yang sama juga berlaku pada komunikasi verbal. Sebab, kedua elemen ini saling berkaitan dalam membangun unsur efektivitas suatu komunikasi.
Bagi sebagian orang, mereka sudah cukup banyak memahami aspek penting dari komunikasi verbal. Akan tetapi, jarang mengetahui bahwa komunikasi secara nonverbal juga tak kalah penting untuk mendukung keefektifan komunikasi.
Tidak Sebatas Kesenian, Mari Gali Pengertian Budaya dari Sudut Pandang Komunikasi
Komunikasi Nonverbal dalam Buku The Interpersonal Communication Book
Joseph A. DeVito, seorang ahli komunikasi dalam bukunya The Interpersonal Communication Book menyebutkan, komunikasi nonverbal memiliki prinsip-prinsip, ada saluran di mana pesan nonverbal dikirim dan dapat diterima, serta kompetensi suatu pesan nonverbal dalam menguraikan dan mengisyaratkan suatu makna.
Ia juga menegaskan bahwa komunikasi nonverbal bukan hanya sekedar pelengkap kata – kata. Namun, juga berfungsi sebagai alat yang mampu memperkuat, menggantikan, atau bahkan bertentangan dengan pesan verbal.
DeVito mengajak kita untuk lebih menyadari dan menghargai kompleksitas komunikasi nonverbal. Sebab, di balik bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara, terdapat kekuatan yang mampu membetuk persepsi dan kualitas suatu interaksi.
Permasalahan yang kerap sekali terjadi adalah kesalahpahaman dalam berinteraksi. Hal ini ada kaitannya dengan penerapan komunikasi nonverbal. Ketika berbicara, cara kita menyampaikan pesan dengan gerakan tangan, kontak mata, dan nada suara, sangat berpengaruh terhadap cara orang lain menerima dan menafsirkan pesan kita.
Sebagai contoh, pernyataan seseorang yang disertai senyuman hangat, mungkin akan dianggap lebih tulus dan ramah dibandingkan dengan pernyataan yang disampaikan dengan ekspresi datar.
Kemudian masalah yang sering dijumpai lainnya adalah komunikasi nonverbal sebagai kesan pertama bagi seseorang. Terkadang, ada sebuah situasi di mana interaksi verbal belum terjadi. Sebagai contoh dalam sebuah pertemuan kerja. Mulai dari cara berpenampilan, bahasa tubuh, ekspresi wajah, hingga cara menyapa, menjadi bagian penentu bagaimana seseorang dipandang.
Humas vs Algoritma Digital: Tantangan Nyata Praktisi Komunikasi di Era Dominasi AI
Permasalahan yang dipaparkan tersebut berkaitan dengan prinsip komunikasi nonverbal menurut DeVito. Ia mengemukakan 6 aspek prinsip:
- Pesan nonverbal sebagai penguat pesan verbal
- Pesan nonverbal dapat mengelola kesan
- Komunikasi nonverbal sebagai alat untuk membangun hubungan
- Pesan Nonverbal sebagai struktur percakapan
- Pesan Nonverbal dapat mempengaruhi dan menipu
- Pesan Nonverbal mengekspresikan suatu emosi
Mengenai saluran atau perantara apa yang menjadi sebuah komunikasi nonverbal dapat disampaikan dan diterima dengan baik, bisa kita lihat dari keseharian. Sebagai permisalan, bentuk ekspresi wajah seseorang ketika ia sedang berkomunikasi. Apakah ia terlihat sedih, marah, atau bahagia?
Kemudian bisa kita lihat juga dari gerakan tubuhnya, mulai dari anggukan kepala, gerakan tangan, hingga sikap duduk seseorang.
Kontak mata juga perlu kita perhatikan. Menurut DeVito dalam bukunya, kurangnya kontak mata seseorang bisa diartikan sebagai tanda ketidakjujuran atau ketidaknyamanan.
Sentuhan komunikasi juga tak kalah penting sebagai elemen komunikasi nonverbal ini. Misalnya, seseorang berjabat tangan, memberikan sebuah pelukan, hingga tepukan kecil dibahu saat sedang berinteraksi.
Hal ini sangat berperan penting, tetapi perlu juga untuk melihat konteks dan batasan budaya, karena setuhan dapat dengan mudah disalahartikan. Cara kita berbicara juga sering berpengaruh dari pada apa yang kita katakan. Misalnya, nada suara yang lembut lebih menenangkan saat di dengar dibandingkan dengan suara yang keras. Saluran–saluran komunikasi ini menunjukkan betapa kompleksnya pesan yang disampaikan tanpa kata–kata.
Menurut buku yang ditulis DeVito, diam juga dianggap sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Dalam konteks ini menekankan bahwa diam bisa bermakna banyak, seperti menunjukkan refleksi, penghormatan, atau bahkan ketidaksetujuan.
Pada beberapa budaya, diam dihargai sebagai tanda kebijaksanaan atau perhatian. Sementara itu, dalam konteks lain, diam bisa saja menjadi tanda ketegangan atau sikap defensif.
Revitalisasi Komunikasi Kesehatan Melalui Teknologi Baru, Transformasi Menuju Masyarakat
Setelah memahami prinsip dan saluran dari komunikasi nonverbal kita beralih kepada tahapan encoding dan decoding. Kompetensi dalam komunikasi nonverbal melibatkan dua keterampilan utama, yaitu encoding (mengirim pesan) dan decoding (menerima atau menafsirkan pesan). Hal ini bertujuan untuk memahami dan menguasai aspek penting dari sebuah komunikasi agar dapat dikatakan efektif.
Encoding adalah proses di mana seseorang menciptakan dan menyampaikan pesan nonverbal. Kompetensi dalam encoding melibatkan kemampuan untuk secara sadar dan efektif menggunakan isyarat nonverbal agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima sesuai maksud.
Sedangkan decoding adalah proses memahami dan menafsirkan pesan nonverbal yang diterima dari orang lain. Poin ini melibatkan kepekaan dan ketelitian dalam membaca sinyal pesan nonverbal.
Banyak permasalahan kita temukan saat berkomunikasi dengan lawan bicara yang berpotensi menyebabkan terjadinya miss communication karena kurang peka dan teliti terhadap pesan yang disampaikan oleh lawan bicara. Asumsi berlebihan jika dapat membuat pesan menjadi tidak jelas utuh sesuai maknanya.
Adanya faktor dari budaya juga berpengaruh dalam pesan nonverbal ini. Misalnya, gelengan kepala bagi orang India dan tunduk membungkuk bagi orang Jepang.
Pada permasalahan ini, beberapa solusi bisa kita terapkan sesuai dengan isi buku dari karangan DeVito. Ia mengungkapkan kompetensi pesan nonverbal memiliki elemen penting:
- Pentingnya kesadaran diri (self-awareness)
- Konsistensi antara verbal dan nonverbal
- Ekspresi emosi yang terkontrol
- Keterampilan pengamatan
- Kesadaran dan kepekaan budaya
- Menghindari asumsi berlebihan
Kompetensi dalam komunikasi nonverbal juga tidak hanya penting dalam interaksi personal, tetapi juga dalam konteks profesional, seperti dalam negosiasi, presentasi, atau pelayanan pelanggan.
Sinyal nonverbal bisa menjadi penentu keberhasilan komunikasi. Kedua keterampilan ini membutuhkan latihan, kesadaran diri, dan pemahaman kontekstual yang baik. Dengan mengembangkan kompetensi dalam kedua aspek ini, seseorang dapat meningkatkan kualitas interaksi dan membangun hubungan yang lebih efektif dan harmonis.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News