Masyarakat Suku Karo di Sumatra Utara memiliki suatu kepercayaan yang dianut oleh leluhurnya yaitu Pamena. Dipercaya oleh banyak orang, Pamena merupakan agama pertama bagi masyarakat Suku Karo.
Dinukil dari Detik, Pamena awalnya disebut Parbegu yang memiliki arti menyembah roh jahat atau setan. Tetapi sebutan itu kurang disukai penganutnya sehingga panggilannya menjadi lebih halus yaitu Pamena.
Nengget, Tradisi Kuno Karo yang Masih Dilestarikan hingga Kini
Kebanyakan penganut paham Pamena adalah para pejuang dari Tanah Karo. Hal ini diketahui dari adanya makam pahlawan yang lebih dari 500 masyarakat Karo penganut aliran Pamena.
Pamena sendiri dikategorikan ke dalam agama Hindu karena keduanya memiliki persamaan dalam hal kepercayaan, tradisi, serta ritualnya. Tetapi dalam praktiknya terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya.
Asal-usul Pamena
Pamena sendiri tergolong dalam kepercayaan Animisme. Tetapi tidak diketahui pasti awal mula penyebaran dari agama Pemena ini. Konon ada pengaruh orang-orang India yang datang ke Pulau Sumatra tepatnya ke masyarakat Suku Karo.
Kerja Tahun, Pesta Tahunan Suku Karo
Tahun 1977, para penganut Pemena pun sudah banyak yang mengikuti Hindu Dharma karena agama inilah yang menjadi cikal bakal dari adanya Pemena. Walau saat ini masyarakat Suku Karo lebih memilih agama yang diakui pemerintah.
Pokok ajaran Pemena
Para penganut Pemena meyakini individu terbagi menjadi tendi (jiwa) dan begu (arwah manusia meninggal). Dibata merupakan tendi atau jiwa yang bisa hadir kapan pun, pengaruhnya mencakup semua hal yang ditafsir sebagai unsur segalanya.
Suku Karo mempercayai bahwa seluruh alam diisi dengan tendi, hampir pada titik dalam kosmos. Keseluruhan terhadap kesatuan tendi meliputi semua yang disebut Dibata sebagai bentuk keutuhan dari kosmos.
Kota Medan, Antara Modernitas dan Keindahan Tradisional
Masyarakat Karo memandang segala sesuatu dipandang karya Dibata dengan perbedaan terhadap Dibata siidah (Tuhan yang tampak) dan Dibata sila idah (Tuhan yang tak tampak). Dibata siidah menunjuk kepada Kalimbubu (pembawa berkat).
Sementara itu, Dibata sila idah yang biasanya juga dipanggil “dibata kaci-kaci” memiliki tiga wilayah kekuasaan yakni dunia bawah, tengah, dan atas. Berikut penjelasan berdasarkan wilayah pimpinannya:
- Dibata Teru (Tuhan Banua Kolling) memerintah di bumi wilayah bawah
- Dibata Tengah (Tuhan Paduka ni Aji) berkuasa dan memimpin di wilayah dunia
- Dibata Atas (Batara) mempunyai kekuasaan dunia wilayah atas
Dua sumber kekuatan yang dipercaya berasal dari cahaya matahari dan siberu dayang. Siberu dayang merupakan sosok perempuan yang menempati bulan, biasanya tampak saat pelangi muncul.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News