sri wahyaningsih resah menteri pendidikan baru kerap tak lanjutkan kurikulum sebelumnya - News | Good News From Indonesia 2024

Sri Wahyaningsih Resah Menteri Pendidikan Baru Kerap Tak Lanjutkan Kurikulum Sebelumnya

Sri Wahyaningsih Resah Menteri Pendidikan Baru Kerap Tak Lanjutkan Kurikulum Sebelumnya
images info

Sri Wahyaningsih adalah pendiri sekolah alternatif berkonsep alam yang bernama Sanggar Anak Alam (SALAM). Letak sekolah tersebut berada di Yogyakarta, tepatnya di Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul dan sudah berdiri sejak 1988.

Berdirinya SALAM tercetus dari rasa prihatin dan perhatian Sri Wahyaningsih dan suaminya Toto Rahardjo yang tinggi akan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang kerap berubah-ubah dan tidak maksimal itulah yang membuat SALAM hadir sebagai tempat belajar alternatif.

Sebagai pendidik, Sri turut aktif memperhatikan perkembangan dunia pendidikan Indonesia. Kegelisahan dimilikinya terutama soal kurikulum yang kerap berganti saat Menteri Pendidikan berganti dengan yang baru.

Tak Harus Baru

Dunia pendidikan Indonesia kerap tidak konsisten menerapkan kurikulum. Perubahan kurikulum acap kali terjadi setiap Menteri Pendidikan berganti dari yang lama ke sosok yang baru.

Bagi Sri, ini menjadi kendala dalam mengoptimalkan sistem pendidikan berkualitas di Indonesia. Menurutnya, akan lebih baik kurikulum yang lama tetap diteruskan dengan cara kritik dan evaluasi.

“Seolah-olah kalau menteri baru harus dengan kebijakan baru. Belum ada yang misalnya bagaimana kita mengevaluasi atau mengkritisi yang sudah dilakukan. Nah, ini yang kayaknya belum dilakukan,” ujar Sri kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Sejauh ini, Indonesia sudah berganti kurikulum hingga sebelas kali. Kurikulum Merdeka adalah yang paling terbaru yang disahkan pada 2024.

Mengingat pada Oktober nanti Indonesia akan mengangkat presiden baru, dari Joko Widodo ke Prabowo Subianto, otomatis menteri yang lama juga akan berganti. Sri pun menilai menteri yang baru akan membawa kurikulum baru pula. Jika itu benar terjadi, baginya itu bisa menjadi sebentuk keanehan karena Kurikulum Merdeka yang baru disahkan langsung begitu saja diganti. Oleh karena itu, menurutnya akan lebih bijak jika kurikulum lama dipertahankan tapi dengan tidak lupa dengan melakukan perbaikan.

“Nah, kalau besok ini ganti, Oktober ya kita pergantian (kabinet), mosok ini langsung diganti, kan enggak mungkin. Padahal kan ini butuh kajian yang cukup panjang. Mestinya juga kita lebih mengevaluasi terus, kemudian kalau ada bolong-bolongnya di mana. Terutama juga misalnya sudah Kurikulum Merdeka, tapi masih ada buku ajar-buku ajar yang belum berubah. Nah, mungkin itu perlu dicermati,” ucap sosok yang kerap disapa Bu Wahya itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.