Pada 2016, saya bersama beberapa dosen berkunjung ke Stanford University, Amerika Serikat. Saat tiba di gerbang kampus yang megah, kami disambut oleh staf yang dengan bangga berkata, "Selamat datang di Stanford University, tempat para alumninya mengubah dunia." Stanford University, yang didirikan pada tahun 1885, adalah salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat dan dunia. Kampus ini berlokasi di 450 Jane Stanford Way, Stanford, CA 94305, Amerika Serikat, sekitar 50 km dari pusat industri teknologi tinggi Silicon Valley. Para alumninya telah mendirikan lebih dari 1.000 perusahaan dunia, termasuk perusahaan terkenal seperti Yahoo, Google, Hewlett-Packard, Nike, IDEO, Cisco, Instagram, LinkedIn, dan Netflix. Salah satu tokoh terkaya di dunia, Elon Musk, juga pernah menjadi mahasiswa Stanford University.
Stanford University, sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di dunia, telah menorehkan prestasi dengan memasukkan seorang dosen dari Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) sebagai salah satu ilmuwan teratas dunia. Prestasi ini menjadi kebanggaan bagi Unusa. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) kembali meraih pencapaian luar biasa di tingkat internasional. Achmad Syafiuddin, Ph.D., dosen dan peneliti terkemuka di bidang kesehatan lingkungan, berhasil masuk dalam daftar 2 persen Ilmuwan Teratas Dunia versi Stanford University dan Elsevier untuk tahun 2024. Ini merupakan kali keempat berturut-turut sejak 2021, yang semakin menegaskan reputasi global Achmad Syafiuddin sebagai salah satu ilmuwan Indonesia yang paling berpengaruh. Beliau mengajar di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Unusa.
Prestasi Achmad Syafiuddin ini didasarkan pada kontribusinya yang luar biasa dalam penelitian, terutama di bidang pemurnian air. Ia telah mengembangkan teknologi sederhana namun efektif untuk memurnikan air kotor, seperti UNUSA-Water, yang telah diterapkan di berbagai pesantren di Indonesia, serta di berbagai perkampungan di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Riau. Inovasi ini menjadi solusi atas masalah air bersih di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, terutama di lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional. Penelitiannya juga diakui di tingkat global, dengan lebih dari 2.400 sitasi dalam basis data Scopus. Achmad Syafiuddin, S.Si., M.Phil., Ph.D., menjadi satu-satunya dosen Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) yang berhasil masuk dalam jajaran peneliti top dunia.
Keberhasilan Achmad Syafiuddin ini menunjukkan bahwa Unusa, sebagai perguruan tinggi swasta yang masih berusia 11 tahun (pada 2024), memiliki budaya akademik yang baik. Budaya ini memungkinkan dosen dan penelitinya memiliki kesempatan luas untuk melakukan penelitian dan kajian akademik. Seperti perguruan tinggi terkemuka dunia lainnya, Unusa secara rutin mengundang tokoh akademik nasional maupun internasional dalam berbagai acara akademik. Hal ini menepis stereotip keliru di masyarakat bahwa perguruan tinggi di bawah naungan Nahdlatul Ulama selalu tertinggal.
Tidak menutup kemungkinan, banyak dosen Unusa akan menyusul prestasi Achmad Syafiuddin sebagai peneliti tingkat global, yang akan membawa nama harum tidak hanya untuk Unusa dan Nahdlatul Ulama, tetapi juga untuk bangsa dan negara Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News