Siapa sih, yang belum kenal dengan daun kelor? Daun yang memiliki segudang manfaat untuk kesehatan ini tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia dan sering digunakan dalam berbagai olahan masakan tradisional.
Selain itu, daun kelor mulai mendapatkan perhatian luas dari kalangan ahli gizi dan kesehatan karena potensinya dalam mencegah berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah stunting.
Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama, menjadi salah satu masalah serius di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa angka stunting pada anak di Indonesia masih berada di angka yang cukup tinggi, yaitu 21,6% per hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk menurunkannya, kondisi ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak. Namun, juga perkembangan kognitif dan intelektualnya, yang dapat berimbas pada kualitas hidup di masa depan.
Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi yang seimbang selama masa pertumbuhan anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Salah satu kunci utama untuk mencegah stunting adalah memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup, termasuk protein, kalsium,dan vitamin lainnya.
Dalam hal ini, daun kelor bisa menjadi alternatif untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi.
Baca juga: 7 Manfaat Daun Kelor (Moringa oleifera) untuk Kesehatan
Kelor atau Moringa oleifera memiliki kandungan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dibandingkan jeruk. Kandungan antioksidan dalam kelor berperan melawan radikal bebas dalam tubuh, meningkatkan sistem imun, serta mencegah berbagai penyakit degeneratif.
Dengan kondisi tubuh yang sehat, anak-anak akan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menyerap nutrisi dari makanan dan melawan berbagai infeksi, yang juga merupakan faktor penting dalam pencegahan stunting.
Dilansir dari brin.go.id (2023), Daun kelor juga mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 25—35%. Kandungannya setara dengan protein nabati pada kacang-kacangan.
Protein nabati ini sangat penting bagi anak-anak untuk mendukung pertumbuhan otot, jaringan, dan sistem imun. Selain itu, kelor juga kaya akan asam amino yang penting untuk perkembangan otak dan tubuh secara keseluruhan.
Konsumsi rutin daun kelor bisa membantu anak mendapatkan asupan protein yang cukup, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah dengan akses terbatas terhadap sumber protein hewani.
Kandungan yang tidak kalah pentingnya dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah kalsium dan zat besi. Pada 100 gram daun kelor segar terdapat kalsium yang setara dengan segelas susu sapi, kandungan yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang yang optimal (Sauveur dan Broin, 2010).
Kemudian, zat besi yang ada pada daun kelor juga jauh lebih tinggi daripada bayam, sehingga cocok untuk mencegah anemia, terutama pada ibu hamil dan anak-anak.
Kelor juga memiliki keunggulan lain, yaitu mudah diakses. Tanaman kelor tumbuh subur di berbagai iklim, termasuk di Indonesia. Daun kelor bisa diolah menjadi berbagai macam hidangan, mulai dari sayur bening, jus, hingga menjadi tepung yang bisa dicampurkan dalam makanan.
Oleh karena itu, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan manfaat kelor tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Ini tentunya menjadi kabar baik bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi yang ingin tetap memberikan asupan gizi yang baik untuk anak-anak mereka.
Saat ini, sudah banyak produk makanan dan minuman yang menggunakan bahan dasar kelor, seperti teh kelor, cookie, kapsul suplemen kelor, hingga mie yang terbuat dari daun kelor. Hal ini membuktikan bahwa tanaman kelor semakin dikenal dan dimanfaatkan secara luas sebagai solusi pangan yang kaya gizi.
Baca juga: Cookie Daun Kelor Buatan Mahasiswa Indonesia Raih Penghargaan Internasional
Perlu diperhatikan nih, Kawan, meskipun daun kelor kaya akan nutrisi, penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan pola makan yang seimbang dan bervariasi.
Daun kelor bisa menjadi salah satu sumber gizi yang baik, disertai dengan asupan makanan bergizi lainnya seperti buah, sayur, protein hewani, serta karbohidrat.
Pola makan yang seimbang akan memberikan manfaat yang lebih optimal dalam mencegah stunting dan mendukung pertumbuhan anak secara keseluruhan.
Kampanye konsumsi daun kelor sebagai salah satu solusi pencegahan stunting sudah mulai dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Dengan pemanfaatan tanaman ini, diharapkan angka stunting di Indonesia bisa menurun secara signifikan.
Daun kelor adalah salah satu sumber makanan yang sangat potensial dalam upaya pencegahan stunting. Dengan kandungan nutrisinya yang kaya, kelor dapat membantu anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup, terutama di daerah-daerah yang masih mengalami masalah kekurangan gizi.
Kombinasi antara pemanfaatan kelor dan edukasi gizi yang baik akan menjadi langkah besar dalam menciptakan generasi masa depan yang lebih sehat dan kuat.
Gimana, Kawan GNFI? Jadi, semakin paham kan, pentingnya konsumsi daun kelor sebagai upaya mencegah stuting?
Sumber:
- https://www.brin.go.id/news/111645/seajaib-apa-kelor-hingga-dapat-bersaing-dengan-gingseng-dari-korea
- https://ayosehat.kemkes.go.id/panduan-hari-gizi-nasional-ke-64-tahun-2024
- Sauveur AS, Broin M. 2010. Growing and processing moringa leaves. Ghana: Moringa Association of Ghana.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News