meningkatkan jumlah sdm riset untuk membangun ekosistem riset di indonesia - News | Good News From Indonesia 2024

Meningkatkan Jumlah SDM Riset untuk Membangun Ekosistem Riset di Indonesia

Meningkatkan Jumlah SDM Riset untuk Membangun Ekosistem Riset di Indonesia
images info

Riset adalah salah satu fondasi utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan penting dalam menentukan arah pembangunan suatu negara. Bagi Indonesia, riset menjadi kunci strategis untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat serta meningkatkan daya saing bangsa di tingkat global.

Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan jumlah sumber daya manusia yang besar, Indonesia memiliki modal kuat untuk mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi. Namun, hingga kini, negara ini masih menghadapi tantangan serius dalam mengoptimalkan kapasitas risetnya.

Menurut data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia memiliki lebih dari 340 ribu periset pada tahun 2022. Meskipun angka ini terlihat besar, kontribusi ilmiah Indonesia di tingkat internasional masih tergolong rendah, terutama dilihat dari jumlah publikasi ilmiah yang diakui komunitas global.

Hal ini mencerminkan bahwa meskipun potensi riset Indonesia sangat signifikan, hasilnya masih belum optimal. Tantangan ini diperparah dengan cepatnya perkembangan teknologi global yang menuntut peningkatan kapasitas riset yang lebih baik.

Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Manusia di Bidang Riset

Salah satu kunci utama dalam mengatasi tantangan riset di Indonesia adalah peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang berperan sebagai periset, peneliti, dan perekayasa. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa kualitas peneliti memegang peran vital dalam keberhasilan riset. Menurutnya, 70% dari keberhasilan riset ditentukan oleh kompetensi SDM, sementara infrastruktur dan anggaran hanya berfungsi sebagai pendukung.

Namun, Indonesia masih menghadapi kendala terkait rendahnya minat masyarakat untuk menjadi periset. Selain faktor minimnya insentif dan penghargaan, tantangan lain adalah kurangnya kolaborasi yang kuat antara perguruan tinggi, pemerintah, dan sektor industri.

Sebagian besar periset Indonesia bernaung di bawah perguruan tinggi, yang mendominasi hampir 95% dari total periset nasional. Di sisi lain, sektor industri yang seharusnya menjadi mitra penting dalam pengembangan inovasi, hanya memiliki sekitar 1,82% dari total periset.

Ekosistem Riset yang Masih Lemah

Konsentrasi periset yang tinggi di perguruan tinggi menunjukkan bahwa ekosistem riset di Indonesia masih sangat bergantung pada sektor pendidikan. Ini menjadi indikasi bahwa riset di Indonesia masih berada di tahap pengembangan dasar dan belum terintegrasi sepenuhnya dengan kebutuhan industri dan masyarakat.

Kurangnya kolaborasi antara akademisi dan industri memperlambat proses komersialisasi hasil riset dan inovasi yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan global.

BRIN menyebutkan bahwa pada tahun 2021, Indonesia hanya memiliki 199 periset per satu juta penduduk, jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia yang memiliki 503 periset per satu juta penduduk, dan sangat tertinggal dibanding Jepang yang memiliki lebih dari 6.000 periset per satu juta penduduk.

Data ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu melakukan percepatan besar-besaran dalam meningkatkan jumlah periset agar dapat bersaing di tingkat global.

Menuju Masa Depan yang Berdaya Saing Global

Masa depan Indonesia sangat bergantung pada kemampuannya dalam memanfaatkan potensi riset untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Dengan memperkuat ekosistem riset melalui kebijakan yang mendukung, Indonesia dapat menciptakan generasi periset yang kompeten dan berdaya saing global. Riset bukan hanya alat untuk memecahkan masalah di masa kini, tetapi juga investasi bagi masa depan yang lebih lebih baik.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi, sejumlah kebijakan perlu diterapkan guna memperkuat ekosistem riset di Indonesia:

  1. Penguatan dan Perluasan Program Beasiswa Riset
    Pemerintah harus memperluas program beasiswa riset, seperti Program BARISTA, serta memperkenalkan pelatihan dan sertifikasi khusus bagi periset. Selain itu, penerima beasiswa dapat diwajibkan untuk terlibat dalam proyek riset tertentu atau bekerja di lembaga riset nasional setelah lulus.

  2. Regulasi Lembaga Riset Swasta
    Mendorong pertumbuhan lembaga riset swasta melalui insentif pajak, kemudahan perizinan, dan akses pendanaan akan membantu menciptakan ekosistem riset yang lebih dinamis. Regulasi yang mendukung ini juga akan memperkuat kolaborasi antara sektor swasta dan lembaga riset publik.

  3. Peningkatan Pendanaan Riset
    Pemerintah perlu meningkatkan anggaran untuk riset, baik melalui dana hibah maupun dengan menarik investasi swasta. Kebijakan insentif pajak dan kemitraan strategis dengan sektor industri juga diperlukan untuk memastikan proyek riset dapat berjalan dengan baik.

  • Pembukaan Formasi Asisten Peneliti di Pemerintah Daerah
    Inisiatif ini akan mendorong pemerintah daerah untuk berkontribusi dalam pengembangan riset. Pembukaan formasi asisten peneliti di setiap pemerintah daerah dapat membantu menciptakan SDM riset yang kompeten sekaligus memperkuat riset di tingkat lokal.

  • Pemberian Penghargaan untuk Periset Berprestasi
    Penghargaan bagi periset yang berkontribusi signifikan sangat penting untuk memotivasi mereka. Penghargaan tidak hanya diberikan kepada periset di lembaga pemerintah, tetapi juga kepada periset di sektor swasta, LSM, atau bahkan periset independen.

  • Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

    Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

    MS
    KG
    Tim Editor arrow

    Terima kasih telah membaca sampai di sini

    🚫 AdBlock Detected!
    Please disable it to support our free content.