Berbicara tentang Suku Dayak, pastinya hal pertama yang dibayangkan adalah bagaimana adat istiadat sangat dijunjung tinggi serta keperkasaannya dalam peperangan. Ya, suku yang meliputi mayoritas dari Pulau Kalimantan ini menyimpan banyak sekali cerita untuk dibahas, terutama bagaimana budaya asli disana selalu diimplementasikan, ataupun dilestarikan.
Suku Dayak dari segi budaya tentunya memiliki banyak sekali atribut kebudayaan yang dibawa oleh masyarakatnya, baik yang tampak oleh mata seperti pakaian adat, dan rumah adat, ataupun atribut lainnya seperti tradisi pengayauan, ataupun nyanyian adat khasnya.
Berbicara tentang nyanyian atau lagu khas dari Suku Dayak, masyarakat di sana memiliki tarian adat yang cukup populer. Ini juga sering dimainkan oleh masyarakat adat Dayak sebagai tarian untuk upacara adat ataupun penyambutan tamu yang datang ke Bumi Dayak. Nama tarian tersebut adalah tari leleng.
Baca Juga: Bukan Mistiknya! Inilah Pesona Suku Dayak yang Sesungguhnya!
Selayang Pandang Tarian Leleng
Tari leleng merupakan tarian asli dari Suku Dayak, terutama Dayak Kenyah yang mendiami wilayah Kalimantan bagian Timur. Tari leleng ini sendiri sering dimainkan sebagai tarian yang mengiringi upacara adat dari Suku Dayak, ataupun bisa sebagai tarian untuk penyambutan tamu yang berkunjung ke wilayah Dayak itu sendiri.
Meskipun tari ini dipersembahkan dalam suasana formal sekaligus meriah, tetapi makna sebenarnya dari tarian ini cukup berkebalikan. Di mana kata leleng dari tarian ini memiliki arti berputar-putar yang merepresentasikan gerakan utama dari tarian ini yang berputar mengikuti irama, atau nyanyian.
Adapun gerakan berputar dari tarian leleng ini juga merepresentasikan kebingungan seorang wanita akibat kehilangan pria yang dicintainya. Dikisahkan, ada seorang wanita Dayak yang bernama Utan Along yang kehilangan kekasihnya. Di saat yang sama, orang tuanya juga menjodohkan Utan Along dengan lelaki yang bukan pilihan yang tepat baginya.
Dikarenakan rentetan peristiwa tersebut, Utan Along pun merasa kebingungan, hampa, dan mulai berputar-putar. Di situlah gerakan dari tari leleng tercipta. Di mana gerakan tersebut merepresentasikan kegelisahan dan juga kegundahan Utan Along yang ingin sekali bertemu dengan pasangan hidupnya yang menghilang entah kemana.
Baca Juga: Bertemu dengan Suku Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang
Atribut dan Pola Lantai Tari Leleng
Adapun untuk atribut dari tari leleng yang biasa digunakan oleh masyarakat Suku Dayak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pakaian adat yang biasa dikenakan oleh Suku Dayak pada umumnya.
Penari dari tari leleng ini sendiri biasanya mengenakan atribut berupa tongkat yang dihiasi dengan rumbai warna-warni, ataupun bulu burung enggang yang dibawa saat tarian berlangsung.
Untuk busana dari tarian leleng sendiri terdiri dari atasan berupa rompi yang didominasi oleh warna hitam, dan berhias manik-manik dengan beragam warna. Masyarakat Dayak menyebutnya dengan nama Sapei Inoq.
Tentunya perpaduan dari warna hitam yang menjadi dasar dari Sapei Inoq dan juga manik-manik dengan berbagai warna ini mampu membangkitkan kesan mistis nan eksotis kepada para penari leleng ini.
Untuk pola lantai sendiri, biasanya pada tari leleng menerapkan pola lantai melingkar, ataupun horizontal dengan formasi memanjang dari kiri menuju kanan. Makna yang diambil dari formasi horizontal ini adalah kesetaraan atau keseragaman antarindividu yang saling selaras.
Baca Juga: Burung Enggang dan Mitos Masyarakat Dayak
Lirik Nyanyian Leleng
Tentunya selain mengandalkan gerak tubuh dalam tari leleng, tarian ini juga memiliki unsur nyanyian yang dilantunkan penari saat melakukan gerakan tarian. Adapun lirik dari nyanyian leleng yang biasa diucapkan oleh penari adalah sebagai berikut:
Naselamat lo' telu tuyang neman, Palat ... neman palat uju' talan
(Saling bersalaman kita kawan, bersalaman satu sama lain)
Leleng...leleng otan along, Leleng otan along...leleng
(Sambil putar kita menari putar-putar, putar...mari sambil berputar...putar)
Netau ini lo' telu tuyang pemong jai, pemong jai tawai oyah
(Hari ini kita semua berkumpul, kumpul...bertemu satu sama lain)
Pada potongan lirik tersebut menandakan bagian awal dari nyanyian leleng, di mana penari mengajak semua orang untuk berkumpul serta menari bersama dalam satu tarian yang sama.
Leleng otang along leleng...nalan
(Putar ... mari sambil berputar-putar)
Menjat pesong lo' telu tuyang layan, batong...layan batong osa enan...
(Jarang terjadi pertemuan seperti hari ini, bertemu satu sama lain...)
Jawai kenai lo' ini tuyang lulu'...
(Tidak terasa menetes air mata)
Songai...lulu' songai lemon kanan
(Air mata...tangis kegembiraan)
Pada potongan nyanyian di atas mengekspresikan rasa kegembiraan akibat pertemuan yang berlangsung. Tangis kegembiraan pun jatuh ketika pertemuan yang sebelumnya jarang dilakukan akhirnya muncul juga. Potongan lirik ini tentunya sangat menggambarkan suasana perjumpaan atau penyambutan yang dibawa pada tari leleng ini.
Menjat pesong layan batong osa enan, ngan amay lenjau taman
(jarang ada waktu kita untuk saling bertemu, bertemu dengan ayah tercinta)
Jawai kenai lulu' songai lemon kanan, un uwe' tenen bolan...
(Menetes air mata kerinduan, dari pipi ibu tercinta)
Potongan lirik di atas merepresentasikan kerinduan dari kedua orang tua, baik ayah maupun ibu yang sudah merindukan kedatangan dari sang anak untuk berkumpul dan bertemu bersama.
Meskipun dari sisi sejarah dan interpretasi makna lirik lagu mengalami perbedaan cerita. Namun, secara keseluruhan tari leleng ini merupakan ikon dari Suku Dayak yang cukup signifikan dan juga telah menjadi ciri khas yang menonjol bagi masyarakat Dayak, terutama bagi mereka yang bermukim di Kalimantan Timur.
Referensi :
https://repository.ubt.ac.id/flipbook/baca.php?bacaID=2393
https://romadecade.org/tari-leleng/
https://podungmy.blogspot.com/p/lyrics.html
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News