Seiring berkembangnya teknologi, saat ini ada banyak cara untuk memproduksi sebuah karya lukisan. Dari yang hanya menggunakan pensil yang menghasilkan sebuah sketsa, hingga ada proses produksi yang dibantu oleh aplikasi berbasis digital.
Jika dulu ajang memamerkan hanya melalui sebuah pameran seni dan galeri seni, kini setiap orang bisa memamerkan karyanya melalui media sosial. Ada pula yang dinamakan dengan NFT. Sebenarnya, NFT adalah sebuah karya dari seseorang yang bersifat digital.
Namun, ketika sebuah karya dikonfersikan menjadi NFT, maka karya itu akan menjadi seperti token. Bisa berpindah kepemilikan, dan harganya bisa berubah mau itu naik ataupun turun.
Sehubungan dengan fenomena ini, Baparekraf mengadakan serangkaian kelas Baparekraf Digital Inovation Lab (BEDIL): Kelas Ilustrasi dan Pengenalan NFT 2024 yang bertajuk ‘Kotabaru, Cerita Baru’.
Pameran Pasang Surut yang Bernuansa Lautan di Wisma Geha
Event tersebut dilaksanakan dari 10 Juli hingga 10 Agustus 2024 dalam bentuk kelas online dan offline yang diadakan di Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Jakarta. Dikutip dari situs resmi Bentara Budaya, program ini diikuti 100 peserta dengan hasil akhir ada 112 karya, sebelum akhirnya diseleksi kembali menjadi 50 karya dari 33 peserta.
Tersaji dengan beragam ukuran, ilustrasi di sini tidak dibatasi oleh gaya. Ada yang hanya sketsa bolpoin, dengan tambahan cat air, dan bahkan ada yang menggunakan full digital.
Tajuk ‘Kotabaru, Cerita Baru’ merujuk pada kegiatan membuat sketsa di Bentara Budaya, Kotabaru, Yogyakarta. Lalu, akan ada pameran seni lukis yang dikuratori oleh Beng Rahadian dan Aloysius Budi Kurniawan di Bentara Budaya, Jakarta, sebagai acara puncaknya yang digelar dari tanggal 12 September hingga 17 September 2024.
Walau dengan tema besar ‘Kotabaru, Cerita Baru’, jenis ilustrasi pada pameran ini terbagi 2. Pertama ada karya yang sorotan utamanya wilayah di Kotabaru, Yogyakarta. Adapun yang kedua adalah karya bebas yang mengekspresikan sesuatu dan menargetkan pasar global NFT.
Menariknya, selain melihat karya-karya lukisan dan judulnya, pada beberapa karya terdapat cerita singkat tentang objek yang dilukisnya. Jadi, selain menikmati indahnya beragam tulisan, pengunjung diajak mengetahui dan mengenal objek-objek yang dilukiskan mereka.
Untuk jenis ilustrasi yang menyorot Kotabaru sebagai sorotan utama, umumnya dilukiskan dalam bentuk bangunan ikonik, kuliner, dan bahkan humaninterest di sekitar sana. Contohnya seperti salah satu karya dari Muhammad Arief yang berjudul Cerita Baru Kotabaru.
Dia menggambarkan ilustrasi gedung Bantara Budaya Yogyakarta dengan gaya surealisme. Arief juga menambahkan narasi visual “Portal menuju ilmu pengetahuan” yang mana karya tersebut merupakan perpaduan dari gambar manual dengan bantuan digital untuk merapihkan dan memberi warna.
Creart 2024: Pameran dari 12 Galeri Seni Tentang Lift Up Your Life
Ada juga sebuah karya dengan cat air yang menggambarkan visual anak lelaki yang mengintip dari balik jemuran di sebuah perumahan Bantaran Kali Code. Lukisan ini merupakan karya dari Devi Fatmawati Iskandar. Dia melukisnya pada Bedil on the spot. Devi pun menulis sedikit cerita bagaimana menemukan momen itu dan menjadikannya sebagai ide pada deskripsi disebelah lukisan tersebut.
Selain jenis ilustrasi, ada juga jenis ilustrasi karya bebas namun masih mengangkat isu yang kental dengan Kotabaru. Seperti salah satu karya yang berjudul “Every Rose Has it’s Throne” dari Muhammad Junaedi Safari.
Warna Warni Lukisan Hendra Gunawan di Museum
Karya ini menampilkan ilustrasi manusia setengah belalang sembah yang punya wujud indah lengkap dengan motif busana yang digunakan. Namun, lukisan ini dimaknai sebagai representasi dari sifat manusia, khususnya kekurangan pada sifat wanita, yakni belalang.
Karya ini diproduksi menggunakan gaya ilustrasi digital dengan bantuan aplikasi Adobe Photoshop.
Referensi
- https://bentarabudaya.com/agenda/2247/kota-baru-cerita-baru
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News