Tak dipungkiri lagi bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki etos keberagamaan yang cukup kuat, atau bisa dibilang sangat menghargai tradisi yang ada secara turun temurun yang diwariskan oleh leluhur mereka.
Keberagaman yang dianut dan dijunjung dari setiap suku bangsa, ataupun adat istiadat yang ada menjadikan Bangsa Indonesia dapat bersatu dan rukun atas segala perbedaan yang ada.
Berbicara tentang keberagamaan yang ada di Indonesia, ada salah satu kampung di Pulau Jawa yang sangat menjunjung tinggi nilai "keberagamaan" ini. Kampung ini terletak di wilayah Garut, Jawa Barat, dan nama dari kampung ini cukup mirip dengan salah satu buah lokal yang ada di Indonesia. Kampung tersebut bernama Kampung Dukuh.
Baca Juga: Kampung Dukuh Dalam dan Tradisi Keramatkan Hutan Larangan untuk Lestarikan Alam
Sejarah Singkat dari Kampung Dukuh
Kampung Dukuh merupakan salah satu kampung adat di Indonesia yang tepatnya berada di Desa Cijambe, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan kisah tradisi yang dipercaya masyarakat, Kampung Dukuh didirikan oleh seorang ulama yang bernama Syekh Abdul Jalil.
Ternyata, penamaan Kampung Dukuh ini sendiri bukanlah berasal dari buah duku seperti yang disinggung pada kalimat sebelumnya. Nama 'dukuh' sendiri berasal dari bahasa Sunda yaitu 'tukuh' yang memiliki arti kukuh, atau teguh. Teguh dalam artian mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang dibawa pelopor Kampung Dukuh.
Selain itu juga, menurut Juri Kunci dari Kampung Dukuh itu sendiri, penamaan kampung ini juga berasal dari istilah 'padukuhan' yang memiliki arti duduk. Secara istilah, dapat disimpulkan bahwa 'padukuhan' memiliki makna yang sama dengan tempat pendudukan atau pemukiman.
Adapun luas dari Kampung Dukuh secara keseluruhan adalah sekitar 1,5 hektare, dan Kampung Dukuh sendiri terbagi menjadi beberapa wilayah, yaitu Kampung Dukuh Dalam, Kampung Dukuh Luar, dan Makam Karomah.
Struktur Tiga Wilayah Kampung Dukuh
Seperti yang telah disinggung pada kalimat sebelumnya, Kampung Dukuh memiliki tiga wilayah utama yang memiliki karakteristik masing-masing. Menariknya, ketiga wilayah ini memiliki adat istiadat yang cukup mengikat atau mengakar, sehingga keasliannya masih terjaga dengan baik.
Kampung Dukuh Dalam merupakan wilayah di Kampung Dukuh yang berada di dalam batas Tanah Karomah yang berisi rumah-rumah penduduk. Jumlah rumah yang ada di wilayah ini adalah 42 rumah, dengan bentuk membujur, dan menggunakan bahan bangunan yang seragam.
Adapun Kampung Dukuh Dalam masih menerapkan adat istiadat atau peraturan yang ketat atau kuat bagi para masyarakatnya, seperti larangan makan sambil berdiri, ataupun menggunakan peralatan elektronik.
Sedangkan Kampung Dukuh Luar merupakan wilayah dari Kampung Dukuh yang berada di luar batas Tanah Karomah. Berbeda dengan wilayah Kampung Dukuh Dalam, peraturan pada wilayah luar ini bersifat tidak terlalu mengikat, bahkan untuk rumah masyarakat disana ada yang memakai bahan yang lebih modern.
Sedangkan Makam Karomah sendiri adalah kompleks pemakaman yang terletak di Tanah Karomah, dimana makam ini dikelilingi oleh pagar tanaman. Makam Karomah ini sendiri berisi makam dari pendiri Kampung Dukuh sendiri, yaitu Syekh Abdul Jalil, makam Hasan Husein, serta makam dari leluhur Kampung Dukuh lainnya.
Budaya Serta Adat Istiadat Kampung Dukuh
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Kampung Dukuh merupakan kampung yang sangat erat dan adat istiadatnya yang mengikat. Adat istiadat tersebut tentunya dibawa oleh leluhur setempat, terutama oleh Syekh Abdul Jalil sendiri yang memeluk ajaran agama Islam.
Beberapa budaya bahkan peraturan yang digagas pun tak jauh dari bagaimana ajaran Islam itu sendiri dibawakan. Nilai-nilai seperti kesederhanaan, sopan santun, ataupun prinsip kebersamaan seperti gotong royong itulah yang masih ditekankan pada Kampung Dukuh secara turun temurun.
Ada juga nilai-nilai tradisi khas yang diusung oleh penduduk Kampung Dukuh itu sendiri, dan nyatanya memang diadaptasi oleh budaya Islam, seperti aktivitas ziarah atau yang penduduk Kampung Dukuh akrab memanggilnya dengan sebutan 'Jaroh.'
'Jaroh' merupakan aktivitas berziarah ke makam Syekh Abdul Jalil, selaku pendiri dari Kampung Dukuh itu sendiri. Namun melakukan ziarah ini tak bisa sembarang dilaksanakan, dan ada beberapa aturan yang harus dipenuhi, seperti melakukan 'mandi cebor opat puluh,' atau berwudhu sebelum ziarah, larangan menggunakan perhiasan, dan larangan ziarah pada Hari Sabtu.
Dalam pembangunan desa pula, peran kuncen juga cukup signifikan dalam kelangsungan Kampung Dukuh ini. Kuncen berperan sebagai pemimpin non-formal yang membantu jalannya fungsional dari kampung, bahkan kuncen dilibatkan dalam membimbing prosesi 'Jaroh' yang ada pada kampung ini.
Dengan segala adat istiadat, dan keaslian budaya yang ada di kampung ini, Kampung Dukuh sebagai salah satu kampung adat di Jawa Barat mampu menjadi contoh kampung dengan konsistensi tradisi dan menjadi kampung dengan budaya keberagamaan yang kuat mengakar di Indonesia.
Baca Juga: Menelusuri Kampung Cikondang yang Penuh Nilai Kebudayaan Khas Sunda
Referensi :
https://banhub.jabarprov.go.id/kampung-dukuh/#:~:text=Dalam%20kisah%20tradisi%20yang%20dipercayai,Dukuh%20adalah%20Syekh%20Abdul%20Jalil.
https://repository.maranatha.edu/22684/3/1464069_Chapter%201.pdf
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/kampung-adat-dukuh-dalam/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News