Dono Pradana adalah komika Surabaya yang terkenal di dunia stand up comedy Indonesia. Materi-materinya yang jenaka membuat kariernya sebagai komedian berjalan konsisten selama belasan tahun.
Dari melucu sebagai komika, Dono lalu merambah sejumlah industri. Film misalnya. Sejumlah film pernah dibintangi sosok yang juga penyiar radio tersebut antara lain Yowis Ben 3 (2021) dan Lara Ati (2022).
Dono juga menancapkan namanya di dunia konten digital. Seri web dokumenter bernama Bondo Wani dan siniar Mendoan menjadi dua corong kesuksesan yang membuat namanya semakin dikenal publik. Lalu bagaimana kisah awal Dono menciptakan dua karya tersebut?
Ambisi Munculkan Konten Sangar
Sebagai perusahaan komedi kreatif, Majelis Lucu Indonesia (MLI) tinggi pamornya lewat sejumlah talenta yang melucu lewat akun YouTube mereka. Dono yang tergabung dalam MLI lantas memiliki ide membuat Bondo Wani yang kontennya tak sekadar melucu, tapi juga investigasi dengan gaya dokumentasi.
Ide tersebut didapatkannya setelah menjadi narasumber program tv swasta pada 2015. Dengan ide tersebut, Dono pun membujuk MLI untuk membuat segmen Bondo Wani demi bersaing dengan duet Coki Pardede dan Tretan Muslim yang dikenal akan kelucuannya.
“Aku enggak bisa bikin konten selucu Coki-Muslim, tapi nek konten sangar aku iso. Sangar dari mananya? Sangar dari visualnya,” ucap Dono kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
MLI lantas memberikan dana, tapi tidak terlalu banyak menurut Dono. Meskipun budget-nya ngepres, kreativitasnya tetap membuahkan hasil. Pujian pun berdatangan diiringi serbuan viewers yang semakin banyak. Buktinya sejauh ini dua konten Bondo Wani mengenai pesugihan dan crazy rich Surabaya bahkan memuncaki konten populer di MLI.
“Respons orang-orang waktu itu enggak ada sama sekali yang nyerang. Mereka senang karena ada pembeda,” kata pemilik nama lengkap Aditya Rahman Pradana tersebut.
Selain Bondo Wani, ada pula Mendoan, siniar yang dibumbui banyak banyolan. Bagi Dono, Mendoan adalah alter ego-nya karena sebagai penyiar radio ia tidak bisa bebas bersuara.
Singkat cerita Mendoan mendapat ekspose banyak orang termasuk dari sejumlah brand ternama. Tawaran-tawaran eksklusif pun berdatangan melalui siniar yang bermula keisengan.
“Oh ternyata mereka nawarin eksklusif! Oh ternyata kontraknya ada duitnya! Walaupun pertama cuma untuk alter ego, enggak ada sama sekali niat ingin terkenal, ingin dapat duit. Cuma ingin bebas ngomong aja,” ujarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


