dono pradana ceritakan tantangan beda bahasa dalam stand up comedy - News | Good News From Indonesia 2024

Dono Pradana Ceritakan Tantangan Beda Bahasa dalam Stand Up Comedy

Dono Pradana Ceritakan Tantangan Beda Bahasa dalam Stand Up Comedy
images info

Dono Pradana adalah komika Surabaya yang sudah tak asing namanya di dunia stand up comedy Indonesia. Materi-materinya yang kocak membuat kariernya sebagai komedian berjalan mulus selama belasan tahun.

Dari melucu sebagai komika, Dono lalu merambah sejumlah industri. Film misalnya. Sejumlah film pernah dibintangi Dono antara lain Yowis Ben 3 (2021) dan Lara Ati (2022).

Yang paling khas dari Dono ialah candaan dari daerah yang ia bawakan. Tentu bagi yang related dengan candaannya tidak kuasa menahan tawa saat melihat ia tampil. Namun, karena candaan daerah terkadang mesti dibawakan dengan bahasa daerah pula, hal ini pun menjadi tantangan. Lalu bagaimana Dono menyikapi tantangan tersebut?

Di-mix

Sebagai orang Surabaya, bosoSuroboyoan menjadi bahasa yang dipakai Dono Pradana saat membawakan materi jokes-nya di atas panggung. Bagi yang mengerti tentu akan mudah terpingkal. Namun, untuk yang tidak, mungkin rasa bingung bakal melanda.

Menurut Dono, dalam membawakan materi candaan dengan bahasa daerah memang harus pintar dan mengerti di mana ia sedang berpijak. Jika penonton mayoritas yang mengerti bahasa Jawa, ia akan memadupadankan bahasa dengan bahasa Jawa dan Indonesia.

“Pintar-pintarnya si stand up comedian ini ngebawain materinya di lingkungan yang berbeda. Kalau main di Jawa Timur sama Jawa Tengah nge-mix bahasa Indonesia sekitar 60 persen, 40 persennya bahasa Jawa,” ucap Dono Pradana kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Akan tetapi, ada kalanya di tempat yang mayoritas tidak mengerti bahasa Jawa, Dono diminta berbahasa Jawa saat membawakan materinya. Di Jakarta misalnya, ia sering diminta full pakai bahasa Jawa karena performance-nya di panggung bisa menjadi obat kangen bagi penonton perantau.

Oleh karena itu, Dono tak jarang sebelum membawakan materinya meminta izin karena bahasa yang dipakai di-mix selain untuk manut permintaan mayoritas penonton dan menjaga ciri khasnya. Meskipun dilema, ia mengerti bagi penonton yang tidak mengerti bahasa Jawa datang untuk melihat langsung Dono yang berbeda di luar konten-konten digital.

“Banyak orang yang pengin banget saya perform di Jakarta pakai bahasa Jawa walaupun audiens-nya campur. Mereka merasa kangen lihat situasi orang Jawa ngelucu. Feels like home. Makanya dilema banget. Akhirnya memilihnya adalah nge-mix. Jadi sebelum acara udah ngejelasin,” ucap Dono.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.