menguak karomah ki ageng kiringan wisata religi di desa pundenrejo yang sarat nilai sejarah bersama kpm ui bunga bangsa cirebon tahun 2024 - News | Good News From Indonesia 2024

Menguak Karomah Ki Ageng Kiringan, Wisata Religi Di Desa Pundenrejo, Sarat Histori

Menguak Karomah Ki Ageng Kiringan, Wisata Religi Di Desa Pundenrejo, Sarat Histori
images info

Selama pelaksanaan program Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Desa Pundenrejo, mahasiswa UI Bunga Bangsa Cirebon Tahun 2024 mengadakan program wisata religi. Kegiatan ini ditujukan untuk memperkenalkan sejarah dan jejak spiritual tokoh wali yang dikenal sebagai Mbah Abdullah 'Asyiq atau Ki Ageng Kiringan.

Tokoh tersebut dihormati sebagai wali yang memiliki karomah di Dukuh Kiringan. Ia juga merupakan tokoh awal penyebar agama islam yang se-era dengan Walisongo, yaitu sekitar tahu 1304 Masehi.

Program wisata religi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat setempat tentang nilai sejarah dan spiritualitas. Namun, juga untuk mempromosikan potensi desa sebagai destinasi wisata religi.

Program wisata religi yang diselenggarakan oleh mahasiswa KKN dimulai dengan ziaroh ke makam Mbah Abdullah 'Asyiq di Dukuh Kiringan. Dilanjutkan dengan wawancara bersama juru kunci makam. Nantinya, beliau akan dibantu dalam pembuatan maps serta digitalisasi agar Makam Ki Ageng Kiringan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Legenda Putri Pandan Berduri, Ibu dari Raja-Raja yang Ada Di Kepulauan Riau Dulunya

Saat wawancara mahasiswa KPM, juru kunci memberikan penjelasan mengenai sejarah Ki Ageng Kiringan, karomah-karomah beliau, serta peninggalan seni budayanya. Selain itu, mahasiswa juga memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kelestarian situs sejarah dan spiritual seperti makam Mbah Abdullah 'Asyiq ini.

Ki Ageng Kiringan adalah seorang wali yang secara turun temurun dihormati oleh masyarakat setempat atas peran beliau dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ki Ageng Kiringan, hidup sekitar tahun 1304 Masehi. Ini tertera di atas pintu cungkup makamnya dalam huruf Arab Pegon yang berbunyi: “ngadeke cungkup makam Ki Ageng Kiringan bin Muhammad nek Deso Kiringan, wulan muharam/suro dino Senin tanggal 12 tahun 1304 masehi, terang kang bangun sing nguwati bagus Salman bongso jin.

Artinya adalah “berdirinya cungkup/ bangunan makam Ki Ageng Kiringan bin Muhammad di Desa Kiringan, bulan Muharram hari Senin tanggal 12 tahun 1304 Masehi, diterangkan yang membangun bangunan tersebut adalah saudara Salman dari bangsa jin.”

Dulu, di sekitar makam Mbah Abdullah ‘Asyiq, adalah pemakaman umum kuno yang batu nisanya terbuat dari batu karang. Ada banyak relief-relief kuno yang sebenarnya merupakan cagar budaya.

Di atas batu nisan Mbah Adullah 'Asyiq ini, ada semacam tanda yang hanya dimiliki hakim dalam masa pemerintahan Majapahit. Hal ini membuktikan bahwa Ki Ageng Kiringan juga merupakan petinggi di masa Kerajaan Majapahit.

Sangat disayangkan karena saat renovasi perluasan makam pada tahun 90-an banyak area makam kuno yang telah dihilangkan. Namun, ada satu makam yang terus muncul setelah renovasi dan akhirnya dibuatkan makam sendiri.

Legenda Batu Menangis dari Kalimantan Barat, Kisah tentang Anak Perempuan yang Durhaka

Diduga ini adalah makam Mbah Nyai Nasiroh yang merupakan ibu asuh dari Syekh Jangkung. Beliau juga merupakan wali di daerah Pati yang makamnya berada di Desa Kayen atau biasa dikenal dengan nama Saridin.

Salah satu peninggalannya yang paling dikenal adalah sebuah sumur yang memiliki air yang diyakini memiliki kekuatan spiritual. Menurut cerita Da’in selaku juru kunci, air sumur ini sering digunakan sebagai pembuktian dalam perselisihan. Selain pembuktian kebenaran, dipercaya air ini juga memiliki karomah tersendiri.

Dengan demikian, orang-orang yang datang berziaroh turut mengatri untuk meminum air sumur ini. Selain sumur, ada masjid dan bedug yang merupakan peninggalan beliau.

Keyakinan ini telah menjadi bagian dari tradisi lokal dan menambah keunikan Desa Kiringan sebagai destinasi wisata religi. Mbah Abdullah 'Asyiq wafat pada tahun 1304 Masehi. Namun, hingga kini, makamnya terus diziarahi oleh masyarakat yang ingin mendapatkan berkah atau sekadar mengenang jasa dan ajarannya.

Melalui program digitalisasi wisata religi ini, mahasiswa KPM UI Bunga Bangsa Cirebon Tahun 2024 memperkenalkan Desa Kiringan di Desa Pundenrejo sebagai salah satu destinasi cagar budaya sekaligus destinasi wisata religi yang kaya akan nilai sejarah dan spiritualitas.

Program digitalisasi wisata religi ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan situs-situs bersejarah. Selain itu, juga mendorong pengembangan potensi wisata desa sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat.

Legenda Ikan Terubuk yang Berjuang Demi Cinta Pada Putri Puyupuyu

Keberhasilan program ini tercermin dari tingginya antusiasme masyarakat dan pengunjung yang mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, program ini juga membuka peluang bagi pengembangan ekonomi lokal melalui pariwisata religi.

Dengan adanya wisata religi, diharapkan Desa Kiringan di Desa Pundenrejo dapat menjadi contoh desa wisata yang tidak hanya mengedepankan keindahan alam. Namun, juga nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang kaya, menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata yang unik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.