Petrus Jericho Lumakeki adalah pengeliling dunia asal Makassar, Indonesia yang cukup dikenal pada akhir 1950-an. Ia berhasil menempuh jarak kurang lebih 40 ribu kilometer mengelilingi dunia dengan melintasi puluhan negara dalam kurun waktu setahun lebih. Kabar perjalanan Petrus menjadi sensasional karena ia melakukannya bermodalkan sepeda dan gitar.
Petrus tak hanya ingin keliling dunia. Sebagai penganut agama Katolik, ia memiliki "misi suci" yakni bertemu Paus di Vatikan.
Namun, ujian besar menanti Petrus sebelum menuntaskan mimpinya bertemu Paus. Ia harus mendapatkan visa saat pemerintah Indonesia sulit percaya dengan pengeliling dunia.
Dapat Visa Lima Menit
Petrus mengawali perjalanan dengan sepeda Humber pemberian Panglima Kodam Makassar, Andi Mattalatta pada pertengahan tahun 1958. Dari Makassar ia terbang ke Surabaya yang dilanjutkan dengan bersepeda sampai Jakarta. Di ibu kota, ia ingin mendapat visa singgah agar tidak terkendala saat memasuki Vatikan, salah satu negara yang ingin dikunjunginya.
Sialnya, pemerintah Indonesia sedang bersikap ketat terhadap pengeliling dunia. Kekecewaan dirasakan pemerintah karena sebelum Petrus sudah ada sejumlah pengeliling dunia seperti Rudolf Lawalata dan Abdullah Balbed yang tidak kunjung pulang dari perantauan.
Ketika pemerintah tidak bisa membantu, Petrus akhirnya yang menghadap langsung ke kedutaan Vatikan. Sayangnya kedutaan besar Vatikan tidak memberikannya visa karena hal semacam itu hanya dikhususkan oleh diplomat saja. Karena Vatikan berada di dalam wilayah Italia, Petrus mencoba mencari peruntungan ke kedutaan Italia yang letaknya di Jalan Diponegoro, tidak jauh dari gedung Bioskop Metropole.
Mempunyai nama “Petrus” tidak dinyana membawa keberuntungan bagi Petrus sendiri. Di hadapan pejabat kedutaan ia beralasan sebagai penyandang nama Petrus, ingin menyaksikan tempat lahir Rasul Petrus (Saint Peter) dari dekat. Sang pejabat kedutaan menyambut keinginan itu dengan baik dan dengan lekas memberikan visa tanpa membuat Petrus menunggu lama.
“Perwakilan Italia yang mendengar keterangan ini dengan segera membuat visa yang selesai pada waktu itu juga di mana lamanya hanya lima menit,” lapor surat kabar Duta Pantjasila dalam artikel “Pengeliling dunia Petrus Jerico Lumakeki dimuka pers dan pegawai2 djapen di Makassar” terbitan 7 Agustus 1959.
Temui Paus Yohanes Sebelum Sukarno
Petrus dari Jakarta menyeberang ke Singapura dengan pesawat. Dari situ, ia bersepeda melewati sejumlah negara antara lain Myanmar, India, Turki, Yunani, dan sampailah di Italia sekitar bulan Oktober 1958.
Kebetulan ketika Petrus sampai di Italia saat itu Vatikan sedang mendapat sorotan karena Paus Pius meninggal dunia. Takhta kemudian diduduki Paus John (Paus Yohanes) XXIII yang upacara penobatannya dilakukan pada 4 November 1958.
Petrus berada di Vatikan tiga hari setelah penobatan. Demi bertemu sang Paus tentu tidak bisa sembarangan, sehingga Petrus meminta bantuan Duta Besar Indonesia di Vatikan, Mayor Bambang Sugeng.
Demi membantu Petrus, Kedubes Indonesia mengajukan surat permohonan ke istana Paus. Pihak Jawaban pun datang pada pukul setengah sebelas malam. Lewat sambungan telepon, pihak istana menyetujui Petrus diizinkan bertemu dengan Paus. Dengan audiensi tersebut, Petrus pun mendahului sejumlah kalangan diplomat dan sejumlah pemimpin luar negeri termasuk Presiden Sukarno untuk bertemu Paus Yohanes. Sukarno sendiri baru bertemu Paus Yohanes pada 14 Mei 1959 atau beberapa bulan setelah audiensi Petrus.
“Suatu kehormatan pula bagi Lumakeki audiensi ini merupakan audiensi yang pertama antara Bapak Suci dengan pihak luar, kalangan-kalangan diplomat luar negeri belum seorang pun yang dapat menemui beliau,” tulis jurnalis Aneka, Sjaifoel Nawas yang menceritakan kembali kisah Petrus di negeri orang dalam cerita berseri yang berjudul “DENGAN SEPEDA & GUITAR Lumakeki mengelilingi dunia”.
Singkat cerita, Petrus mengakhiri petualangannya pada 24 Juli 1959. Orang-orang di Indonesia saat itu diliputi rasa penasaran seberapa lama Petrus menjadi tamu spesial Paus Yohanes di Vatikan. Rupanya tak lama, hanya lima menit. Akan tetapi, menurut Petrus itu sudah lebih dari cukup karena ia diberi izin mencium cincin Paus dan diberi pemberkatan sebelum melanjutkan perjalanannya lagi.
“Kami tidak bercakap-cakap, beliau hanya memberi berkatnya kepada saya dan bagi saya itulah sudah cukup,” kata Petrus Lumakeki dalam artikel Star Weekly berjudul “Mengelilingi Dunia dengan sepeda dan guitar” edisi 25 Juli 1959.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News