Namanya Candra Mukti Wicaksono atau lebih dikenal Mukti Entut. Sosoknya mendapat sorotan setelah mengikuti kontes pelawak tunggal Stand Up Comedy Academy pada 2017 lalu.
Mukti Entut kaya akan talenta. Tak hanya memegang predikat komedian, karena ia juga dikenal sebagai musisi karena tergabung dengan grup musik humor bernama Orkes Pensil Alis.
Komika dan musisi, selain itu masih ada lagi predikat lain yang tersemat dalam diri Mukti Entut yaitu pengamat sepak bola. Kecintaannya terhadap sepak bola sering tergambarkan dalam materi jokes-nya di atas panggung. Sementara di luar panggung, ia sering pula muncul dalam podcast sepak bola untuk memberikan pandangan-pandangannya tentang sepak bola dalam dan luar negeri.
Saat Mukti Entut mengobrol dengan Good News From Indonesia antusiasmenya pada sepak bola pun tergambarkan. Saat ditanya mengenai fanatisme suporter, ia memberikan pendapatnya yang bisa menjadi cara tepat untuk mencintai sepak bola nasional.
Ingat Sejarah, Ingat Legenda
Mukti Entut sudah mengikuti sepak bola nasional sejak lama. Sosok kelahiran Yogyakarta pada 7 April 1991 itu mengaku sudah menikmatinya sejak awal-awal Boaz Solossa masuk Timnas Indonesia.
Dalam sepak bola, fanatisme adalah jalan menunjukkan rasa kecintaan seorang suporter dalam memberikan dukungan ke timnya. Namun, fanatisme kadang kala terbagi-bagi, salah satunya dengan mencintai salah seorang pemain paling andal saja dalam sebuah tim. Menurut Mukti Entut sebagai penikmat sepak bola lokal sejak lama, idealnya fanatisme itu diberikan ke tim yang didukung.
“Kumpulan fan base yang harus diingat fokus kepada klubnya, fanatik terhadap klubnya,” ucap Mukti Entut kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Mukti Entut sadar dalam mendukung kesebelasan kesayangan perlu unsur-unsur nilai sejarah yang ditampilkan. Menurutnya, itu akan menambah kecintaan dan memperluas khazanah dalam menunjukkan dukungan. Dari situ, ia yakin suporter akan menyampaikan kecintaan lewat dukungan ekonomi dengan memberi pernak-pernik resmi dari tim yang didukung.
“Fanatik terhadap klubnya ya udah didalami aja tentang klubnya, tentang sejarahnya, nanti next step tentang statistik tim itu, nanti jadi tahu tim ini harus gimana kalau mau juara, mau naik kasta, atau mau mempunyai peringkat bagus, pasti akan paham karena benar-benar fanatik. Otomatis juga akan tahu ketika beli tiket juga akan mendukung keuangan klubnya membeli merchandise yang resmi, kesadaran akan tumbuh,” katanya lagi.
Dari ingat sejarah bisa menjadi ingat legenda. Mukti Entut meyakini dengan memampangkan wajah-wajah legenda dari tim kesayangan lewat poster atau bendera bisa memperlihatkan sisi fanatisme ideal saat memberikan dukungan di pertandingan.
“Saya juga kadang suka sepak bola luar negeri dengan suporternya itu sesimpel bikin banner atau bendera. Saya suka mereka selalu mencantumkan legend-legend-nya. Walaupun tidak menikmati permainan legend itu pada masanya paling enggak tahulah klub ini bisa jadi sebesar ini karena legend-nya,” ucap Mukti Entut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News