Regina Safri adalah fotografer alam liar yang sudah dikenal di dunia fotografi Indonesia. Lewat karya fotonya ia bersuara bahwa kehidupan di dalam rimba tanah air tidak beres selama bertahun-tahun.
Kepedulian Regina terhadap satwa liar yang tinggi itu datang pada 2011. Saat itu ia merasa harus berbuat sesuatu setelah melihat pembantaian orangutan. Langkahnya menjadi fotografer alam liar pun dimulai.
Keresahan demi keresahan dirasakan Regina melihat nasib satwa liar yang bertahun-tahun menjadi objek fotonya. Dalam menatap Indonesia Emas 2045, ia pun juga menyimpan perasaan yang sama mengenai nasib satwa liar jika dilihat dari situasi politik dewasa ini.
Lalu, bagaimana solusi Regina untuk Indonesia Emas 2045 nanti?
Tergantung Kita, Jangan Hanya Andalkan Pemerintah
Pemerintah Indonesia mengharapkan Indonesia yang lebih baik saat usia menginjak 100 tahun pada 2045 mendatang. Hanya saja, timbul pertanyaan, apakah benar akan emas atau malah kecemasan yang hadir? Masalahnya banyak pekerjaan rumah yang dihadapi pemerintah untuk mewujudkan impian itu.
Regina sebagai orang yang bekerja di industri kreatif tentu mengharapkan cita-cita serupa. Namun, menurutnya tidak bisa kita mengandalkan bantuan pemerintah semata. Langkah-langkah harus dibuat tiap-tiap individu meskipun itu kecil dampaknya untuk negara.
“Aku rasa cemas atau emas tergantung kita, karena kalau kita ngandelin pemerintah doang. Aduh, susah juga ya. Memang kitanya juga harus aktif produktif kritis gitu sih dan do something walaupun untuk kecil buat negara kita,” ucap Regina kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Regina sendiri telah melakukannya. Lewat skill-nya dalam memotret berbagai objek khususnya satwa liar, ia pun menghasilkan sejumlah photo book yang menurutnya masih langka dilakukan fotografer Indonesia.
“Intinya berikan yang terbaik untuk negeri ini. Bagaimanapun ini adalah negeri tercinta. Kita semua harus memberikan terbaik sumbangsih kepada negara. Sebenarnya hal-hal kecil kayak gini juga menurutku berusaha menyumbangkan sesuatu untuk negara, apalagi buku-buku satwa itu kayaknya jarang banget di Indonesia, kebanyakan yang motret kayak gini tuh bule,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News