Siapa yang tidak mengenal Garuda Pancasila? Inspirasi burung Garuda ini ternyata mengambil dari simbolik burung elang yang sangat langka di Indonesia, yaitu burung elang jawa atau javan hawk-eagle (Nisaetus bartelsi).
Sosoknya yang gagah dengan jambul yang menjuntai ke atas membuat elang jawa ini identik dengan Garuda dalam Kitab Adiparwa sebagai panji-panji dewa Wisnu.
Berdiri dengan keagungan dalam Garuda Pancasila, tetapi elang jawa nasibnya sangat miris di Indonesia. Burung endemik ini sudah tidak banyak di temukan dan termasuk dalam daftar merah IUCN tahun 2016 (terancam punah). Lebih lagi karena habitatnya yang sempit dan alih fungsi lahan membuat populasinya semakin sedikit.
Diketahui habitatnya sangat kecil dengan penyebaran di Jawa Timur meliputi Pulau Sempu, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Meru Betiri, dan Taman Nasional Alas Purwo. Elang Jawa juga dapat ditemukan di penangkaran di kebun binatang seperti Kebun Binatang Bandung.
Terlebih lagi dengan sifatnya yang monogami atau hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya dan hanya satu telur dalam setiap kelahirannya. Membuat populasi elang jawa memiliki angka hidup yang cenderung lebih rendah.
Baca juga: Daftar Negara dengan Simbolik Burung pada Lambang Negaranya
Tahun 1990-an burung ini menjadi spesies yang sangat mengkhawatirkan keberadaannya. Semakin maraknya perburuan liar, maka elang jawa juga menjadi salah satu tangkapan yang kemudian di jual ilegal untuk menjadi satwa peliharaan. Akhirnya muncul Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta diperkuat lewat Kepres No. 4/1993 Tentang Satwa dan Bunga Nasional.
Jenis ini juga termasuk salah satu dari 14 satwa prioritas untuk diselamatkan berdasar SK Dirjen PHKA Nomor 132/2011. Akan tetapi, bagaimana status konservasi elang jawa sekarang tahun 2024?
Perkembangan Populasi Elang Jawa
Publikasi baru oleh Journal of Raptor Research yang dikeluarkan November 2023 memberikan sedikit titik cerah untuk populasi elang jawa. Dalam penelitian tersebut diketahui terdapat kenaikan dalam populasi elang jawa.
Tahun 2009 populasinya hanya menyentuh angka 325 pasangan yang siap kawin dan saat rentang 2008 hingga 2019 penelitian, diketahui jumlah ini bertambah hingga 511 pasangan kawin.
Burung ini adalah burung yang sangat bergantung dengan hutan primer untuk berkembang biak dan bersarang. Terutama pohon-pohon tinggi untuk mengerami telurnya. Terlebih lagi diketahui 70% habitat elang jawa berada dalam kawasan hutan lindung dan bahkan sisanya berada di lahan-lahan pertanian dan kebun warga.
Hal ini menjadi polemik yang serius karena degradasi lahan membuat elang jawa kehilangan tempat bersarangnya dan harus beradaptasi dengan menjadikan area pertanian sebagai tempat berkembang biaknya.
Degradasi lahan dikhawatirkan akan membuat semakin sedikit hutan primer di Indonesia. Peneliti pun mencatat terjadinya penurunan habitat selama masa penelitian berlangsung hal ini dikarenakan degradasi hutan yang signifikan membuat berkurangnya variasi makanan yang tersedia bagi elang jawa.
Selain dari itu peneliti juga menyarankan untuk melakukan pemetaan ukuran habitat, hal ini dilakukan sebagai upaya perluasan area habitat bagi elang jawa meskipun tidak didalam kawasan hutan lindung. Melakukan konektivitas habitat dinilai penting karena untuk mengatasi masalah isolasi dan fragmentasi habitat yang terjadi.
Dilakukannya penghubungan petak-petak kecil habitat menjadi lebih besar, membuat populasi elang jawa dapat mempertahankan keragaman genetiknya dan meningkatkan ketahanan terhadap ancaman eksternal. Selain degradasi lahan, deforestasi, dan perdagangan satwa liar ilegal secara daring juga masih banyak ditemukan.
Deforestasi belakangan menjadi masalah yang besar di Indonesia. Akhirnya berdampak sangat besar terutama akan meningkatnya pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi. Dikutip dalam laman Zerohourclimate.org, ketersediaan pohon sangat penting bagi pasokan makanan dan habitat keseluruhan spesies terutama elang jawa.
Dampak perubahan iklim seperti cuaca ekstrim, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan suhu akan berkontribusi pada degradasi dan deforestasi jangka panjang bagi hutan primer habitat elang jawa.
“Degradasi tidak hanya berdampak pada elang jawa, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistemnya” tulis Carlos dalam Zerohourclimate.org. Sebagai predator puncak, elang jawa memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan mengatur populasi spesies mangsanya. Hilangnya elang jawa juga mengakibatkan dampak besar pada seluruh ekosistem.
Upaya yang bisa dilakukan agar elang jawa tetap lestari adalah dengan melakukan pemantauan dan penelitian secara rutin agar pemantauan kesehatan dan populasi elang jawa tetap meningkat. Sehingga membuat data tentang elang jawa semakin lengkap. Didapatkan data yang berkualitas dan secara berkala ini juga akan mengetahui degradasi atau ancaman lingkungan yang akan mempengaruhi spesies-spesies lain termasuk elang jawa yang ada di rentang hutan.
Referensi:
- https://meridian.allenpress.com/rapt/article-abstract/57/4/581/493218/Population-Estimates-of-the-Endangered-Javan-Hawk?redirectedFrom=fulltext
- https://www.zerohourclimate.org/javan-hawk-eagle-climate-change/
- https://www.mongabay.co.id/2023/12/13/meski-populasinya-meningkat-elang-jawa-masih-terancam-apa-sebabnya/
- https://nationalgeographic.grid.id/read/133984377/dunia-hewan-populasi-elang-jawa-dapat-pulih-selama-hutan-lestari?page=all
- https://ksdae.menlhk.go.id/info/8131/mendokumentasikan-tahapan-perkembangan-elang-jawa.htm
- https://animalia.bio/javan-hawk-eagle
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News