Dalam perjalanan Tim KKN Kesan Barisan ke Barito Selatan, Kalimantan Tengah, kami menjumpai berbagai hal menarik salah satunya kehidupan sosial masyarakat. Kami menjumpai maraknya tren pernikahan dini di lingkungan anak sekolah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, Kalimantan Tengah (33,68%) menduduki posisi kedua setelah Kalimantan Selatan (34,22%) sebagai provinsi dengan persentase pernikahan usia anak paling tinggi di Indonesia.
Tingginya angka pernikahan dini yang marak terjadi di Barito Selatan didasari oleh berbagai macam faktor. Salah satunya akibat adanya alasan ekonomi dan usaha untuk keluar dari lingkaran kemiskinan keluarga.
Upaya KKN UGM dalam Pengelolaan Sampah dan Permasalahan Pertanian di Dusun Gebang, Jetis
Ketika kami berbincang dengan salah satu guru di SMA N 3 Buntok, beliau menceritakan ada beberapa siswanya yang memilih untuk menikah dibandingkan melanjutkan sekolah. Mereka beranggapan bahwa pendidikan bukan lah pintu kesuksesan mereka.
Untuk dapat melanjutkan sekolah, mereka memerlukan usaha dan biaya yang lebih. Sedangkan pilihan bekerja dan menikah merupakan jalur yang lebih mudah untuk mendongkrak perekonomian keluarga.
"Siswa takut untuk bermimpi," salah satu kalimat yang diucapkan guru SMA N 3 Buntok yang membuat kami sedih. Kejamnya lingkaran kemiskinan membuat para siswa harus menguburkan dalam-dalam berbagai cita-cita tingginya.
Untuk membrantas masalah ini, Pemerintah Daerah Barito Selatan membuka kesempatan untuk para siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan beasiswa yang telah disediakan. Hanya bermodalkan semangat juang dan rangkaian mimpi, para siswa sebenarnya dapat kembali mengejar mimpinya.
Sayangnya, kesempatan yang diberikan Pemerintah Daerah Barito Selatan kurang mendapat atensi karena terdapat berbagai faktor lain yang membuat para siswa enggan melanjutkan sekolah. Hal ini seharusnya dapat menjadi catatan untuk tenaga pendidik agar dapat mengarahkan para siswa untuk terus bermimpi dan mengejar cita-cita.
Tingginya angka kasus pernikahan dini juga dapat disebabkan karena rendahnya wawasan para remaja mengenai dampak yang dapat terjadi akibat pernikahan dini. Masyarakat cenderung beranggapan bahwa jika sudah menikah, tanggungan untuk mengurus anak menjadi berkurang karena tidak lagi bergantung dengan orangtua.
Padahal hal ini justru tidak dapat menjadi solusi untuk memutus rantai lingkaran masalah ekonomi melainkan masalah-masalah baru yang pada akhirnya akan berujung pada siklus kemiskinan berkelanjutan.
Terdapat hak-hak seorang anak yang terenggut pada anak-anak yang mengalami pernikahan di usia dini. Hak mendapatkan pendidikan, hak untuk hidup bebas sebagai remaja, hak kesehatan, hak dilindungi dari eksploitasi, dan hak untuk tidak dipisahkan dari orangtua.
Mahasiswa KKN-PPM Sungai Kakap UGM 2024 Adakan Pemeriksaan Kesehatan kepada Masyarakat
Hilangnya hak kesehatan merupakan salah satu hak yang patut untuk diberikan perhatian lebih. Anak-anak yang menikah di usia dini memiliki risiko kerusakan organ reproduksi hingga kematian saat melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita cukup umur.
Tidak hanya aspek fisik, aspek psikologis seorang remaja yang menikah dini juga dapat mengancam nyawa seorang remaja seperti depresi, kecemasan, hingga keinginan bunuh diri. Belum matangnya usia orangtua korban pernikahan dini juga dapat mengancam kehidupan anak-anaknya kelak ketika lahir. Ancaman tersebut berkaitan dengan angka risiko kematian bayi, bayi lahir prematur, kurang gizi, stunting, hingga permasalahan psikologis anak.
Untuk itu, kami sebagai mahasiswa KKN-PPM UGM datang dan berbagi pandangan kepada para remaja mengenai pendidikan sistem reproduksi. Kegiatan berbasis pembelajaran tambahan dan bertukar pandangan mengenai pengetahuan teori kesehatan reproduksi dan cita-cita para remaja.
Setelah program kegiatan dijalankan, kami menyadari memang para remaja masih kurang mengenali organ reproduksi miliknya sendiri dan juga cara merawatnya agar terhindar dari berbagai jenis penyakit menular seksual. Dengan dilakukannya kegiatan ini, kami berharap para remaja menyadari perlunya mencintai tubuhnya sendiri, memprioritaskan hak diri, dan meraih mimpi-mimpi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News