Air merupakan salah satu elemen yang memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Piantadosi (2003) menyatakan bahwa manusia hanya bisa bertahan selama 168 jam atau 7 hari tanpa air sebelum mengalami kematian. Berdasarkan karakteristiknya, air terbagi menjadi tiga jenis, yaitu air laut, air payau, dan air tawar.
Satu-satunya jenis air yang dapat digunakan oleh manusia untuk berbagai kebutuhan, seperti konsumsi, sanitasi, perkebunan, maupun pertanian, adalah air tawar, yang memiliki persentase terendah, yaitu hanya 2,5% dari total air di bumi (Gleick, 1993).
Gambar 1. Persentase jenis air di bumi. Sumber: Gleick, 1993
Air tawar merupakan air yang memiliki kandungan garam terlarut yang rendah, sehingga aman untuk dikonsumsi dan digunakan oleh manusia. Berdasarkan sumbernya, air tawar terbagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu air permukaan (sungai, danau, dan rawa), air tanah, dan es yang berada di kutub-kutub bumi.
Membangun Desa Agropolitan: Mahasiswa UGM Uji pH Tanah Kebun Warga di Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang
Secara berurutan, ketiganya memiliki persentase masing-masing sebesar 1,3%, 30,1%, dan 68,6%. Kecilnya persentase air permukaan menyebabkan kebutuhan air tidak bisa sepenuhnya bergantung pada sungai atau danau, sehingga pemanfaatan air tanah menjadi sangat penting.
Air tanah merupakan air tawar yang terinfiltrasi ke dalam tanah dan terakumulasi dalam suatu akuifer. Letaknya yang berada di bawah tanah membuat air tanah sedikit lebih sulit untuk dimanfaatkan dibandingkan dengan air permukaan. Biasanya, air tanah ditemukan di area break of slope atau takik lereng, di mana perbedaan derajat kemiringan lereng cukup tinggi sehingga muka air tanah cenderung dangkal di dasar lereng.
Kelebihan air tanah dibandingkan dengan air permukaan adalah ketahanannya terhadap pengaruh cuaca dan iklim karena air tanah berasal dari air zaman dahulu yang telah terakumulasi dalam jumlah besar.
Gambar 2. Ilustrasi air tanah. Sumber: Widiastuti, 2024
Kedalaman muka air tanah pada setiap daerah akan berbeda, tergantung pada tatanan geologi yang menyusun daerah tersebut, tidak terkecuali Desa Gantang yang berada di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Desa tersebut terletak di lereng barat daya Gunung Merbabu yang mengalami kekurangan air ketika musim kemarau tiba. Kondisi tersebut disebabkan oleh bergantungnya masyarakat pada satu sumber air yaitu PAMSIMAS tanpa memiliki sumur sendiri, sehingga apabila terdapat gangguan pada PAMSIMAS maka kebutuhan air warga tidak tercukupi.
Guna membantu mengatasi masalah tersebut, tim KKN PPM UGM membantu proses eksplorasi air tanah di Desa Gantang melalui 3 tahapan awal, yaitu pemetaan geologi, pembuatan peta GPI (Groundwater Potential Index), dan pendugaan geofisika melalui metode geolistrik.
Lomba Cerdas Cermat dari Mahasiswa KKN Gelombang Dua UPN “Veteran” Jawa Timur
Pemetaan geologi dan pembuatan peta GPI merupakan langkah pertama untuk menentukan area mana yang memiliki prospek air tanah yang tinggi berdasarkan data sekunder meliputi data jenis litologi, struktur geologi, derajat kelerengan, tingkat drainase, dan curah hujan. Berdasarkan hasil tersebut ditemukan bahwa daerah yang memiliki prospek air tanah tinggi berada disisi barat daya Desa Gantang yang memiliki elevasi yang lebih rendah daripada sekitarnya.
Tahapan berikutnya merupakan pendugaan geofisika melalui metode geolistrik 1D untuk mengetahui kedalaman air tanah dititik yang dicurigai terkandung air tanah. Pemilihan metode geolistrik 1D dikarenakan metode ini dapat memberikan akurasi yang lebih tinggi dalam menginterpretasi persebaran material secara vertikal daripada geolistrik 2D.
Konfigurasi yang digunakan merupakan konfigurasi schlumberger yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mendeteksi adanya heterogenitas lapisan batuan dekat permukaan.
Gambar 3. Korelasi data geolistrik 1D di Desa Gantang. Sumber: Hasil penelitian pribadi
Berdasarkan hasil proses eksplorasi yang dilakukan didapatkan bahwa air tanah kemungkinan besar terdapat pada akuifer berjenis lava andesitik yang telah mengalami rekahan yang intens dengan nilai resistivitas 98,11 Ω.m dan terdapat pada kedalaman 20 - 100 m dibawah permukaan area dengan elevasi terendah (665 mdpl).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News