Tanah Borneo menyimpan banyak rahasia alam yang mengagumkan. Dikenal dengan budaya adat yang kental bermukim di tengah hutan, kota-kota besar di Kalimantan justru dipenuhi dengan pendatang dari seluruh penjuru negeri. Salah satu yang unik terletak di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Kota Bontang sendiri dikenal sebagai kota dengan sumber gas alam yang melimpah, bahkan menjadi kota penghasil gas alam terbesar di Indonesia. Selain itu, terdapat beberapa perusahaan tambang besar yang menjadikan Bontang sebagai kota industri. Nah, kira-kira apa sih yang unik dari kota terkaya di Indonesia ini?
Berjarak kurang lebih tiga jam dari Kota Samarinda, Bontang merupaka sebuah kota yang diapit oleh Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Bontang juga berbatasan langsung dengan Selat Makassar di ujung timur yang menjadikan kota ini memiliki banyak pulau-pulau kecil.
Baca juga: Menyambangi Keanekaragaman Hayati Tanpa Batas di Garis Terluar Indonesia
Di tengah kemajuannya sebagai kota terkaya, Bontang memiliki kisah unik di perbatasannya dengan Selat Makassar. Kisah ini bermula dari para pendatang yang berlayar melintasi Selat Makassar yang kemudian mendirikan sebuah kampung-kampung kecil di perjalanannya menuju Bontang.
Yup, kampung-kampung tersebut berada tepat di atas laut! Saat ini, setidaknya ada empat kampung di Bontang yang mengapung di Selat Makassar, yaitu Kampung Malahing, Kampung Selambai, Kampung Selangan, dan Kampung Tihi-tihi.
Keempat kampung ini menjadi destinasi wisata primadona Kota Bontang karena keunikannya. Namun, ada sebuah kampung apung yang unik karena hanya memiliki satu jalan utama yang terbuat dari kayu dengan panjang satu kilometer! Kampung itu bernama Tihi-tihi.
Berdiri dari Hasil Ketangguhan
Di suatu hari pada tahun 1957, tiga orang laki-laki asal Sulawesi Barat yang kemudian dikenal sebagai generasi pertama pergi berlayar melintasi lautan menuju Bontang. Dalam perjalanannya, sampailah mereka di wilayah Kota Bontang walaupun masih sekitar satu jam lagi perjalanannya.
Sebelum memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, ketiga lelaki tersebut terlebih dahulu mencoba peruntungannya dengan memancing. Memang pekerjaan mereka adalah nelayan, lebih spesifiknya nelayan tangkap.
Saat memancing, salah seorang lelaki itu melihat binatang di bawah air yang mirip dengan bulu babi. Keberadaan hewan tersebut dipercaya sebagai pertanda akan adanya keberuntungan.
Tak butuh waktu lama, generasi pertama akhirnya memilih untuk menetap membangun sebuah tempat tinggal di atas air dengan harapan keberuntungan yang terus mengalir di sana.
Harapan akan keberuntungan itulah yang menciptakan nama kampung “Tihi-tihi”. Nama ini berasal dari bahasa Mamuju, Sulawesi Barat yang seringkali diartikan sebagai sebuah keberuntungan.
Tidak lama berselang, generasi kedua muncul memboyong 10 kepala keluarga yang kemudian membangun sebuah kampung apung bernama Tihi-tihi.
Pada tahun 2000 kemudian Tihi-tihi diresmikan menjadi sebuah kampung apung dan dengan dibentuknya RT oleh Walikota Bontang, Andi Sofyan.
Baca juga: Desa Budaya Pampang, Sepercik Budaya yang Nampak dari Hutan Tropis Kalimantan
Letak Geografis Tihi-tihi
Kampung apung Tihi-tihi merupakan bagian dari Kelurahan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Kampung ini dihuni 280 jiwa dengan total 89 kepala keluarga. Karena jumlah penduduknya yang kecil ini membuat luas wilayah Tihi-tihi hanya sekitar 27 Hektar, bahkan jalan utamanya hanya sepanjang 1 kilometer!
Desa Wisata Underrated di Kota Bontang
Penduduk Tihi-tihi baik kepala keluarga maupun anggota keluarga sebagian besar merupakan nelayan. Nelayan di sini bukan hanya nelayan ikan lho, Kawan. Selain tambak ikan, Tihi-tihi juga dikenal sebagai kampung rumput laut.
Berbicara soal ikan, di kampung ini memiliki beberapa tambak yang diisi oleh bermacam-macam ikan air asin, salah satunya yang menjadi primadona Kota Bontang yaitu ikan bawis.
Nelayan Tihi-tihi biasanya pergi meancing ke laut pada pagi atau sore hari dengan hasil tangkapan berupa ikan, teripang, hingga cokka-cokka atau siput laut. Yup, cokka-cokka juga menjadi primadona khas Kota Bontang! Jika berkunjung ke sini, Kawan bisa menikmati hasil tangkapan nelayan yang fresh diolah langsung oleh penduduk sekitar.
Selain itu, Kawan juga dapat melihat langsung bagaimana proses penanaman hingga pemanenan rumput laut yang dilakukan oleh para nelayan di sekitar kampung, lho. Rumput laut hasil panen kemudian dikeringkan untuk selanjutnya dijual ke darat.
Menikmati Sunset dan Stargazing di Kampung Tanpa Listrik
Kawan tidak salah baca, Tihi-tihi hanya dialiri listrik selama 6 jam saja, dimulai pukul 6 sore hingga 12 malam. Setelah itu, pembangkit listrik dimatikan untuk menghemat bahan bakar.
Di sore hari Kawan bisa menikmati matahari di ufuk barat dengan indahnya sambil melihat kesibukan para nelayan dan hasil tangkapannya.
Saat malam telah berada di puncak, Kawan wajib untuk keluar dan menikmati hamparan bintang yang terlihat sangat jelas karena kondisi kampung yang gelap gulita. Bintang memancarkan sinarnya dengan berani untuk menemani para penduduk Tihi-tihi beristirahat dalam lelapnya malam.
Baca juga: Megathrust Menghantui Indonesia, Mengapa Zona Aman Ada di Kalimantan?
Transportasi menuju Tihi-tihi
Sebelum ke Tihi-tihi, Kawan harus lebih dahulu berada di Kota Bontang. Untuk sampai ke Bontang sendiri dapat ditempuh melalui jalur darat dari Balikpapan sekitar 5 jam dan Samarinda sekitar 3 jam. Kalau Kawan berangkat dari Ibukota Nusantara (IKN), maka perjalanan darat yang harus Kawan tempuh sekitar 6 jam.
Setelah sampai di Bontang, yang perlu Kawan persiapkan adalah Kawan harus menyewa kapal di Pelabuhan Tanjung Laut menuju Tihi-tihi. Tarif rata-rata sebesar lima ratus ribu rupiah untuk satu kapal yang muat hingga 15 orang. Perjalanan dari Pelabuhan Tanjung Laut ke Tihi-tihi memakan waktu sekitar 40 menit.
Kawan tidak perlu khawatir jika ingin menghabiskan waktu lebih dari satu malam di sini karena Kawan bisa bermalam di guest house yang terletak di ujung kampung. Selain itu, ada beberapa warung yang menjual aneka makanan khas dari hasil laut mereka, lho!
Itu dia sekilas tentang Tihi-tihi. Jika Kawan berencana mengunjungi Kalimantan Timur, jangan lewatkan untuk liburan di Tihi-tihi, ya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News