SDN Seureumo merupakan salah satu sekolah yang turut serta dalam pawai kemerdekaan di Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar, Aceh pada tanggal 18 Agustus 2024. Dengan jumlah peserta didik yang tergolong minim yakni 59 siswa/siswi dan keterbatasan dana untuk kegiatan karnaval 17 Agustus, kondisi tersebut tidak menyurutkan sama sekali semangat para guru dan juga siswa untuk tampil di acara nasional tahunan tahun ini.
Dalam pergelaran pawai sekaligus debut pertama sekolah setelah vakum dalam berbagai kegiatan eksternal sekolah, SDN Seureumo berani tampil beda tanpa baju adat daerah dan atribut yang umumnya digunakan saat pawai.
Mereka memilih tampil dengan pakaian robek dengan tubuh yang diwarnai dengan cat merah- hitam untuk menunjukkan kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Edi Kurniawan, selaku kepala sekolah, menyampaikan kostum itu sesuai dengan tema yang diangkat oleh sekolah mereka yakni “Penjajahan di Bumi Indonesia”.
Selama pawai, siswa tidak hanya menggunakan kostum sebagai representasi tema. Namun, juga memainkan peran sebagai penjajah dan masyarakat pribumi yang tengah terlibat dalam peperangan. Ini semua menunjukkan jerih payah para pejuang di masa lalu hingga kita bisa sampai di titik yang sekarang.
Bagaimana Persiapan SDN Seureumo untuk Tampil di Pawai?
Tema yang diangkat oleh sekolah tersebut tergolong unik karena jarang di adopsi oleh sekolah tingkat dasar di wilayah Aceh Besar sebelumnya. Kesepakatan merumuskan tema perjuangan para pahlawan di Indonesia juga muncul dari semangat para guru dan siswa SDN Seureumo yang memiliki keinginan tampil meski di tengah keterbatasan jumlah SDM dan dana.
Menurut keterangan dari Edi, “Motivasi dari para guru tentang perjuangan para pahlawan terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan membuat para siswa menjadi makin mantap dengan aksi mereka di pawai”
Pihak sekolah dan siswa bergotong-royong dalam 2 (dua) hari masa persiapasan untuk memaksimalkan penggunaan barang bekas seperti limbah baju, papan triplek, dan barang lainnya yang dapat diolah jadi atribut pendukung. Meski di tengah cuaca hujan, mereka juga tetap semangat mencari bambu di hutan dan daun pisang untuk atribut.
Semangat SDN Seureumo dalam menggunakan bahan bekas dan atribut yang didapat dari alam menunjukkan bagaimana nilai manfaat dari lingkungan hidup di sekitar terhadap manusia. Tentu saja aksi ini harus diapresiasi sebagai upaya menumbuhkan pendidikan kretif pada siswa sekolah dasar.
Apresiasi untuk SDN Seureumo
Berdasarkan informasi yang didapat dari masyarakat sekitar, banyak pihak yang mengapresiasi penampilan debut pertama SDN Seurumo kali ini yang dinilai totalitas.
Edi Kurniawan selaku kepala sekolah yang baru bertugas di SDN Seureumo juga menyampaikan sangat bangga kepada anak-anak didiknya tersebut.
“Saya melihat masyarakat yang ikut menonton ada yang menjatuhkan air mata saat menyaksikan anak-anak kami dan tidak sedikit juga yang terhibur dan tertawa gembira dengan keberanian SDN Seureumo kali ini.”
Tentu, sebagai sekolah yang masih terus berusaha bangkit untuk maju, SDN Seurumo tetap yakin bahwa kesempatan kali ini adalah ajang yang sangat baik untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak-anak.
Jadi tampil berbeda dengan tema mengenang perjuangan adalah cara sekolah ini untuk terus bersemangat dalam mencerdaskan anak daerah, anak bangsa.
Dalam penutup wawancara yang penulis lakukan via Whatsapp, Edi juga menyampaikan, “Saya beserta guru-guru tentu bangga dimana di saat anak-anak dari sekolah lain memakai baju adat dan disulap menjadi cantik, tapi anak-anak kami dengan penuh keyakinan memakai baju dan riasan yang menunjukkan lelah dan berdarah-darahnya perjuangan pahlawa terdahulu.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News