Duta bahasa adalah salah satu program duta yang digagas oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa). Dilansir dari laman Badan Bahasa, program duta bahasa sudah diselenggarakan sejak tahun 2006 berjenjang dari tingkat provinsi sampai tingkat nasional.
Pemilihan duta bahasa bertujuan untuk meningkatkan peran generasi muda dalam memantapkan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing sesuai dengan ranah penggunaan masing-masing guna memperkuat jati diri dan daya saing bangsa. Duta bahasa akrab dengan semboyannya yaitu Trigatra Bangun Bahasa: utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.
Sebagai program duta yang dinaungi langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), duta bahasa juga memiliki perwakilannya di masing-masing provinsi. Salah satunya adalah Duta Bahasa Provinsi Banten yang bermitra dengan Kantor Bahasa Provinsi Banten.
Sejak tahun 2014, Kantor Bahasa Provinsi Banten aktif menyelenggarakan pemilihan Dubas Banten tiap tahunnya. Dubas yang terpilih dalam ajang tersebut kemudian akan berperan aktif sebagai mitra binaan kantor bahasa, yang kelak akan menjalani program untuk memasyarakat dan mempromosikan bahasa di masyarakat umum.
Bagi Kawan GNFI yang tertarik untuk menjadi bagian dari Dubas Banten, Dubas Banten biasa menyelenggarakan seleksi pada awal bulan yaitu Februari—Maret. Untuk menjadi seorang dubas, tahapan yang dilalui cukup panjang. Pertama, minimal seseorang harus mampu menguasai tiga bahasa: bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Kemampuan ini akan dites melalui Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) serta wawancara tiga bahasa.
Tidak hanya kemampuan berbahasa, seorang duta bahasa juga harus mampu menunjukkan eksistensinya di masyarakat melalui program “Krida”. Krida adalah bentuk program yang dilakukan oleh duta bahasa yang bertujuan menyelesaikan masalah nyata di masyarakat melalui usaha sastra, literasi, dan budaya. Krida ini harus dilakukan pada saat pemilihan dan akan dinilai ketika karantina.
Puncaknya, calon-calon dubas akan menjalani karantina intensif selama lebih kurang 3 hari. Dalam karantina, para calon penggerak literasi ini akan mendapatkan beragam materi tentang kebahasaan, wicara publik, etika, dan materi lain yang bermanfaat.
Selain itu ada juga penilaian menyangkut kemampuan wicara publik, unjuk bakat, presentasi krida, sampai final raya yang memperebutkan predikat terbaik duta bahasa.
Kriteria inilah yang membedakan eksistensi duta bahasa dengan duta-duta yang lain. Pasalnya, dubas dituntut untuk menguasai ilmu wicara publik agar dapat memandu dan menyampaikan opini dengan jelas ketika berada di panggung, tidak hanya bisa tampil dengan berpakaian bagus.
Selama 10 tahun berkiprah, Duta Bahasa Banten berhasil mencetak ratusan duta bahasa penggerak literasi yang membangun dan menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa di wilayahnya masing-masing.
Para dubas ini memiliki set kemampuan yang berbeda-beda, seperti kemampuan memandu acara, menulis, atau produksi konten. Selepas pemilihan, Dubas Banten terpilih kemudian akan dinaungi oleh Ikatan Duta Bahasa Banten (Ikadubas Banten) supaya para dubas dapat mengembangkan minat dan kemampuannya agar menjadi bermanfaat.
Salah satu program yang sedang dijalani oleh Dubas Banten saaat ini bertajuk “Krida Aktivis Penggerak Literasi”. Program jangka panjang yang disusun bersama Kantor Bahasa Banten ini menyasar siswa sekolah menengah hingga mahasiswa.
Dengan topik-topik yang berbeda, para siswa dan mahasiswa mendapatkan pembinaan utamanya tentang revitalisasi bahasa daerah lewat narasumber yang kompeten. Hasilnya, para peserta akan diminta untuk membuat konten berbahasa daerah untuk mempromosikan bahasa daerah Banten.
Kawan GNFI tertarik untuk menjadi duta bahasa? Yuk, ikut menjaga Trigatra Bangun Bahasa dengan aktif berkontribusi lewat dubas di wilayahmu, ya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News