Desa Jambeyan berada di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur dan berbatasan langsung dengan Ngawi, Jawa Timur. Secara geografis, Desa Jambeyan terletak di wilayah yang relatif datar dengan tanah yang subur, menjadikannya ideal untuk kegiatan pertanian.
Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, meskipun terdapat juga beberapa usaha kecil dan menengah (UMKM) serta usaha masyarakat lainnya di desa ini. Desa Jambeyan memiliki potensi besar dengan sumber daya alamnya yang masih belum banyak dimanfaatkan.
Halo, kawan GNFI, di sini Tim KKN-PPM UGM Merapah Sambirejo Sub Unit Jambeyan akan mengulas terkait kisah inspiratif dari salah satu warga di Jambeyan, yuk, kita simak bersama kisah inspiratif dari Sugiyono berikut ini.
Sugiyono lahir di Sragen pada 26 Oktober 1979 sebagai anak ketiga dari pasangan Ciptowiyono dan Sukini. Ia memiliki dua kakak, yaitu Samini dan Tini, serta satu adik bernama Sularmi.
Sugiyono tumbuh dalam keluarga sederhana, di mana ayahnya bekerja sebagai petani. Sejak kecil, Sugiyono sudah akrab dengan pekerjaan di sawah, yang mengajarkannya nilai-nilai hidup seperti menerima keadaan dan selalu bersyukur.
Sugiyono memulai pendidikannya di SD Negeri 1 Jambeyan. Setelah lulus, ia melanjutkan sekolah di MTS N Sambi. Selama masa sekolah, Sugiyono sering membantu ayahnya bertani di sawah. Setelah menamatkan pendidikan di MTS N Sambi, ia melanjutkan studi di STM Muhammadiyah Sragen untuk mendalami Teknik Mesin.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Sugiyono memiliki ketertarikan yang besar pada bidang elektro, yang awalnya berawal dari hobi. Karena itu, dia memutuskan untuk membuka usaha servis TV.
Dalam menjalankan usaha ini, Sugiyono sering menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah banyaknya variasi TV yang memerlukan pemahaman baru setiap kali mendapatkan klien.
Namun, seiring waktu, jenis TV berubah dari TV tabung menjadi LCD dan LED. Merasa tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi ini, Sugiyono memutuskan untuk meninggalkan profesi tersebut setelah 20 tahun.
Setelah berhenti dari usaha servis TV, Sugiyono memulai usaha baru di bidang penyediaan listrik untuk daerah yang belum terjangkau serta peningkatan daya listrik. Usaha ini masih ia jalani hingga sekarang.
Kontribusi kepada Desa
Sugiyono terinspirasi dari seorang konsultan yang pernah ditemuinya untuk mengembangkan desa wisata yang terintegrasi dengan pertanian organik. Dia berperan aktif dalam penggalian ide, pemetaan wilayah, pemetaan masyarakat, dan penyusunan masterplan untuk diajukan kepada bupati. Sugiyono juga beberapa kali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Bappeda Litbang dan Dinas Pariwisata.
Dari berbagai pertemuan tersebut, Sugiyono mendapatkan ide untuk mengembangkan biogas dari kandang komunal dengan tujuan menjaga kebersihan lingkungan desa serta tetap terintegrasi dengan pertanian organik.
Selain itu, Sugiyono juga mencetuskan inovasi pembuatan sumur dalam yang didorong oleh masalah kekurangan air bersih dan pola hidup masyarakat yang kurang sehat. Dia membangun tiga sumur dalam yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Sugiyono juga berkontribusi dalam usulan pembangunan Sendang Betong, yang dipicu oleh kondisi sumber mata air yang kurang terawat. Rencana pembangunan tersebut bertujuan untuk merenovasi Sendang Betong menjadi tempat wisata pemandian bagi masyarakat.
“Kalau bulan puasa, masyarakat (Jambeyan) kan sering padusan ke Klaten, jadi kalau ini (Sendang Betong) dikembangkan nantinya dapat mengaktifkan banyak sendi ekonomi masyarakat. Selain itu objek-objek tersebut juga bisa terhindar dari kerusakan”, ujar Sugiyono.
Selain berbagai inovasi yang diciptakannya, Sugiyono juga menjadi sukarelawan dalam kegiatan kemanusiaan melalui "Dadi Peduli." Pengalaman ini dimulai sejak tahun 2016 ketika teman lamanya, Budiyono, pemilik PDS Group, menawarkan ambulans untuk kegiatan kemanusiaan seperti mengantar orang sakit atau jenazah.
“Ambulans ini gratis untuk melayani masyarakat se-Solo Raya mas. Untuk biaya transport dan perbaikan semua ditanggung beliau (Budiyono). Dari beliau saya belajar banyak untuk bersedekah. Saya percaya bahwa jika kita mencukupkan kebutuhan orang lain, maka kebutuhan kita akan dicukupkan oleh Allah”, jelas Sugiyono.
Pengakuan dan Prestasi
Sugiyono memang sudah dikenal diantara warga sekitar sebagai orang yang berdedikasi untuk desa. Ambisi dari beliau untuk mengembangkan tempat yang beliau sebut sebagai “rumah” sudah diketahui dan didukung oleh seluruh warga.
Warga sekitar juga mengakui bahwa Sugiyono memiliki ide - ide unik, kreatif, dan inovatif sehingga tidak ada warga yang pernah memiliki ide serupa sebelumnya. Oleh karena ide - idenya itu, Sugiyono selalu mendapatkan bantuan dari warga sekitar dalam pengerjaan proyek untuk desa yang dia usulkan.
Tantangan yang Dihadapi
Dalam usahanya untuk memajukan Desa Jambeyan, Sugiyono tentu menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut bisa berupa keterbatasan sumber daya, respons dari warga, dan tanggapan dari pemerintah desa.
Salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi Sugiyono adalah keterbatasan dana yang diperlukan untuk menjalankan proyek-proyeknya. Hingga kini, banyak proyek yang dibiayai oleh dana pribadinya untuk merealisasikan ide-idenya. Namun, Sugiyono tidak melihat hal ini sebagai beban, melainkan sebagai sesuatu yang dapat dia sumbangkan untuk desa tempat ia dibesarkan.
Sebagai penggagas berbagai ide inovatif, Sugiyono juga sering kali menghadapi tanggapan awal yang negatif dari warga. Keraguan mereka biasanya muncul karena ketidakpastian mengenai efektivitas ide-idenya dalam mengatasi masalah yang ada. Selain itu, karena banyak ide yang bersifat baru dan inovatif, warga juga merasa ragu tentang cara merealisasikannya.
Sugiyono pun mengakui bahwa beliau sering menemui tantangan dalam merealisasikan idenya. Namun Sugiyono selalu yakin dan gigih terhadap idenya sehingga beliau selalu tekun untuk mempelajari ilmu - ilmu baru yang dibutuhkan untuk merealisasikan ide yang Ia miliki.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Perjalanan hidup Sugiyono bisa menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda. Ketekunan, kegigihan, kepedulian, keikhlasan, dan rasa saling memiliki adalah nilai-nilai yang bisa kita ambil dari kisah Sugiyono. Ia berharap generasi muda dapat menumbuhkan dan mengembangkan kepedulian terhadap sesama, lingkungan, dan alam. Generasi muda juga perlu mencintai desa mereka sendiri, karena dengan begitu rasa kepedulian akan tumbuh.
Sugiyono, seorang tokoh dari Desa Jambeyan, Sragen, yang dengan ketekunan dan kegigihan, telah mengembangkan desanya menjadi lebih maju. Lahir dari keluarga petani sederhana, Sugiyono tumbuh dengan nilai-nilai hidup yang kuat.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan dana dan tanggapan awal yang negatif dari warga, Sugiyono tidak pernah menyerah. Inovasi-inovasinya, seperti biogas komunal dan pembuatan sumur dalam, serta keterlibatannya dalam kegiatan kemanusiaan, menunjukkan komitmennya terhadap kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat.
Perjalanan hidup dan kontribusi Sugiyono memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai dan berkontribusi pada desa mereka, dengan mengedepankan nilai-nilai ketekunan, kepedulian, dan keikhlasan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News