Minimnya catatan tradisi lisan dan sejarah yang ada di Desa Temon, Kabupaten Pacitan, menginisiasi tim KKN-PPM UGM Temon, untuk membuat program kerja yakni membukukan kumpulan tradisi lisan yang ada di desa.
Tim pengumpulan tradisi lisan beranggotakan dari bermacam jurusan seperti Antropologi Budaya, Sejarah, Politik dan Pemerintahan, hingga Sosiologi. Tim dipimpin oleh Afif Naufal Widiadi, mahasiswa jurusan Antropologi Budaya dan juga selaku penanggung jawab program kerja.
Tradisi lisan berbeda dengan sejarah pada umumnya. Menurut KBBI (2016), sejarah berarti pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Sedangkan tradisi lisan berasal dari penuturan dan kisah-kisah yang diwariskan secara turun-temurun.
Proses penyusunan tradisi lisan dilakukan dengan mencari temuan terkait folklor yang berkembang di masyarakat. Pada umumnya tradisi lisan dituturkan dari generasi ke generasi, proses penyusunan naskah tradisi lisan pun berbeda dari proses penyusunan sejarah.
Proses penyusunan sejarah membutuhkan proses verifikasi data berdasarkan urutan kronologis, literatur sejarah, dan artefak yang cukup dalam pembuatannya.
Proses pengumpulan tradisi lisan di Desa Temon berlangsung selama sebulan. Proses pengumpulan dimulai sejak hari pertama pelaksanaan program kerja KKN-PPM yakni tanggal 8 Juli hingga 8 Agustus 2024. Tim pengumpulan tradisi lisan memulai pencarian berdasarkan klaster dusun.
Desa Temon terdiri dari enam dusun, yakni Dusun Krajan Kidul, Gunung Agung, Krajan Lor, Gading, Drono, dan Tenggar. Dari tiap-tiap dusun, tim mencari folklor yang biasa diceritakan oleh warga. Lalu, Afif dan rekan melakukan wawancara langsung kepada para sesepuh dusun atau tokoh masyarakat.
Setelah mendapatkan hasil wawancara, tim melakukan proses transkrip hasil wawancara, lalu memetakan hasil temuan melalui proses coding.
Proses penyusunan buku dilakukan oleh Afif menggunakan hasil temuan yang telah diolah. Dalam penyusunan buku, Afif melakukan proses verifikasi data dan pencocokan tradisi lisan di wilayah lainnya.
“Jejak Leluhur: Legenda dan Tradisi Desa Temon”
Afif Naufal Widiadi, dalam buku yang ia susun, menyampaikan bahwa proses pencarian tradisi lisan di Desa Temon seumpama menelusuri lorong waktu untuk menyelami kekayaan budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Setiap cerita dan tradisi yang terpapar dalam buku bukan hanya sekadar kisah masa lalu, tetapi merupakan warisan yang hidup, membentuk identitas dan kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Temon.
Hal itu digambarkan dari cerita-cerita yang Afif temukan, seperti kisah heroisme Mbah Egrang dan Mbah Rangkong di Dusun Gunung Agung. Lalu, folklor tentang pengembara bernama Mbah Sungsang di Dusun Tenggar hingga legenda Kampung Pitu di wilayah Ngendak, Dusun Krajan Kidul.
Kisah yang disusun oleh Afif dan rekan-rekan adalah bukti bahwa meski di era modern, di mana pengaruh budaya global semakin kuat, masyarakat masih dapat menjaga warisan budayanya agar tetap hidup dan relevan.
Tim yang dipimpin oleh Afif menginisiasi tugas yang mulia. Mereka optimis buku Jejak Leluhur: Legenda dan Tradisi Desa Temon dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara generasi tua dan muda, serta antara tradisi dan kemajuan.
Buku Jejak Leluhur: Legenda dan Tradisi Desa Temon diharapkan dapat menjadi manuskrip sejarah dan memperkaya kearifan lokal di Desa Temon. Dengan begitu, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya di Desa Temon tidak akan pudar oleh waktu, melainkan terus berkembang dan menginspirasi generasi berikutnya serta diwariskan oleh generasi selanjutnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News