dari sayup sayup hingga gebyar tayub dusun tenggar desa temon pacitan - News | Good News From Indonesia 2024

Dari Sayup-sayup hingga Gebyar Tayub, Dusun Tenggar, Desa Temon, Pacitan

Dari Sayup-sayup hingga Gebyar Tayub, Dusun Tenggar, Desa Temon, Pacitan
images info

Para penari berdiri sesuai posisi, memakai selendang yang disampirkan ke bahu dan lengan. Mereka terkadang berhadapan, tak jarang saling silang dengan sinden yang menyelinap di sela-selanya. Para sinden bernyanyi dengan iringan gamelan laras pelog dan slendro.

Iringan kenong dan rekannya berlangsung selama kurang lebih enam menit tiap sesi. Tua muda; penari, bukan penari; bangsawan atau jelata; sesepuh pinisepuh; menari dengan perlahan. Mengisi sore hingga malam menjelang. Kesenian tari itu bernama Tayub.

Para penari tayub dari kalangan anak muda
info gambar

Kesenian tayub menjadi kegiatan puncak HUT RI ke-79 di Dusun Tenggar, Desa Temon pada 6 Agustus 2024. Kegiatan puncak bertajuk Gebyar Tayub itu berisi penampilan dari para warga Dusun Tenggar dan sekitarnya.

Ada pula tamu undangan yang berasal dari ibu-ibu Kecamatan Pringkuku hingga warga Desa Gondang, Kecamatan Nawangan untuk mengisi penampilan.

Persiapan kegiatan telah dilakukan selama hampir sebulan. Adapun persiapan kegiatan dimulai dari penyusunan proposal, perancangan konsep kegiatan, pencarian dana, latihan penari, pengrawit, hingga hari-H pelaksanaan. Warga Dusun Tenggar melakukannya secara gotong royong.

Para panitia pun berasal dari warga Tenggar secara umum. Warga tersebut berasal dari elemen masyarakat berupa perangkat dusun, karang taruna dan ibu-ibu PKK.

Pada kegiatan tersebut pula, terdapat warga yang menjual beraneka makanan dan minuman. Pengunjung juga dapat menikmati suguhan dari penyelenggara acara berupa kopi dan jajanan ringan.

Gending-gending Jawa mengiringi tiap-tiap gerakan dengan khidmat. Ada nuansa magis dan luhur dalam tiap-tiap gerakan penari. Terang saja, menurut Cahyono (2006) dalam artikel jurnalnya yang berjudul "Pola Pewarisan Nilai-Nilai Kesenian Tayub", tayub merupakan seni yang punya kaitan dengan ritus untuk menjaga kesuburan baik kesuburan yang berupa hasil pertanian maupun kesuburan bagi perkawinan.

Para penari tayub
info gambar

Tahukah kawan GNFI, perdebatan tentang seni dimulai sejak zaman Yunani?

Seorang filsuf bernama Plato pernah berkata bahwa seni itu bermula dari tiru-meniru (mimesis) subjek dan objek. Dengan kata lain, seni klasik adalah bentuk peniruan dari apa yang ada di alam semesta.

Kalimat Plato itu diadopsi oleh seniman beratus-ratus tahun setelah kepergiannya. Akan tetapi, menurut para filsuf maupun akademisi saat ini, kalimat tersebut terdengar sangat antroposentris atau dilihat dalam sudut pandang manusia nan tunggal.

Diskusi tersebut membuat manusia tercerabut dari nilai-nilai kemandiriannya, jJuga membuat manusia kehilangan nilai hidupnya. Dengan kata lain, apa yang layak ditiru hanyalah hal yang menarik dan memuaskan hasrat atau keinginan penikmatnya saja.

Pada Gebyar Tayub di Dusun Tenggar, tari tayub tidak menjadi seni yang digambarkan oleh Plato. Tayub Dusun Tenggar bukan seni klasik yang asal adopsi nilai dan berkembang dengan tata cara yang kuno.

Saat ini tayub punya nilai kesenian yang luhur lagi masyhur. Namun tidak menutup kemungkinan para penari maupun sinden memaknai tiap-tiap gerakannya berdasarkan pemaknaan mereka sendiri.

Tayub pula tak hanya menjadi “kesenian” tetapi juga menjadi sarana integrasi sosial antarwarga. Terbukti dari proses pelaksanaannya di Dusun Tenggar, di mana warga bergotong royong menyelenggarakan acara dan di acara tersebut pula warga sekitar bebas untuk mencari rezeki.

Seni tayub telah berkembang menjadi budaya yang dinamis. Tayub bukan lagi kesenian “kasar” dan “murah”. Tayub adalah seni yang menjadi jati diri dan punya pemaknaan nan majemuk bagi mereka yang menari dengan selendangnya. Tayub juga bukan seni yang sayup-sayup mengundang mala, tetapi seni yang mengundang karunia.

 

Penulis : Alit Akhiral, Tim KKN PPM UGM Temon Tahun 2024

Fotografer : Alit Akhiral

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.