menikmati wedang ronde di kota salatiga - News | Good News From Indonesia 2024

Menikmati Wedang Ronde di Salatiga, Kota Transit Pariwisata Jawa Tengah

Menikmati Wedang Ronde di Salatiga, Kota Transit Pariwisata Jawa Tengah
images info

"Senja jelang malam hari itu panorama di bilangan Jenderal Sudirman Kota Salatiga terbilang cukup khas. Dengan suasana guyub nan sejuk, puluhan lapak wedang ronde hadir di pinggir jalan bersama tikar dan bangku untuk para penikmatnya. Ditemani temaram lampu gerobak pinggir jalan, Wedang Ronde adalah salah satu minuman favorit khas Kota Salatiga"

Wedang ronde adalah minuman penghangat badan yang lumayan digemari di daerah dingin. Minuman tradisional ini menjamur di pinggir jalan wilayah Pasaraya Salatiga, salah satu area komersial yang menghadirkan jajanan khas Salatiga di pinggir jalan. Wedang ronde digemari khususnya sejak sore hingga tengah malam hari, bahkan hingga subuh. Lapak gerobang dorong pun sangat mudah ditemui di lokasi ini. Ronde merupakan minuman dengan bola-bola tepung khas dengan sajian air jahe yang pedas manis khas, ditambah kacang tanah, kolang kaling, atau agar-agar sesuai selera.

Tidaklah sukar menemukan minuman wedang ronde di Kota Salatiga. Kawan bisa menemukannya di sepanjang Jenderal Sudirman, kompleks Pasaraya, hingga sekeliling Alun-Alun Pancasila. Umumnya, mereka membuka lapak wedang ronde mulai pukul 15.00 sore hingga larut malam. Bentuknya lapak gerobak dorong dan disediakan tempat duduk bangku plastik bagi penikmatnya.

Khusus di bilangan Jenderal Sudirman, biasanya disediakan semacam tikar lesehan di pinggir jalan. Jadi, kita bisa menikmati wedang ronde sembari duduk bersila ataupun selonjoran di atas tikar. Selain itu, Salatiga juga memiliki makanan khasnya seperti enting-enting dan ampyang gula kacang.

Penulis kemudian bergeser menuju Alun-Alun Pancasila yang terasa sejuk dan teduh. Hamparan pohon, tanaman, dan ruang terbuka hijau yang cukup rapi dan bersih tampak jelas. Seperti itulah suasana alun-alun yang menjadi salah satu ikon kota atau landmark Kota Salatiga ini.

Alun-Alun Pancasila kerap kali disebut juga sebagai Lapangan Pancasila. Destinasi wisata ini dikelilingi berbagai gedung bersejarah dan pepohonan rindang, ditemani hadirnya patung 3 pahlawan nasional kita yang seluruhnya adalah anggota TNI (dulu ABRI).

Dok.Pribadi Danny Richard P Tampubolon
info gambar

Mereka adalah perwakilan TNI yang hadir dari 3 Matra, yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara, yakni, Brigjen Sudiarto dari TNI-AD. Ada juga yang cukup fenomenal adalah Laksamana Yos Sudarso, representasi TNI-AL. Selain itu, ada juga Marsekal Muda Adisutjipto, perwakilan dari matra udara (TNI-AU). 3 Matra dari matra darat laut dan udara hadir dalam suatu alun-alun kota, cukup lengkap dan membanggakan bangsa bukan?

Singkat kata, Alun-Alun Pancasila dan beraneka bangunan pemerintah yang bersejarah ini tertata cukup rapi. Namun, jangan lupa, Salatiga juga hadir sebagai kotamadya yang memiliki potensi kuliner yang cukup tersohor. Ya, salah satunya di sekitaran kompleks Alun-Alun Pancasila yang hadir dengan pelbagai aneka jajanan di pinggir jalan, seperti bubur kacang hijau, nasi babat, hingga bakmi Jawa.

Lalu, Kota Salatiga juga mengenyam predikat sebagai Kota Olahraga. Hal ini dibuktikan dengan maraknya atlet nasional yang berasal dari Kota Salatiga pada cabang atletik dan wushu ataupun sepakbola yang notabene langganan PON (Pekan Olahraga Nasional) yang sudah cukup kawakan. Salah satu yang cukup legendaris adalah kehadiran Diklat Salatiga yang merupakan pabrik dan kawah candradimuka para pesepakbola nasional. Sebut saja mantan striker timnas Indonesia dan klub Persija Jakarta, siapa lagi kalau bukan Bambang Pamungkas alias BP. Lalu ada Kurniawan Dwi Yulianto dan Gendut Doni Christiawan. Mereka ini semua adalah penyerang tim nasional garuda jebolan pabrik Diklat Salatiga.

Keindahan Salatiga sebagai Kota Transit Pariwisata

Tidak hanya sampai di situ, Kota Salatiga juga berpredikat sebagai kota transit pariwisata dengan segudang pesona. Mengapa? karena Salatiga dikelilingi pelbagai gunung seperti Gunung Merbabu, Telomoyo, Gajah Mungkur, dan Ungaran. Sebutan kota transit pariwisata bagi Salatiga tentu cocok dan pantas, bukan?

Dikelilingi Joglosemar alias Jogja, Solo dan Semarang, Salatiga juga tidak jarang disebut Wilayah Segitiga Emas. Sebab, dekat ke kota tetangga yang sangat strategis. Hanya 1 jam dari Semarang, 2 jam dari Solo atau Surakarta, dan kurang lebih membutuhkan waktu 3 jam menempuh perjalanan dari atau menuju Kota Yogjakarta. Mengingat saat ini, Salatiga dan sekitarnya sudah dilengkapi infrastruktur jalan tol sehingga mudah aksesnya dengan daerah lain. Kota tersebut juga dikenal cukup sejuk, karena berada pada dataran tinggi di level ketinggian 450—800 meter di atas permukaan laut.

Dok.Pribadi Danny Richard P Tampubolon
info gambar

Kemudian, kota pendidikan yang terbilang favorit juga lagi-lagi disandang Kota Salatiga, yang mana menjadi incaran para calon mahasiswa atau mahasiswi yang ingin mengukir masa depan mereka. Contohnya adalah UKSW (Univeritas Kristen Satya Wacana), Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya Wacana (STiBA SW), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE AMA) Salatiga, serta IAIN Salatiga. UKSW dibanjiri mahasiswa perantauan berbagai latar belakang suku dan budaya, mulai dari Sabang sampai Merauke.

Bagi Kawan GNFI yang suka hidangan berat, jangan khawatir. Karena Salatiga punya menu andalan nasi babat, khususnya nasi goreng babat. Salah satu yang penulis rekomendasikan adalah Nasi Goreng Babat Ungaran Putra di bilangan Ahmad Yani, Kota Salatiga.

Tidak hanya itu, ada pula Bebek Goreng ABC Warung Sederhana Ibu HJ.Sumiyati yang konon cukup tersohor di seantero Salatiga, bahkan Jawa Tengah. Hidangan Bebek ABC ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman, jantung Kota Salatiga.

Sejarah Salatiga Dijuluki sebagai Kota Betul Tujuh

Dok.Pribadi Danny Richard P Tampubolon

Kawan, untuk beberapa kalangan di Salatiga, Kota Salatiga sering kali disebut Kota "Betul Tujuh". Lantas dari mana istilah "Betul Tujuh" atau "Benar Tujuh" muncul?

Entah, Kawan, siapa yang pertama kali yang menyematkan sebutan Benar Tujuh tersebut. Namun analoginya, Salatiga menjadi Benar Tujuh adalah ibarat sepuluh soal yang harus dijawab, jika terdapat Salah Tiga, maka jumlah jawaban benar tersisa tujuh. Sehingga Salatiga disebut Benar Tujuh.

Yang jelas, kehadiran Kota Salatiga tentu memberikan makna tersendiri baik bagi Jawa Tengah secara khususnya maupun Nusantara pada umumnya.

Kotanya memang "hanya" memiliki 4 wilayah kecamatan dan 23 kelurahan dengan jumlah penduduk 200.000 jiwa, yang tentu tidak terlalu padat.

Kota Salatiga juga sempat meraih predikat pertama sebagai kota toleran se-Indonesia. Predikat tersebut disematkan Setara Institute bagi Kota Salatiga pada tahun 2023 silam. Setara Institute adalah suatu organisasi yang bergerak di bidang penelitian dan advokasi di bidang demokrasi, kebebasan politik serta hak asasi manusia. Kota berslogan "Hati Beriman" ini sukses mengantongi skor tertinggi kedua angka IKT (Indeks Kota Toleran) sebesar 6417 poin setelah melewati sejumlah indikator, variabel dan penilaian. Ya, Salatiga raih peringkat kedua kota tertoleran se-Indonesia.

Jadi tunggu apa lagi, Kawan? Yuk, ke Salatiga!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.