Pagelaran olahraga paling bergengsi, Olimpiade yang berlokasi di Paris, Perancis resmi berakhir pada 11 Agustus kemarin. Ajang tersebut mempertemukan 206 negara dan melibatkan 10.000 lebih atlet terbaik di berbagai cabang olahraga.
Indonesia mengirim 29 atletnya untuk bertanding dengan 13 atlet perempuan dan 16 atlet lelaki. Atlet dari cabang olahraga Bulutangkis mendominasi dengan total sembilan atlet dari satu ganda putri, satu ganda putra, satu ganda campuran, dua tunggal putra, dan satu tunggal putri.
Veddriq Leonardo dari Panjat Tebing dan Rizki Juniansyah dari Angkat Besi berhasil menyumbangkan dua medali emas dan Gregoria Mariska Tunjung dari Bulutangkis berhasil mempersembahkan medali perunggu.
Berkat kerja keras dan usaha mereka, akhirnya Indonesia berhasil membawa pulang tiga medali melalui tiga cabang olahraga yang berbeda.
Atlet Wanita Indonesia Turut Berjaya
Terdapat 13 atlet wanita yang termasuk dalam kontingen. Mereka mewakili berbagai cabang olahraga, diantaranya yaitu Bulutangkis, Panahan, Panjat Tebing, Angkat Besi, Judo, Senam Artistik, dan Renang.
Kabar baik diawali dari cabang olahraga Bulutangkis tunggal putri. Gregoria Mariska Tunjung atau yang kerap disapa Jorji berhasil menyumbangkan medali perunggu pertama untuk Indonesia dari kategori tunggal putri.
Jalan yang ditempuh Jorji tidaklah mudah. Pada pertandingan pertama, dia melawan perwakilan Ukraina, Polina Buhrova dalam dua gim. Selanjutnya, dia dipertemukan dengan atlet dari Ceko, Tereza Svabikova dan unggul melalui dua gim sekaligus memastikan posisinya di puncak Grup G.
Pada babak 16 besar, Gregoria menghadapi Kim Ga Eun dari Korea Selatan. Tiga gim berlangsung dan dimenangkan oleh Gregoria. Di perempat final, atlet asal Thailand, Ratchanok Intanon menjadi rival Gregoria dan langkahnya pun berlanjut hingga semifinal.
Pada semifinal, Gregoria berhadapan dengan An Se Young dari Korea Selatan. Langkah Jorji harus terhenti setelah melewati tiga gim. Namun, Gregoria akhirnya mendapat medali perunggu setelah rivalnya asal Spanyol, Carolina Marin mundur dari pertandingan akibat cedera.
Momen membanggakan ini menjadi angin segar sekaligus membangkitkan semangat atlet Indonesia dari cabang olahraga lainnya untuk berjuang menyumbang medali untuk bangsa.
Atlet wanita lainnya yang tak kalah membanggakan dari cabang olahraga Panahan yang diwakili oleh Diananda Choirunisa. Dia berhasil lolos hingga ke perempat final di nomor recurve perorangan. Setelah pertandingan yang panjang dan ketat, Diandra berhasil masuk hingga hampir memasuki babak semifinal itu.
Pada babak tersebut, dia bertanding dengan atlet tuan rumah, Lisa Barbelin. Diandra unggul pada pertandingan di set pertama dengan poin tipis 28-27. Persaingan di set kedua semakin ketat dengan pengumpulan poin yang sama dari kedua atlet, yaitu 28 poin.
Pada set ketiga dan keempat, kedua atlet lagi-lagi menghasilkan poin yang sama. Namun, kali ini pemanah Indonesia tersebut memimpin 5-3 dari rivalnya.
Set kelima, Lisa Barbelin mulai mendominasi dengan 5-5. Ketika sesi shoot-off atau tembakan penentu untuk mencari pemenang, Diandra kalah atas Lisa. Langkahnya menuju semifinal pun terhenti dan harus merelakan kemenangan pada atlet Perancis tersebut.
Meskipun demikian, prestasi yang ditorehkan Diandra menjadi langkah yang baik dan progresif untuk cabang olahraga Panahan Indonesia sebagai pelajaran dan evaluasi untuk lebih unggul di masa depan.
Rifda Irfanaluthfi, atlet cabang olahraga Senam menjadi pesenam Indonesia pertama yang akan tampil di Olimpiade. Momen bersejarah ini membuat Rifda optimis untuk memberikan penampilan terbaiknya.
World Championship membuat Rifda berhasil lolos ke Olimpiade. Saat itu, dia sedang dalam keadaan cedera di dua bagian, yaitu meniskus dan ACL sehingga mengharuskannya untuk operasi. Bagian meniskus berhasil dioperasi, tetapi tidak dengan ACL-nya. Perawatan pasca operasi, rehabilitas, terapi, dan latihan dilakukan oleh Rifda agar perfomanya membaik.
Baca Juga: Tak Kalah Penting dari Olimpiade, Indonesia Jadi Juara Umum 2024 ASEAN University Games
Hari pertandingan pun tiba dan Rifda turun pada nomor All Around. Namun, dia hanya mampu menaikkan satu dari empat alat yang diperlombakan, yaitu palang bertingkat dan mencetak 9,166 poin. Dibutuhkan sedikitnya 10,000 poin agar bisa lolos ke babak selanjutnya.
Performa yang tidak maksimal ini disebabkan oleh cedera yang belum sepenuhnya pulih. Meskipun demikian, Rifda tetap berbangga karena sudah melangkah sejauh ini dan mencetak sejarah untuk Indonesia.
Azzahra Permatahani menjadi satu-satunya atlet wanita yang mewakili Indonesia untuk cabang olahraga Renang. Pada pertandingan nomor 200 meter medley individu, Azzahra berhasil mencetak waktu 2 menit 20,51 detik pada heat pertama.
Dia berhasil menempati urutan ke-31 dari 33 atlet yang berpartisipasi. Langkahnya menuju simfinal otomatis terhenti karena hanya 16 peserta tercepat saja yang bisa lolos ke babak selanjutnya.
Cabang olahraga Panjat Tebing putri yang diwakili oleh Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rajiah Sallsabilah tampil memukau. Rajiah membuka jalan untuk tim Indonesia di babak perempat final dengan manis.
Dia berhasil menyentuh puncak hanya dalam waktu 6,54 detik dan menyingkirkan lawannya dari Amerika Serikat, Emma Hunt yang mencapai waktu 7,98 detik. Rajiah pun berhasil melanjutkan langkahnya hingga ke semifinal.
Desak Made yang kala itu berhadapan dengan rival lamanya dari China, Deng Li Juan harus mengakui kemenangan rivalnya hanya dengan selisih waktu 0,006 detik. Desak Made mencetak waktu 6,369 sedangkan Deng meraih 6,363.
Di babak semifinal, Rajiah yang juga dipertemukan dengan Deng harus kembali menelan kekalahan dengan selisih waktu yang sedikit.
Rajiah masih memiliki harapan di small final untuk mendapatkan medali perunggu. Dia harus berhadapan dengan Kalucka Aleksandra dari Polandia. Terdapat selisih waktu yang cukup banyak karena Rajiah sempat terpeleset di awal pertandingan.
Meskipun tak berhasil mempersembahkan medali untuk Indonesia, kerja keras Desak Made dan Rajiah Sallsabilah telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional melalui kemampuan mumpuni dari kedua atlet.
Cabang olahraga Judo Indonesia kembali bertanding dan mengobati kerinduan setelah absen selama 12 tahun lamanya. Maryam March Maharani menjadi satu-satunya Judoka yang mewakili Indonesia pada Olimpiade 2024 ini.
Perjuangan tak kenal lelah ditempuh Maharani agar bisa berpartisipasi dalam ajang olahraga bergengsi itu. Dia harus mengumpulkan poin demi poin dari berbagai kejuaraan di kancah nasional hingga internasional.
Pada pertandingan pertama, dia berhasil mengalahkan Jacira Ferreira asal Mozambik dalam babak eliminasi 32 besar kelas -52 kg. Maharani unggul dengan skor 10-0 dalam waktu pertandingan 47 detik dan mengamankan posisinya di babak 16 besar.
Pada babak tersebut, Maharani bertemu dengan Distria Krasniqi, Judoka asal Kosovo. Mereka bertarung untuk kelas -52 kg dan hasilnya dimenangkan oleh Distria melalui ippon atau bantingan.
Pulang dengan tangan kosong tak membuatnya sedih. Dari pertandingan tersebut, Maharani memperkaya pengalamannya dan termotivasi untuk berjuang lebih keras dan berlatih lebih maksimal.
Atlet Angkat Besi wanita ternama, Nurul Akmal menjadi atlet pamungkas yang tampil mewakili Indonesia di Olimpiade kemarin. Ia berhasil menempati peringkat ke-12 pada angkat besi kelas +81 kilogram putri.
Pertandingan diawali dengan angkatan snatch dengan beban 105 kilogram. Angkatan kedua, beban ditambah menjadi 110 kilogram. Meskipun berhasil mengangkat beban, tetapi juri menilai angkatannya tidak sempurna sehingga dianulir.
Pada percobaan ketiga, dia kembali mengangkat beban yang sama. Namun, juri tetap menganggapnya tidak sah karena terdapat kesalahan dalam cara mengangkat. Banding pun dilakukan namun tetap tidak berhasil.
Pada sesi angkatan clean & jerk, Nurul Akmal mengawalinya dengan beban seberat 140 kilogram. Tidak tampak kesalahan dalam mengangkat dan sukses menaikkan barbel hingga ke atas kepala. Di percobaan kedua, beban ditambah menjadi 145 kilogram. Meskipun berhasil, tetapi juri menganggapnya tidak sah.
Pada percobaan terakhir dengan beban 151 kilogram, dia gagal menahan beban di atas kepala. Poin sebanyak 245 kilogram pun terkumpul dan dia gagal membawa medali untuk Indonesia.
Baca Juga: Strong Women of Indonesia, Peran Besar Atlet Angkat Besi Wanita di Olimpiade untuk Indonesia
Dukungan dan Tantangan yang Dihadapi para Atlet
Rangkaian panjang Olimpiade Paris 2024 telah dilalui oleh para atlet dengan serius dan sepenuh hati. Perolehan tiga medali adalah hasil terbaik yang didapat dari kerja keras dan usaha yang telah mereka kerahkan.
Mampu berpartisipasi dalam ajang olahraga ini membuat mereka merasa bangga dan termotivasi untuk berlatih lebih keras dan memberikan hasil lebih baik di masa yang akan datang.
Sejumlah tantangan tentunya dihadapi oleh mereka, mulai dari cedera, fisik yang tidak terlalu kuat, mental yang kurang siap, hingga kompetisi antara atlet yang sangat ketat. Meskipun demikian, dukungan juga datang dari berbagai pihak.
Suhu di Paris yang sedang memanas membuat pemerintah harus menyediakan sendiri alat pendingin ruangan agar para atlet tetap merasa nyaman dan fokus dalam bertanding.
Kepada para atlet yang berhasil meraih medali, pemerintah tentunya sudah menyiapkan bonus dengan nominal yang beragam. Hal itu merupakan salah satu bentuk apresiasi atas kerja keras dan keberhasilan yang telah diraih.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News