Halo Kawan GNFI, berbicara terkait sejarah dan juga budaya, tentunya indonesia memiliki banyak sekali sejarahnya, karena Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya. Kenapa sih, Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya akan budaya?
Sebab, indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa. Nah, di sini teman-teman dari KKN-PPM UGM akan mengulas terkait salah satu sejarah yang di Indonesia, yaitu Makam Mojogiri.
Kawan GNFI apakah kalian sudah mengetahui terkait sejarah Makam Mojogiri? Apakah kalian sudah tahu nilai budaya serta pemeliharaan Makam Mojogiri seperti apa? Yuk, kita simak bersama sejarah berikut ini!
Makam Mojogiri, yang terletak di Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, merupakan situs bersejarah yang menyimpan banyak cerita tentang perjalanan panjang para leluhur dan budaya masyarakat setempat.
Bersama Masyarakat, Tim KKN-PPM UGM Bersihkan Pantai di Empat Desa
Makam ini bukan hanya sekedar tempat peristirahatan terakhir bagi mereka yang telah berpulang. Namun, juga menjadi simbol penghormatan dan penghargaan terhadap warisan leluhur yang telah membentuk identitas dan karakter masyarakat sekitar.
Sejarah Makam Mojogiri
Menurut cerita Manto Giman (80 tahun) yang merupakan salah satu sesepuh di Desa Jetis, berdasarkan cerita turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi, Makam Mojogiri dipercaya sebagai tempat dimakamkannya seorang tokoh penting pada masa kerajaan di Jawa, yaitu Eyang Sanggayudha.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa beliau adalah seorang bangsawan dan pelindung masyarakat yang dihormati pada masanya. Manto Giman juga menyebutkan bahwa Mojogiri dulunya adalah kawasan yang dianggap keramat dan sering digunakan sebagai tempat beristirahat bagi para tokoh spiritual.
Nilai Budaya Makam Mojogiri
Makam Mojogiri memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat Desa Jetis dan sekitarnya. Setiap tahun, terutama pada bulan Suro (bulan pertama dalam kalender Jawa), masyarakat mengadakan upacara tradisional yang dikenal dengan "Nyadran".
KKN PPM UGM 2024 dan Pokdarwis Pulau Liki, Sinergi Sambut Kemajuan Pariwisata
Nyadran merupakan tradisi ziarah ke makam leluhur, yang diiringi dengan doa-doa dan berbagai persembahan seperti sesaji. Tradisi ini bertujuan untuk menghormati arwah leluhur sekaligus memohon berkah dan keselamatan bagi keluarga serta masyarakat.
Selain itu, Makam Mojogiri juga sering dikunjungi oleh peziarah dari luar desa yang datang untuk berdoa dan mencari berkah. Keberadaan makam ini memperkuat ikatan spiritual antara masyarakat dengan leluhurnya, serta memperkokoh rasa kebersamaan dalam menjaga tradisi dan kepercayaan yang telah diwariskan.
Pemeliharaan dan Peran Masyarakat
Pemeliharaan Makam Mojogiri dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Desa Jetis. Mereka bergotong royong membersihkan area makam, memperbaiki jalan menuju makam, serta merawat bangunan-bangunan di sekitarnya.
Kegiatan ini menunjukkan betapa kuatnya nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab sosial yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat setempat.
Makam Mojogiri tidak hanya menjadi situs sejarah, tetapi juga menjadi cerminan dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Desa Jetis. Kehadirannya memberikan pengaruh positif dalam menjaga keharmonisan dan kesatuan warga desa.
Makam ini menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah dan kebudayaan yang ada di Sragen, serta menjadi pengingat bahwa leluhur selalu menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Dengan semakin berkembangnya zaman, masyarakat Desa Jetis berharap agar Makam Mojogiri tetap lestari dan terus dijaga keberadaannya. Mereka berkeinginan agar makam ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat lokal. Namun, juga oleh generasi muda sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan.
KKN UGM, Menilik Persiapan Warga Dusun Jamblangan Sambut HUT RI ke–79
Makam Mojogiri di Desa Jetis bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga menjadi sebuah monumen sejarah yang menyimpan nilai-nilai luhur serta menjadi simbol kebanggaan masyarakat.
Melalui upaya pelestarian dan pengenalan sejarahnya, diharapkan Makam Mojogiri akan terus memberikan inspirasi bagi generasi mendatang dalam menghargai dan melestarikan warisan leluhur.
Penulis: Muhammad Farid, Muhammad Firman Al-Khawarismi, Alifia Zahra Khoirunnisa
Fotografer: Maya Enggar
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News