Sensory play adalah jenis permainan yang melibatkan penggunaan indra, seperti sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa, untuk merangsang perkembangan kognitif, fisik, dan emosional anak-anak.
Sensory play memiliki berbagai manfaat, yakni membantu perkembangan anak dengan mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, meningkatkan bahasa dan komunikasi, serta merangsang kreativitas dan imajinasi.
Selain itu, permainan sensorik memperbaiki keterampilan sosial, membantu anak mengelola emosi, dan meningkatkan fokus serta perhatian. Manfaat lainnya termasuk mempromosikan pemecahan masalah dan pembelajaran melalui eksplorasi langsung.
Mengingat pentingnya sensory play pada anak-anak, Tim KKN-PPM UGM Puding Besar 2024 mengusung sebuah kegiatan bersama anak-anak yang berhubungan dengan ini.
Tim mengajak anak-anak Kotawaringin untuk membuat cap memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti gambas, kol, wortel, brokoli, dan timun. Tinta yang digunakan juga didapatkan dari bahan-bahan alami, seperti kunyit dan pandan.
Baca Juga: Pelatihan Dokter Cilik di SDN Nagarakembang 1 oleh Mahasiswa KKN-PPM UGM Periode II 2024
Kegiatan ini menarget anak-anak TK dan SD yang tinggal di Desa Kotawaringin sebagai peserta. Adapun lokasi kegiatan bertempat di GOR Desa Kotawaringin.
Kegiatan sensory play dengan eco-captelah direncanakan sejak satu minggu sebelum pelaksanaan. Para mahasiswa KKN memberikan pemberitahuan mengenai kegiatan ini dari mulut ke mulut melalui tetangga yang tinggal di sekitar pondokan.
Kegiatan dilaksanakan pada 20 Juli 2024. Rangkaian kegiatan dimulai dengan pembukaan dan masing-masing anak menceritakan apa saja yang telah dilakukan di sekolah selama 7 hari pertama memasuki tahun ajaran baru.
Sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka belum belajar apa pun. Mereka hanya membersihkan kelas bermain saja. Setelah itu, barulah kami memasuki kegiatan inti, yakni membuat cap dari bahan-bahan alami.
Sebagai pembuka, salah satu anggota tim KKN-PPM UGM mengajak anak-anak untuk belajar bersama mengenai sumber warna alami. seperti warna kuning dari kunyit. Anak-anak bersemangat menyebutkan warna-warna yang ditunjukkan serta nama tumbuhan-tumbuhan yang disebutkan.
Setelah itu, setiap siswa dibagikan 2 lembar kain yang ditujukan untuk menjadi kanvas. Para mahasiswa KKN pun selanjutnya memberikan instruksi untuk mengambil minimal satu sayuran yang akan digunakan sebagai cap, lalu mencelupkannya ke dalam gelas yang berisi tinta.
Anak-anak mencoba berbagai jenis cap yang ada dan mencampurkannya dengan berbagai macam warna yang tersedia. Dari cap-cap yang dibuat, terbentuklah pola-pola unik dari masing-masing anak.

Konsep kegiatan eco-cap diusung oleh salah satu mahasiswa KKN yang mengambil program studi Kehutanan. Setelah itu, mahasiswa lain dari program studi Psikologi memunculkan ide untuk menggabungkan kegiatan ini dengan konsep sensory play. Hal ini menunjukkan adanya kerja sama interdisipliner yang ada dalam tim KKN.
Kegiatan sensory play dengan eco-cap ini tidak hanya dapat menstimulasi indera anak-anak, tetapi juga dapat meningkatkan daya kreativitas sekaligus memberikan kesempatan mereka bermain.
Selain itu, mereka juga mendapatkan ilmu mengenai macam-macam sayuran serta tumbuhan-tumbuhan yang dapat menjadi pewarna alami.
Sebelum kegiatan eco-cap, Tim KKN sudah rutin mengadakan pembelajaran secara informal di pondokan setiap sore dari Senin sampai Jumat. Kegiatan ini biasa disebut dengan circle time.
Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak TK hingga kelas 3 SD. Materi yang diberikan cukup bervariasi, mulai dari membahas cita-cita, mengenali enam emosi dasar manusia, hingga membaca Al-Qur’an.
Di samping itu, mereka juga berkesempatan mempelajari mata pelajaran dasar, seperti matematika dan bahasa Inggris. Kegiatan circle time ini selalu ditunggu dengan antusias oleh anak-anak di Desa Kotawaringin.
Baca Juga: Karier, Keluarga, Pendidikan: Bekal Siswa SMAN 2 Puding Besar untuk Kehidupan pasca Sekolah
Penulis: Virna Amrita | Penyunting: Putri Diah Syafitri
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News