Tanggal 1 Agustus lalu diperingati sebagai Hari Kanker Paru Sedunia. Peringatan ini dibuat demi meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat di seluruh dunia untuk lebih peduli dengan kanker paru dan memberikan dukungan moril kepada penderitanya.
Kanker paru menjadi salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi di masyarakat dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menuliskan, kanker paru menjadi sebuah permasalahan yang sangat serius mengingat penyakit ini merenggut nyawa sebagian besar penderitanya.
Estimasi GLOBOCAN 2020 yang ditulis pada situs resmi WHO menyatakan, kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian akibat kanker, dengan perkiraan 1,8 juta kematian atau sekitar 18 persen di tahun 2020.
Untuk mendukung pencegahan kanker paru, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turut mengupayakan pendeteksian dini kanker di puskesmas.
Sedikit tentang peringatan Hari Kanker Paru Sedunia
Kampanye peringatan kanker paru dan isu-isu terkait penyakit ini mulai disorot pada 2012 silam. Saat itu, Forum of International Respiratory Societies (FIRS) bekerja sama dengan International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dan American College of Chest Physicians.
Sejak saat itu, peringatan Hari Kanker Paru Sedunia selalu diperingati setiap tanggal 1 Agustus. Kampanye besar yang dilakukan oleh berbagai organisasi, tenaga medis, peneliti, dan para penyintas kanker paru sendiri merupakan sebuah usaha untuk menunjukkan bagaimana menghadapi dan mencegah kanker paru.
Baca juga: Kemenkes Rencanakan Penggunaan Label Nutri-Grade untuk Tekan Diabetes di Indonesia
World Conference of Lung Cancer (WCLC), sebuah organisasi yang fokus untuk mengedukasi masalah kanker paru untuk masyarakat, menjadi asosiasi belajar kanker paru yang paling terkemuka di dunia. Organisasi tersebut mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk lebih peduli dengan isu dan masalah kanker paru.
Pencegahan kanker paru
WHO mencatatkan, 85 persen penyebab utama kanker paru adalah merokok. Tidak hanya bagi perokok, kanker paru juga bisa menjangkiti mereka yang tidak merokok akibat menghirup paparan asap rokok orang lain.
Faktor penyebab lainnya adalah polusi udara, sindrom kanker keturunan, penyakit paru kronis yang pernah diderita sebelumnya, bahkan pekerjaan yang menghirup bahan material tajam, seperti asbes maupun bahan kimia lainnya.
Gejala-gejala yang menunjukkan kemungkinan serangan kanker paru di antaranya, batuk yang tak kunjung sembuh, nyeri dada, sesak napas, batuk berdarah, kelelahan, penurunan berat badan secara signifikan dalam waktu singkat, dan infeksi paru-paru yang terus kambuh.
Pencegahan kanker paru-paru yang sangat direkomendasikan oleh WHO adalah dengan tidak merokok. Selain itu, terdapat dua jenis pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu pencegahan primer dan sekunder.
1. Pencegahan primer
Pencegahan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit melalui pengurangan risiko dan perilaku hidup sehat dengan cara:
- Berhenti merokok
- Menggalakkan lingkungan bebas rokok
- Kebijakan untuk mengendalikan tembakau
- Menurunkan tingkat polusi udara
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan jenis ini dilakukan dengan metode screening. Screening bertujuan untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal. Hal ini sangat penting untuk dapat mencegah penyebaran risiko kanker yang semakin parah.
Baca juga: Sah! Presiden Teken PP Kesehatan, Dukung Program ASI Eksklusif Sampai Kendalikan Rokok
Deteksi dini melalui screening dapat meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan, Metode screening yang dapat digunakan untuk kanker paru-paru adalah tomografi terkomputasi dosis rendah (LDCT).
Upaya Kemenkes Bantu Deteksi Kanker Lebih Awal
Kementerian Kesehatan RI turut membuat strategi untuk mendeteksi kanker sedari dini. Hal tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan transformasi kesehatan bersama.
Sejauh ini, Kemenkes membuka layanan deteksi dini untuk empat jenis kanker utama, yakni kanker payudara, kanker serviks, kanker paru-paru, dan kanker usus. Saat ini, layanan tersebut terdapat di puskesmas pada 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Kemenkes menyiapkan beberapa alat seperti Probe Linear USG untuk deteksi kanker payudara. Kemudian, terdapat tes HPV DNA untuk deteksi kanker serviks.
Selain itu, terdapat layanan skrining LDCT untuk kanker paru dan kolonoskopi untuk kanker usus besar. Seluruh layanan tersebut sedang dipersiapkan dengan harapan, pada tahun 2024 ini, terdapat 10.000 puskesmas dari 514 daerah yang mempunyai layanan tersebut.
Di sisi lain, Kemenkes juga bekerja sama dengan organisasi profesi dan kolegium untuk melakukan pelatihan masif bagi para dokter umum di puskesmas.
Baca juga: Sound Healing, Jenis Terapi yang Bermanfaat untuk Kesehatan Jiwa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News