Tradisi Batak mencerminkan keanekaragaman dan keunikan budaya masyarakatnya, meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari upacara adat hingga ritual keagamaan. Dengan sistem kekerabatan yang kompleks, bahasa yang kaya, dan seni pertunjukan yang memukau. Tradisi Batak juga menawarkan wawasan mendalam tentang kehidupan sosial dan spiritual masyarakatnya.
Seperti yang kita ketahui, Batak termasuk suku yang sangat memegang teguh budaya maupun tradisi yang dimiliki sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan eksistensi tradisi ataupun adat istiadat dengan nilai-nilai kebudayaan yang diadakan oleh masyarakat suku Batak Toba seperti tradisi martumpol (tunangan), tradisi memasuki rumah baru, tradisi mangadati (memberi adat), tradisi mangokkal holi (tradisi menghormati leluhur dengan cara memindahkan tulang belulang leluhur untuk dikumpulkan di satu tempat baru), dan tradisi marhata sinamot (transaksi yang diberikan pihak laki-laki kepada wanita untuk melakukan pernikahan).
Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai martumpol, yaitu salah satu adat yang dilaksanakan adat di suku Batak Toba, salah satu acara adat sebelum pernikahan dilaksanakan.
Didiet Maulana Pilih Tenun Ikat Dibanding Batik, Generasi Muda Jadi Alasannya
Martumpol Hanya untuk Pengantin yang Menganut Protestan
Martumpol merupakan inovasi dari para penginjil di tanah Batak sehingga kegiatan ini dilakukan di gereja atau di rumah yang dikukuhkan oleh pendeta dari gereja beraliran protestan (HKBP). Namun, perlu digarisbawahi bahwa martumpol ini khusus diperuntukkan bagi penganut protestan. Dengan kata lain, jika calon pengantin beragama Katholik, tidak harus menjalani tahapan martumpol, melainkan menjalani acara Marpudun Saut.
Pelaksanaan Martumpol
Martumpol dihadiri oleh orang tua kedua mempelai dan keluarga mereka dengan undangan dan biasanya diadakan di gereja karena acara ini sebagian besar dipegang oleh Batak Toba Kristen. Martumpol berasal dari kata "tumpol" yang berarti "ikat" atau "janji". Upacara Martumpol adalah acara resmi di mana pasangan yang akan menikah mengikat janji di depan keluarga dan gereja. Upacara ini menandakan komitmen serius antara kedua belah pihak dan biasanya melibatkan doa serta pemberkatan dari pendeta.
Prambanan Jazz Festival, Event Musik Internasional Penggalak Diplomasi Budaya
Proses Martumpol biasanya diadakan selama beberapa hari, umumnya diadakan selama 15 hari atau lebih, sebelum upacara pemberkatan dan pesta adat pernikahan yang dibacakan dalam berita jemaat (tingting) pada saat ibadah hari minggu minimal dalam dua kali ibadah minggu sehingga jemaat dan khalayak mengetahui rencana pernikahan kedua calon mempelai dan mengajukan keberatan apabila calon mempelai masih memiliki hubungan asmara dengan orang lain.
Martumpol dalam adat Batak dan tunangan dalam budaya lain sama-sama merupakan tahap penting sebelum pernikahan yang menandakan komitmen serius antara pasangan. Namun, Martumpol memiliki elemen religius dan adat yang lebih kuat serta formal dibandingkan tunangan yang bisa lebih bervariasi tergantung pada budaya dan tradisi masing-masing.
Maestro dari Sulawesi Tengah, Ina Tobani dan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin
Sumber : Frederica, Syafrial, Mangatur Sinaga. (2018). Material of The Toba Martumpol (Semiotic Study). Jurnal Online Mahasiswa, 5 (1).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News