dari kardus ke harapan upaya penyelamatan juju si burung rongkang endemik sulawesi - News | Good News From Indonesia 2024

Dari Kardus ke Harapan, Upaya Penyelamatan Juju si Burung Rongkang Endemik Sulawesi

Dari Kardus ke Harapan, Upaya Penyelamatan Juju si Burung Rongkang Endemik Sulawesi
images info

Pada suatu senja di hari Jumat (19/07/2024) yang sendu, seekor teman baru menghampiri kami yang sedang bersantai. Teman baru itu bernama Juju, seekor Burung Rongkang Sulawesi yang selama ini hanya kami lihat di buku. Pada awalnya, salah satu warga Desa Moolo menemukan Juju tergeletak di tengah jalan, tak berdaya dan tak bisa terbang.

Kemudian, salah satu anggota KKN-PPM UGM merasa iba dan menawarkan untuk mengobati Juju di Pondokan mengingat terdapat mahasiswa KKN yang berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan. Saat dibawa ke pondokan, sontak kami semua kaget. Baru pertama kali kami melihat spesies burung langka ini, ditambah lagi dengan keadaan terluka di bagian kaki dan sayap karena senapan angin.

Dua teman kami yang berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan langsung sigap untuk memberikan pertolongan kepada Juju. Mereka berdua langsung melakukan penanganan pertama berupa pembersihan dan penutupan luka dengan betadine dan kassa. Setelah itu, mereka menuju ke puskesmas untuk mencari underpad dan spuit untuk kebutuhan sehari-hari Juju.

Untungnya, puskesmas bersedia memberikan underpad dan spuit secara gratis. Kami segera membaringkan Juju di dalam kardus dengan dialasi underpad dan mencarikan posisi sebaik mungkin agar Juju bisa berbaring dengan nyaman. Meski demikian, kenyataan bahwa Juju terkurung di dalam kardus alih-alih terbang bebas di alam liar membuat kami semua merasa prihatin.

Kondisi tubuh yang sudah cukup parah membuat burung ini tergeletak lemas.(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
info gambar

Tidak cukup sampai situ, teman-teman dari Fakutas Kedokteran Hewan juga melakukan konsultasi dengan Dokter Hewan yang ahli dalam bidang konservasi terkait langkah apa yang selanjutnya perlu dilakukan untuk menyelamatkan Juju. Sembari menunggu arahan serta resep obat dari dokter hewan ahli konservasi, kami berusaha untuk menghubungi Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) daerah setempat.

Mengenal Kampung Malagufuk di Papua, Tempat Pengamatan Burung Dunia

Setelah mendapatkan resep obat dari dokter hewan ahli konservasi, mereka langsung menuju ke rumah petugas kesehatan hewan di Maligano, kecamatan sebelah, yang berjarak kurang lebih 12 km. Dengan mengendarai motor dan penerangan seadanya, mereka berkendara menuju Maligano di tengah gelapnya malam.

Demi mendapatkan obat Juju, teman kami rela menerjang lebatnya hutan Sulawesi sembari ditusuk oleh angin malam yang berhembus kencang. Perjalanan menuju rumah petugas kesehatan tersebut memakan waktu 35 menit di tengah gelapnya hutan yang lebat. Rasa takut dan putus asa sempat dirasakan selama perjalanan.

Akan tetapi, perasaan negatif tersebut segera ditepis karena yakin bahwa mereka tidak sendirian, melainkan diiringi malaikat-malaikat di perjalanan kemuliaan ini.

Sesampainya di rumah petugas kesehatan, mereka disambut oleh senyuman hangat seorang pria berusia sekitar 60 tahun. Pria itu bernama Daud, seorang petugas kesehatan hewan yang hampir setiap hari berkelana di sekitar Kecamatan Batukara untuk mengobati hewan ternak.

Mereka bercengkrama cukup lama sebelum izin pamit untuk melakukan perjalanan pulang. Sembari memberikan obat yang sudah diresepkan, Daud berpesan, “Hati-hati, ya,” tiga kata sederhana yang mengantarkan mereka pulang dengan selamat.

Setibanya di Pondokan, mereka bergegas mengobati luka Juju dengan memberikan obat antibiotik merk Ampicillin dan Vetoxy. Dengan penuh kekhawatiran, mereka berharap setiap tetes obat yang diberikan akan membawa keajaiban bagi Juju yang lemah tak berdaya.

Suasana yang tegang turut diiringi suara lirih doa mereka yang menggema di ruangan untuk memohon kesembuhan bagi sang burung. Angin malam yang mulai berhembus menambah nuansa dramatis, seolah turut merasakan perjuangan mereka dalam menyelamatkan nyawa Juju yang berharga.

Hari sudah berganti, dan kami masih menunggu kabar dari BKSDA untuk menjemput Juju. Keadaan Juju tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang berarti. Juju masih tergeletak lemas, tak mampu terbang dengan sayap dan kakinya yang terluka. Setiap hari kami rutin memberinya makan dan minum, tetapi semangat Juju untuk menelan makanannya pun kian memudar.

Biasanya, kami memberikan buah-buahan dan mengajaknya berjemur di bawah sinar matahari yang lembut. Di dalam kardus sederhana beralaskan underpad, Juju berusaha memulihkan badannya. Kehadirannya yang rapuh menyelubungi suasana dengan rasa iba, sementara doa-doa kami terus melayang, berharap akan mukjizat yang menyembuhkannya.

Burung Kasuari, Burung Purba yang Setia Menjaga Ekosistem Hutan Papua

Empat hari lamanya kami menunggu kabar dari pihak BKSDA, selama itu juga kami merawat Juju dengan kasih sayang sembari berharap Juju bisa segera pulih dan bisa mengepakkan sayapnya untuk terbang kembali. AKhirnya, pada hari Senin (22/07/2024), kami mendapatkan kabar gembira dari pihak BKSDA bahwa Juju akan segera dijemput oleh tim penyelamat.

Kami segera bergegas untuk menyiapkan Juju beserta obat-obat yang sekiranya diperlukan Tim BKSDA selama merawat Juju.

Tepat di jam 10.03, dua orang Tim BKSDA datang untuk menjemput Juju. Kami menceritakan tentang kondisi Juju dan penanganan apa saja yang sudah kami lakukan. Setelah berdiskusi selama kurang lebih 20 menit, kedua petugas tersebut pamit izin melanjutkan perjalanan dan membawa Juju untuk dibawa ke Kantor BKSDA di Kendari.

Kami berpamitan dengan kedua petugas tersebut dan berpesan, “Minta tolong Juju dijaga ya pak, buk..” sembari menahan sedih karna harus berpisah dari Juju. Rasanya berat melihat Juju yang telah menjadi bagian dari hidup kami dibawa pergi menuju nasib yang belum pasti.

Namun, harapan kami tertuju pada tangan-tangan profesional yang akan merawat dan memberikan yang terbaik untuk Juju. Dengan hati berat, kami melambaikan tangan, mengirimkan doa dan harapan untuk kesembuhannya.

Beberapa mahasiswa tim KKN UGM Muna Merona beserta Kepala Desa Moolo menyerahkan Juju kepada petugas BKSDA(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
info gambar

Kedua petugas BKSDA mempersiapkan barang-barang dan bergegas pulang dengan motor dengan membawa Juju di dalam kardus, di pangkuan salah satu petugas. Tim penyelamat BKSDA perlahan-lahan menghilang dari pandangan kami bersamaan dengan Juju yang juga sudah terlihat lagi sayap indahnya.

Terima kasih Juju, kamu sudah memberikan kami kesempatan untuk merawatmu. Juju, kamu punya tempat yang spesial di hati kami. Air mata kami mengalir, tetapi hati kami penuh harap. Semoga, Juju mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan bahagia di tempat yang baru.

Jumlah Spesies Burung di Indonesia Bertambah pada 2024, Sulawesi Masih Terbanyak

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.