Burung kasuari merupakan burung purba endemik Papua dan Maluku yang telah hidup lebih dari 60 juta tahun lalu. Burung yang memiliki tinggi 1,8 meter dengan berat mencapai 76 kg ini tersembunyi di antara lebatnya hutan hujan Papua.
Dimuat dari Mongabay Indonesia, burung kasuari memiliki warna bulu hitam yang bisa menyamarkan badannya dalam keremangan hutan hujan tropis. Tatapan matanya tajam sigap mengamati gerak gerik mencurigakan dari balik rerimbunan daun.
Inilah Burung Paling Berbahaya di Dunia yang Hidup di Hutan di Indonesia
Burung ini memiliki nama kasuari yang diambil dari bahasa Papua yaitu kasu, kasuari, atau kasavari yang berarti bertanduk. Kasuari memang terlihat memiliki satu tanduk di atas kepala, semakin besar tanduknya menandakan usianya yang lebih tua.
Ada tiga spesies kasuari di dunia, yaitu kasuari utara (Casuarius unappendiculatus), kasuari selatan (casuarius casuarius), dan kasuari kerdil (casuarius bennetti). Habitat kasuari meliputi Pulau Seram, seluruh Papua, Pulau Aru, dan Australia Timur Laut.
Penyebaran tanaman
Kasuari menyukai hutan hujan tropis yang lebat, hutan mangrove, namun kadang juga terlihat di dekat lahan pertanian penduduk. Burung yang tidak bisa terbang ini memakan bulat-bulat aneka buah yang jatuh di lantai hutan.
Biji yang ikut tertelan kemudian keluar bersama kotoran dan menjauh dari asal pohonnya. Ini memberi kesempatan kepada aneka pohon untuk menyebar dan memenuhi seluruh Pulau Papua dan sekitarnya.
“Tanpa kehadiran kasuari, hutan hujan Papua barangkali tidak selebat seperti sekarang. Kasuari telah membantu regenerasi pohon-pohon hutan Papua itu tetap terjaga,” tulis Jay Fajar.
Jumlah Spesies Burung di Indonesia Bertambah pada 2024, Sulawesi Masih Terbanyak
Margaretha Pangau Adam dan rekannya menemukan kasuari juga makan buah tumbuhan palem. Ada sepuluh jenis biji palem pada 147 kotoran kasuari yang ditemukan. Dia juga menemukan korelasi positif antara banyaknya kasuari dengan tutupan kanopi dan pohon.
“Kasuari memerlukan akses teratur ke sumber air sehingga populasi kasuari lebih banyak ditemukan di hutan primer,” jelasnya.
Terancam
Tetapi keberadaan kasuari saat ini semakin terganggu oleh aktivitas manusia. Hal ini dilihat dari penelitian Jedediah F Brodie dan rekan di Nimbokrang di Pegunungan Arfak. Mereka menemukan bahwa populasi kasuari sangat berkurang.
“Perburuan yang berlebihan, pembukaan lahan, dan masuknya mamalia yang diintroduksi mungkin berpengaruh terhadap populasi kasuari,” jelasnya.
Mengenal Burung Murai Batu yang Harga Belinya Bisa Setara Mobil, Apa Alasannya?
Walau belum terbukti, mereka juga menduga adanya pengaruh krisis iklim bagi kelestarian kasuari. Diduga oleh Jededia, suhu yang meningkat bisa memaksa kasuari bermigrasi ke tempat yang lebih tinggi.
Kasuari juga mungkin membatasi mencari makan hanya pada pagi dan sore hari karena menghindari suhu yang semakin panas. Akibatnya keanekaragaman hayati di dataran rendah bisa berkurang.
“Sebab tidak ada lagi yang membantu menyebarkan biji-biji tumbuhan itu ke setiap penjuru hutan,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News