Melahirkan kembali tenun yang sudah punah ratusan tahun bukan pekerjaan main-main. Hal inilah yang dilakukan oleh Anita Gathmir dengan usahanya mengembalikan kain tenun Tidore melalui UMKM nya di bidang tekstil Puta Dino Kayangan.
Anita mengaku awalnya miris karena tidak banyak orang di daerahnya menggunakan pakaian tradisional. Padahal Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang cukup besar di Maluku Utara sekitar abad ke 16-18 Masehi.
Tenun Songke, Kearifan Lokal Khas Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur
Kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera Selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau lainnya. Daerah ini juga penghasil rempah-rempah yang diburu para penjajah kolonial.
“Namun di upacara adat kami, malah pakai kain dari luar,” jelas Anita yang mengaku berasal dari keluarga bangsawan Kesultanan Tidore saat ditemui GNFI di Kemendikbud, Selasa (23/7).
Hilang 100 tahun
Karena itulah, Anita berupaya mewujudkan mimpi merevitalisasi kain tenun Tidore. Tetapi upaya dari Anita ini tak mudah, karena informasi terkait kain Tidore cukup minim, bahkan nyaris tidak ada.
Anita sempat bertanya kepada sesepuh desa yang berusia 50 sampai 60 tahun, tetapi tidak ada yang mengenal tenun Tidore. Secercah harapan kemudian muncul saat ada nenek berusia 80 tahun yang masih mengenal tenun itu.
“Berarti sudah sampai 100 tahun hilang,” jelasnya.
Mengenali Beragam Jenis Kain Ulos yang Motifnya Mengandung Banyak Filosofi
Dirinya yang berasal dari keluarga kesultanan tidak kesulitan untuk memasuki Kedaton demi sekadar melihat alat tenun maupun motif khas Tidore. Dia juga sempat melihat alat tenun gedogan sulam yang sudah tua, rapuh dan tidak terawat di Kedaton.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Anita mendapatkan foto hitam putih kesultanan dalam suatu acara dengan menggunakan kain tenun. Kain tenun itu pun diyakini bahwa itu adalah khas Tidore.
“Saya dikasih tahu paman, ia cerita dulu pernah liat alat tenun, tapi sudah ditaruh di langit-langit rumah, artinya tidak terpakai. Saya akhirnya mendapatkan informasi,” tuturnya.
Dirikan Rumah Tenun
Setelah mendapatkan informasi, Anita memulai upaya mengembalikan tenun khas daerahnya. Dirinya mendapatkan dukungan penuh Bank Indonesia (BI) cabang Maluku Utara dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI).
Dengan dukungan itu, Anita mengirimkan sejumlah pemuda Tidore untuk belajar menenun di Jawa. Setelah mendapatkan tenaga terampil, Anita mendirikan sebuah rumah khusus tenun yang diberi nama Rumah Tenun Puta Dino Kayangan Ngofa Tidore pada 2019.
Punya Nilai Sejarah, Kain Tenun Sumba Layak Jadi Produk "High-End"
“Berjalannya waktu kami meyakini bisa menjadi usaha terutama untuk anak-anak di Tidore,” tuturnya.
Kain tenun Tidore yang sempat hilang sekitar 100 tahun sekarang menjadi salah satu produk UMKM unggulan dalam Gernas BBI Maluku Utara 2022. Diharapkan anak cucu Tidore mau menjaga peninggalan ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News