sapi bali pelestarian simbol kekayaan budaya dan ekonomi masyarakat nusa penida - News | Good News From Indonesia 2024

Sapi Bali, Pelestarian Simbol Kekayaan Budaya dan Ekonomi Masyarakat Nusa Penida

Sapi Bali, Pelestarian Simbol Kekayaan Budaya dan Ekonomi Masyarakat Nusa Penida
images info

Sejak pertama kali tiba di Pulau Nusa Penida, ada satu hal yang menarik perhatian. Perjalanan di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali selain diiringi dengan pemandangan yang memukau, juga diiringi dengan keberadaan sapi berwarna merah bata yang tersebar di berbagai penjuru.

Beberapa terlihat di dekat kebun rumah warga, beberapa lagi di tanah lapang, dan beberapa berada di dalam kandang yang agak tersembunyi letaknya. Biasanya, pedet—anak sapi—tidak diikat sehingga ia bisa bebas berlarian di sekitar induknya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2017, sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia hasil domestikasi dari banteng (Bos javanicus) yang berada di wilayah Provinsi Bali. Sapi Bali dapat dikenali dengan mudah karena memiliki ciri khas yaitu bagian lutut hingga ke bawah berwarna putih, bagian belakang berwarna putih dengan bentuk oval, serta memiliki garis hitam di punggung yang disebut garis belut.

Pada betina berwarna merah hingga merah bata, sementara pada jantan dewasa akan terjadi perubahan warna dari merah bata menjadi hitam, tentunya menjadi salah satu dari sekian banyak keunikan sapi Bali.

Angel's Billabong, Surga Tersembunyi Di Nusa Penida Bali

Dibalik ukurannya yang lebih kecil diantara kebanyakan jenis sapi lain, sapi Bali terkenal dengan kegesitan dan kelincahannya. Trinil Susilawati dalam bukunya yang berjudul Sapi Lokal Indonesia menyebutkan kehidupan masyarakat Bali tidak bisa dipisahkan dari peranan sapi Bali di dalamnya. Sapi Bali pada zaman dahulu dipelihara untuk kebutuhan pertanian, seperti membajak sawah.

Sifat tahan banting sapi Bali terhadap lingkungan, kemudahannya bereproduksi, dan persentase karkasnya yang tinggi membuatnya dijadikan sebagai sumber pendapatan.

“Biasanya sapi-sapi akan dijual sebelum bulan Juli mendekati tahun ajaran baru untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.” ujar Made Sami, seorang inseminator di Kecamatan Nusa Penida. Rata-rata setiap keluarga memiliki dua hingga tiga ekor sapi untuk dijadikan pendapatan sampingan.

Untuk menjaga kemurnian genetik sapi Bali, terdapat peraturan yang melarang untuk mengawinsilangkan sapi Bali dengan sapi jenis lain, baik melalui perkawinan alami, inseminasi buatan, transfer embrio, ataupun dengan cara rekayasa teknologi lain. Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pulau Nusa Penida sudah menjadi tempat pemurnian sapi Bali melalui penguatan pembibitan sejak tahun 2013.

Upaya pelestarian sapi Bali di Nusa Penida tentu tidak terlepas dari peranan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Nusa Penida. Di Pulau Nusa Penida, hanya dapat dijumpai dua dokter hewan, yakni drh. I Kadek Widada Asmara dan drh. I Kadek Parnayasa. Kedua dokter hewan tersebut mengabdi di Puskeswan yang menaungi seluruh Kecamatan Nusa Penida. drh. I Kadek Widada Asmara—akrab disapa sebagai drh. Widada—sudah bekerja di Puskeswan Nusa Penida sejak tahun 2015.

Nusa Penida, Tempat Wisata Backpacker Terbaik di Dunia Tahun 2020

Pelayanan yang dilakukan di Puskeswan Nusa Penida, selain penanganan penyakit, juga berupa sosialisasi, pengawasan lalu lintas hewan ternak, dan penyuluhan peternakan. Berdasarkan pengalamannya selama melakukan pelayanan di Puskeswan, drh. Widada menyebutkan kasus penyakit sapi Bali yang paling sering ditemui di lapangan adalah gangguan reproduksi, mencakup estrus berulang, retensio plasenta, dan distokia.

Beliau menuturkan juga bahwa tantangan dan kendala yang dihadapi selama melakukan pelayanan di Puskeswan diantaranya kesulitan mengumpulkan masyarakat apabila diadakan pelayanan umum atau vaksinasi. Seiring dengan perkembangan pariwisata, terjadi pula perubahan mata pencaharian masyarakat sehingga sektor peternakan tidak lagi menjadi hal yang utama.

Hal ini merupakan sebuah tantangan tersendiri dalam upaya melestarikan sapi Bali di Nusa Penida.

“Harapannya tetap menjaga aturan dari pemerintah untuk tidak boleh membawa sapi lain ke daerah Nusa Penida sehingga bisa menjadi kawasan pemurnian sumber bibit sapi Bali. Bersama-sama dengan masyarakat bisa bekerja sama menjalankan program pemerintah untuk turut serta melestarikan sapi Bali,” terang beliau ketika ditanyai mengenai harapan untuk pelestarian sapi Bali ke depannya.

Sejalan dengan itu, diperlukan kerja sama berbagai pihak untuk terus melestarikan sapi Bali sebagai potensi lokal dalam sektor peternakan.

Dengan berbagai keunikan dan keunggulannya, sapi Bali ditetapkan menjadi sumber daya genetik hewan (SDGH) yang perlu dijaga mutu dan kemurniannya agar selalu lestari guna memperkaya keanekaragaman rumpun ternak di Indonesia.

Ritual Merehatkan Laut di Perairan Nusa Penida

Referensi:

  • Susilawati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia: Jawa Timur dan Bali. Malang: UB Press.
  • https://ditjenpkh.pertanian.go.id/berita/530-sapi-bali-tumpuan-di-masa-mendatang-dan-strategi-pengembangannya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.