Kayu merupakan salah satu material alternatif untuk konstruksi. Selain mempunyai nilai estetika, kayu juga terbukti ramah lingkungan.
Namun, pemanfaatan kayu secara masif akan menimbulkan dampak lingkungan. Kebutuhan terhadap kayu yang terus meningkat menyebabkan deforestasi. Hal ini tentu berimplikasi pada terjadinya pemanasan global.
Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia lantas menggelar talkshow bertajuk “Modern Wood is Good” di Jakarta, Kamis (25/7), untuk memperkenalkan mass timber–salah satu bentuk kayu modern yang ramah lingkungan.
Acara itu mengundang panelis dari akademisi hingga pelaku usaha. Mereka adalah Dr. Pipiet Larasatie, diaspora Indonesia sekaligus akademisi di Amerika Serikat; Dr. Naresworo Nugroho, akademisi dari Fakultas Kehutanan IPB University; Jeshua Benjamin Sadeli, CEO dan Founder Woodlam Indonesia; dan Gijs van Seggelen, COO PT Hira Utama Group, INCLT.
Apa itu mass timber?
Mass timber adalah produk kayu yang digunakan sebagai alternatif baja dan beton. Produksi mass timber menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) lebih sedikit dibandingkan material konstruksi biasa.
Baru-baru ini penelitian menunjukkan mengganti baja dan beton dengan mass timber pada gedung bertingkat dapat mengurangi emisi GRK sebesar 13 sampai 26 persen. Penggunaan mass timber untuk bangunan salah satunya diterapkan di Asrama British University.
Dr. Naresworo Nugroho mengungkapkan keunggulan lain dari mass timber untuk konstruksi. Menurut penelitian, bangunan yang menggunakan kayu atau mass timber menjadi lebih tahan gempa dan kebakaran.
“Kayu rekayasa atau engineered wood sangat penting. Dari sudut pandang socio-eco-environment, kayu rekayasa merupakan sumberdaya yang penggunaannya lebih efisien karena dia renewable atau bisa didaur ulang,” kata Naresworo.
Dalam hal kayu rekayasa, Naresworo menyebut Indonesia juga punya keunggulan dan daya saing. Beberapa produk yang diproduksi secara masif adalah kayu lapis, glulam, ICLT. Indonesia juga punya banyak jenis kayu yang pertumbuhannya cepat dan bisa terus dikembangkan.
Baca juga Kayu Hitam Sulawesi, Kayu Mewah yang Cuma Ditemukan di Indonesia
Prospek cerah industri kayu rekayasa
Dari segi bisnis, Jeshua Benjamin Sadeli menilai industri kayu rekayasa terbilang prospektif. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak sumber daya yang mendukung perkembangan industri kayu.
Hal itu juga ditegaskan oleh Marketing Komunikasi Woodlam Yolanda yang menyebut permintaan akan jasa konstruksi berbasis kayu rekayasa terus meningkat. Tak hanya di Indonesia, permintaan juga datang dari mancanegara seperti Singapura.
Selain itu, para pekerja konstruksi di Indonesia sebetulnya juga tak awam dengan material berbasis kayu seperti glulam. Hal ini terbukti dari proses pembangunan yang dimotori Woodlam Indonesia Abadi, yang langsung dipahami oleh tukang yang terlibat.
Meski begitu, industri kayu rekayasa yang menonjolkan nilai keberlanjutan masih belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Mereka belum menganggap penting aspek keberlanjutan sehingga masih banyak yang memilih menggunakan material konvensional untuk konstruksi bangunan.
Baca juga Pohon Ramin, Si Kayu Langka yang Menjadi Primadona Mebel Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News