Kayu hitam atau kayu eboni, merupakan kayu endemik Sulawesi yang telah diperdagangkan sejak abad ke-18. Tanaman dengan nama ilmiah Diospyros celebica Bakh ini disebut sebagai kayu mewah dari Indonesia.
Nama “celebica” diturunkan dari kata “celebes” (Sulawesi). Di Sulawesi, kayu hitam dapat dilihat di wilayah Kabupaten Poso, Donggala, dan Parigi. Bernilai tinggi karena coraknya indah, dengan kayu teras berwarna hitam bergaris kemerah-merahan.
Morfologi Kayu Hitam
Bersumber dari Mongabay, Eboni merupakan pohon sedang dengan batang lurus yang dapat mencapai tinggi 40 meter. Daun tunggalnya berseling, berbentuk memanjang, berukuran 10–35 cm x 2–7 cm.
Bunga kayu hitam berwarna putih dan mengelompok pada ketiak daun. Sementara buahnya, berbentuk bulat telur dan berbulu. Warnanya hijau dan kuning sampai cokelat saat matang. Daging buah kayu hitam menjadi makanan bagi monyet, bajing atau kelelawar.
Baca juga Pohon Ramin, Si Kayu Langka yang Menjadi Primadona Mebel Indonesia
Terkenal di seluruh dunia
Pohon tanaman ini menghasilkan kayu yang berkualitas sangat baik. Dalam perdagangan internasional, kayu hitam Sulawesi dikenal sebagai Macassar ebony, Coromandel ebony, streaked ebony atau juga black ebony.
Sementara di Indonesia, kayu hitam Sulawesi punya sebutan lain seperti toetandu, sora, kayu lotong, dan kayu maitong. Kayu jenis ini tidak dapat mengapung di air. Kayu ini digunakan untuk mebel mahal, ukir-ukiran dan patung, alat musik (piano, gitar, dan biola), hingga kotak perhiasan.
Pemerintah Sulawesi Tengah mengizinkan perdagangan kayu hitam dengan batas 4.200 meter kubik. Itu pun dikhususkan memenuhi kebutuhan industri pengusaha kerajinan di wilayah Sulawesi Tengah.
Berdasarkan peraturan Departemen Perindustrian dan Perdagangan SK Menperindag No. 726/MPP/Kep/12/1999 harga patokan kayu eboni sebesar Rp6 juta per ton. Sedangkan di kalangan pengumpul kayu, harga berkisar Rp3–7 juta per meter kubik,tergantung kualitas kayu.
Potensi Kepunahan Kayu Hitam
Saat ini keberadaan kayu hitam di hutan Sulawesi langka karena penebangan secara ilegal baik secara terorganisir maupun perorangan. Pertumbuhan kayu yang hanya 0,5–1 cm per tahun tidak dapat mengimbangi kebutuhan pasar yang semakin tinggi.
Salah satu laporan menyebutkan bahwa akhir 1930-an, keberadaan kayu hitam di Sulawesi hampir punah. Menurut jurnal Perdagangan dan Eksploitasi Kayu Eboni di Sulawesi Tengah pada Masa Kolonial: Sebuah Tinjauan Awal (2023), keberadaan kayu hitam di Poso juga terancam punah karena penebangan acak.
World Conservation Union (IUCN) mencantumkan kayu hitam sebagai pohon dalam kategori vulnerable (VU AL cd), artinya berada pada batas risiko tinggi kepunahan di alam. Estimasi volume kayu eboni tersisa di Sulawesi Tengah pada 2003 sekitar 3,16 juta meter kubik saja.
Baca juga Inilah 9 Jenis Kayu Kalimantan Paling Dicari
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News