Gunung Selok merupakan salah satu destinasi wisata yang bisa Kawan temui ketika berkunjung ke Cilacap, Jawa Tengah. Tidak hanya terkenal sebagai lokasi wisata, Gunung Selok juga memiliki cerita mitos yang berkembang dan dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Tidak heran destinasi wisata ini tidak hanya dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menghabiskan masa liburan saja. Beberapa wisatawan diketahui juga berkunjung ke Gunung Selok dengan tujuan untuk wisata religi.
Lantas bagaimana cerita lebih lanjut tentang mitos Gunung Selok ini?
Mitos Gunung Selok
Dikutip dari buku Sidik Purnama Negara yang berjudul Gunung Srandil dan Selok: Tempat Olah dan Laku Spiritual Kejawen Para Pemimpin Indonesia, mitos tentang Gunung Selok berasal dari kisah kejadian masa lalu yang diyakini oleh masyarakat. Kepercayaan akan mitos ini diturunkan dari setiap generasi, sehingga cerita terkait Gunung Selok tersebut masih beredar hingga saat sekarang.
Asal nama dari Gunung Selok sendiri berasal dari istilah Junggring Seloko yang berarti sebagai tempat di mana tempat makhluk gaib yang ada di Nusantara berkumpul. Arti ini juga memiliki kaitan erat dengan kisah asal muasal terciptanya Gunung Selok di masa lalu.
Legenda Nyi Roro Kidul yang Diyakini Sebagai Ratu Penguasa Pantai Selatan Jawa
Menurut mitosnya, pada zaman dahulu terjadi penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh para dewa. Berdasarkan aturannya, para dewa pada awalnya dilarang untuk mencampuri urusan yang terjadi di alam dunia manusia.
Akan tetapi, Batara Guru yang menjadi pemimpin dari para dewa justru melanggar ketentuan tersebut. Dirinya turun ke dunia manusia dan ikut campur dalam setiap urusan yang ada di dalamnya.
Akhirnya akibat perbuatannya tersebut, Batara Guru beserta pengikutnya justru terusir dari kayangan tempat para dewa berada. Dirinya diasingkan ke Pulau Dawa yang pada saat itu belum dihuni oleh siapapun.
Pulau Dawa ini menurut cerita diyakini sebagai asal usul dari Pulau Jawa yang ada pada saat sekarang. Di pulau baru inilah Bathara Guru mulai mendirikan kayangan baru bagi dirinya beserta dewa-dewa lain.
Kayangan baru ini diberi nama sebagai Junggring Salaka atau Junggring Seloka. Kata 'Junggring' berarti sebagai sama tinggi.
Sementara itu, kata 'Salaka' diartikan sebagai tempat yang indah. Berdasarkan penjelasan tersebut, Kayangan Junggring Salaka ini bisa diartikan sebagai tempat tinggi yang indah yang dijadikan sebagai tempat bermukim para dewa di Pulau Dawa.
Kayangan Junggring Salaka inilah yang nantinya dipercaya sebagai asal mula keberadaan Gunung Selok. Oleh sebab itu, Gunung Selok diyakini sebagai salah satu tempat yang keramat dibandingkan sekitarnya.
Menjadi Tujuan Wisata Religi
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Gunung Selok menjadi salah satu tujuan wisata religi yang dikunjungi oleh para wisatawan. Terdapat beberapa petilasan yang bisa Kawan jumpai ketika berkunjung ke destinasi yang satu ini, seperti yang dijabarkan Aprillia Findayani dkk. dalam artikel "Kearifan Lokal Dan Mitigasi Bencana Masyarakat Pantai Selatan Kabupaten Cilacap."
Penjelasan Ilmiah Mitos Larangan Memakai Baju Hijau di Pantai Selatan, Apakah Berbahaya?
Beberapa petilasan yang terdapat di Gunung Selok di antaranya Jambe Lima, Jambe Pitu, Makam Kyai Somalangu, Petilasan Kaki Bima, dan Kendran. Selain itu, terdapat juga beberapa gua yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar Gunung Selok, seperti Gua Naga Raja, Rahayu, Ratu, Sribolong, dan Pakuwaja.
Biasanya wisatawan yang datang dengan tujuan ini melakukan semedi sembari meminta berkah di beberapa lokasi petilasan tersebut. Tidak jarang para pengunjung yang datang juga memberikan sesaji di area Gunung Selok.
Adanya kepercayaan tentang kekuatan magis yang ada di Gunung Selok membuat sebagian wisatawan yang datang dengan tujuan ini. Kekuatan magis yang ada di Gunung Selok diharapkan bisa memberikan keberkahan bagi setiap pengunjung yang datang.
Sumber:
- Negara, Sidik Purnama. Gunung Srandil dan Selok: Tempat Olah dan Laku Spiritual Kejawen Para Pemimpin Indonesia. Penerbit Narasi, 2010.
- Findayani, Aprillia, Nanda Julian Utama, and Khoirul Anwar. "Kearifan Lokal Dan Mitigasi Bencana Masyarakat Pantai Selatan Kabupaten Cilacap." Journal of Indonesian History 9.1 (2020): 28-37.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News