Rasulan merupakan salah satu bentuk tradisi perayaan pasca-panen yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk di Dusun Candi 7, Kalurahan Jatiayu, Kapanewon Karangmojo.
Upacara Rasulan atau dikenal juga dengan bersih dusun (selametan rasul/ merti dusun) berkaitan dengan tradisi padukuhan yang diadakan setahun sekali.
Tradisi ini disebut "Rasulan" karena dalam upacara selametan tersebut, salah satu tokoh yang dihormati dan dimintai berkah adalah Nabi Muhammad yang menjadi Rasul Tuhan. Disebut juga bersih dusun atau merti dusun karena upacara ini melibatkan tindakan yang bermanfaat, dikerjakan secara bersama-sama oleh masyarakat.
Tahapan dan Makna Upacara Rasulan
Upacara Rasulan atau bersih dusun ini dibagi dalam beberapa tahap, mulai dari kerja bakti gotong royong membersihkan tempat umum, selamatan kenduri, hingga kirim doa. Tujuan dari penyelenggaraan upacara ini adalah untuk memohon keselamatan dan sebagai wujud rasa syukur atas bantuan yang telah diberikan kepada para petani selama satu tahun.
Makna di balik Rasulan adalah rasa syukur terhadap Tuhan, hasil bumi, dan sedekah bumi. Rasulan juga dapat diartikan sebagai "Raos suka sukur kagem gusti Allah" yang bermakna rasa suka dan syukur kepada Tuhan.
Tradisi Syukuran 40 Hari Lahiran Anak di Desa Genteng
Awal Kegiatan Bersih Dusun
Kegiatan Rasulan dimulai dengan bersih-bersih dusun pada tanggal 3 Juli 2024 di sekitar Balai Dusun Candi 7. Acara ini melibatkan seluruh warga Padukuhan Candi 7 serta partisipasi mahasiswa KKN dari UPN "Veteran" Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma.
Bersih dusun adalah momen bagi masyarakat untuk bekerja sama membersihkan lingkungan sekitar demi menciptakan suasana yang lebih bersih dan nyaman.

Malam Rasulan (Kemitan)
Acara malam puncak Rasulan, yang dikenal sebagai malam kemitan, dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2024 pukul 21.00 WIB. Malam kemitan adalah tradisi berkumpul warga untuk berdoa bersama memohon keselamatan dan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam acara ini, terdapat ‘kemit’ atau ‘uborampe’ yang terdiri dari berbagai makanan seperti ingkung (ayam jawa utuh yang dimasak dengan bumbu tradisional), lauk pauk, jenang, krowotan, dan lainnya. Makanan-makanan ini adalah bentuk sedekah bumi sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Harapannya, masyarakat Padukuhan Candi 7 selalu diberkahi dengan kehidupan yang tenteram dan makmur.

Acara pembukaan dilakukan oleh Dukuh Candi 7, yaitu Rudi, dan perwakilan dari KKN. Dalam sambutannya, Rudi berharap agar seluruh warga Candi 7 diberikan kesehatan, keselamatan, rejeki, dan umur panjang yang bermanfaat. Beliau juga berharap agar momen Rasulan ini dapat membersihkan lingkungan dan hati warga, sehingga semakin rukun dan guyub.
Tradisi Kenduri Durian, Syukuran Bagi Buah Durian Terbesar se - Indonesia di Wonosalam
Sambutan dan Ikrar Kenduri
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Adat, Sugeng, yang menjelaskan bahwa Rasulan adalah tradisi yang erat dengan masyarakat Gunungkidul. Menurutnya, ada tiga hal yang melekat dalam hati kita: tradisi, budaya, dan agama.
Tradisi seperti Rasulan harus dilestarikan agar tidak hilang. Rasulan diadakan setelah panen karena Dewi Sri sudah pulang ke lumbung, sebagai wujud syukuran. Sugeng juga menekankan pentingnya tidak mengaitkan tradisi dengan syariat agama agar tidak menimbulkan bid'ah.
Ikrar kenduri dilakukan oleh Suparman yang isinya adalah doa untuk pinaringan rejekeni, simbolisasi pisang raja sebagai syarat sarana, dan ungkapan permohonan ampunan kepada Tuhan.
Dalam kenduri ini, makanan seperti sekul setik ulam sari dan ingkung melambangkan harapan agar warga Candi 7 diberikan rejeki yang suci (halal). Doa kenduri malam hari dipimpin oleh Sugeng Handono, dan acara malam kemitan ditutup dengan ucapan hamdalah.
Penutupan dan Hari Rasulan
Pada hari kedua, tanggal 7 Juli 2024, acara dimulai pada pukul 16.00 dengan kenduri yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Sambutan pada hari kedua dilakukan oleh Suryanto, ketua RT 04 di Candi 7.
Ikrar kenduri dilakukan oleh Suwito yang memanjatkan ikrar yang isinya harapan-harapan agar warga saling memaafkan dan Gusti Allah memberikan pengampunan dosa, juga agar warganya diberikan rejeki yang melimpah dan halal.
Slup-Slupan, Tradisi Syukuran Menempati Rumah Baru Bagi Masyarakat Jawa
Acara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Suryanto, diakhiri dengan makan bersama yang diikuti oleh seluruh warga Candi 7. Makanan yang disajikan merupakan hasil bumi yang dibawa oleh warga sebagai bentuk syukur dan kebersamaan.

Tradisi Rasulan di Candi 7, Jatiayu, Karangmojo merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya lokal yang sarat makna dan nilai-nilai luhur. Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya melestarikan warisan leluhur tetapi juga mempererat ikatan sosial dan spiritual di antara mereka. Semoga tradisi ini terus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News