Di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, ekspor Indonesia menunjukkan kinerja yang mengesankan. Pada Mei 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 22,33 miliar, meningkat 13,82% dibanding bulan sebelumnya (mtm) dan 2,86% dibanding tahun sebelumnya (yoy).
Rinciannya, ekspor migas mencapai USD 1,42 miliar, naik 5,12% mtm, dan ekspor nonmigas mencapai USD 20,91 miliar, naik 14,46% mtm. Secara kumulatif, dari Januari hingga Mei 2024, total ekspor Indonesia mencapai USD 104,25 miliar, meskipun terjadi penurunan 3,52% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (ctc).
“Neraca perdagangan Indonesia Mei 2024 surplus USD2,93 miliar, masih melanjutkan tren surplus 49 bulan berturut-turut. Surplus neraca perdagangan didukung surplus sektor nonmigas sebesar USD4,26 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas sebesar USD1,33 miliar,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga selaku Ketua Tim Pengarah Satgas Peningkatan Ekspor Nasional dikutip dari keterangan tertulis.
Pada Mei 2024, peningkatan nilai ekspor nonmigaes ke negara-negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian Indonesia. Selain itu, ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa juga menunjukkan tren naik.
Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur di beberapa mitra dagang utama Indonesia. Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Tiongkok, Amerika Serikat, ASEAN, dan Uni Eropa yang meningkat mengindikasikan peningkatan permintaan terhadap produk-produk ekspor Indonesia.
Produk Furnitur dan Bangunan Indonesia Terus Diminati di Pasar Global
Hampir semoga komoditas meningkat
Dari sepuluh komoditas nonmigas dengan nilai ekspor terbesar, hampir semuanya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan terbesar terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, yang naik sebesar USD 263,6 juta atau 26,66%. Namun, komoditas lemak dan minyak hewani/nabati mengalami penurunan sebesar USD 268,0 juta atau 14,32%.
Dilihat dari sektornya, kinerja ekspor sektor industri pengolahan naik 16,40% mtm, sektor pertambangan dan lainnya naik 6,26% mtm, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan melonjak 32,45% mtm, serta sektor migas meningkat 5,12% mtm.
“Sedangkan nilai Impor pada Mei 2024 mencapai USD19,40 miliar, naik 14,82 persen mtm namun turun 8,83 persen yoy, yang terdiri dari impor nonmigas sebesar USD16,65 miliar, naik sebesar 19,70 persen mtm namun turun 8,23 persen yoy dan impor migas sebesar USD2,75 miliar, turun 7,91 persen mtm dan 12,34 persen yoy,” tutur Menko Airlangga.
Secara kumulatif, dari Januari hingga Mei 2024, total impor Indonesia mencapai USD 91,19 miliar, mengalami penurunan sebesar 0,42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahan Baku/Penolong mendominasi impor terbesar, diikuti oleh Barang Modal dan Barang Konsumsi.
Kenaikan impor nonmigas terbesar tercatat dari Tiongkok, Amerika Serikat, dan Thailand. Di sisi lain, Belanda mencatat penurunan impor nonmigas paling signifikan.
Inilah 10 Provinsi Pengekspor Kratom Terbesar di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News