laskar kayu manis dan pelayaran muhibah budaya jalur rempah menuju pulau weh - News | Good News From Indonesia 2024

Laskar Kayu Manis dan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah di Bumi Rencong

Laskar Kayu Manis dan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah di Bumi Rencong
images info

Provinsi Aceh, dengan pesona alamnya yang memukau dan sejarahnya yang kaya, kembali menjadi pusat perhatian saat Laskar Rempah Kayu Manis menapakkan kaki di Pulau Sabang dan Kota Banda Aceh.

Tidak hanya sekadar wisata, kunjungan ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan edukatif untuk menelusuri jejak masa lalu rempah yang pernah mengharumkan Nusantara.

Sabang sebagai Gerbang Rempah Nusantara

Pulau Sabang, dikenal sebagai titik nol kilometer Indonesia, bukan sekadar destinasi wisata bahari. Pada abad kejayaan rempah, Sabang merupakan pelabuhan strategis yang ramai disinggahi kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia.

Sebagai bagian dari Laskar Rempah Kayu Manis, para pengunjung diajak menyelami kedalaman sejarah ini, menapak tilas bagaimana kayu manis, pala, dan cengkeh dari berbagai pulau di Nusantara dikirim ke pasar internasional melalui pelabuhan ini.

Di Sabang, rombongan Laskar Rempah mengunjungi Benteng Jepang, sebuah situs peninggalan Perang Dunia II yang memberikan gambaran pentingnya posisi Sabang dalam lintasan perdagangan dan militer. Dalam bayang-bayang benteng tua ini, terbayanglah betapa strategisnya Sabang bagi para pedagang rempah dan kekuatan maritim masa lampau.

Tak Lama Lagi, Pelayaran Bersama KRI Dewa Ruci dalam Program Jalur Rempah Dimulai!

Menelusuri Abad Kejayaan Kerajaan Aceh

Dari Sabang, perjalanan berlanjut ke Kota Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh yang menyimpan jejak kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam. Kota ini pernah menjadi salah satu pusat perdagangan rempah terbesar di dunia pada abad ke-16 dan ke-17, dengan kayu manis sebagai salah satu komoditas utamanya.

Rombongan Laskar Rempah Kayu Manis memulai eksplorasi dari Masjid Raya Baiturrahman, sebuah ikon megah yang dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda. Masjid ini bukan hanya pusat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan budaya.

Di sini, Laskar Rempah merasakan getaran spiritual yang sama dengan para pedagang dan pelaut yang dahulu singgah untuk beribadah sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

Selanjutnya, mereka menuju Museum Aceh yang menyimpan berbagai artefak sejarah, termasuk naskah kuno yang mengabadikan perdagangan rempah dan hubungan diplomatik Kesultanan Aceh dengan berbagai negara.

Melalui pameran ini, terlihat jelas bagaimana kayu manis dan rempah lainnya menjadi penggerak ekonomi dan budaya, membentuk jaringan perdagangan yang luas dari Aceh hingga Eropa dan Timur Tengah.

Peninggalan Sejarah dan Sosial Budaya

Tidak hanya berhenti pada situs-situs bersejarah, Laskar Rempah juga menggali aspek sosial budaya masyarakat Aceh yang erat kaitannya dengan kejayaan masa lalu. Mereka mengunjungi rumah-rumah adat Aceh, atau dikenal sebagai "Rumoh Aceh," yang memamerkan arsitektur tradisional dan cara hidup masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh, jejak rempah masih terasa melalui kuliner khas Aceh yang kaya dengan bumbu dan rempah, seperti kari Aceh dan mie Aceh.

Keterkaitan Minuman Rempah Wedang Uwuh Khas Imogiri dengan Jalur Rempah

Selain itu, kunjungan ke Taman Sari Gunongan dan Pinto Khop memberikan pandangan mendalam tentang kehidupan kerajaan dan peran penting perempuan dalam sejarah Aceh. Gunongan, yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya, Putri Kamaliah dari Pahang, Malaysia, mencerminkan cinta dan diplomasi antar kerajaan yang juga berhubungan dengan perdagangan rempah.

Konektivitas Rempah, Kerajaan, dan Sosial Budaya

Kunjungan Laskar Rempah Kayu Manis ini tidak hanya membuka wawasan tentang sejarah rempah di Aceh, tetapi juga memperlihatkan bagaimana rempah membentuk konektivitas antara peninggalan kerajaan, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat.

Rempah-rempah, terutama kayu manis, menjadi komoditas yang menghubungkan Aceh dengan dunia luar, membawa pengaruh budaya dan ekonomi yang masih terasa hingga kini.

Rempah-rempah ini bukan hanya barang dagangan, tetapi juga simbol kemakmuran dan kekayaan budaya. Dalam setiap langkah di Pulau Sabang dan Kota Banda Aceh, Laskar Rempah Kayu Manis menemukan jejak-jejak yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, memperlihatkan betapa pentingnya rempah dalam membentuk identitas dan sejarah Aceh.

Epilog, Menyusuri Jejak, Merajut Masa Depan

Perjalanan Laskar Rempah Kayu Manis di Aceh adalah sebuah pengingat akan kejayaan masa lalu yang penuh dengan dinamika perdagangan dan interaksi budaya. Kunjungan ini mengajarkan kita bahwa sejarah bukan hanya untuk dikenang. Namun, juga untuk dipelajari dan diambil hikmahnya dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Jalur Rempah dan Saling Silang Peradaban yang Memperkaya Bahasa Ambon

Dengan memahami bagaimana rempah-rempah menghubungkan masyarakat Aceh dengan dunia, kita bisa merajut kembali hubungan yang terjalin untuk kemajuan bersama.

Aceh, dengan kekayaan sejarah dan budayanya, masih menyimpan banyak cerita yang menunggu untuk diungkap. Laskar Rempah Kayu Manis hanya membuka satu bab dari kisah panjang itu, mengajak kita semua untuk terus mengeksplorasi dan merawat warisan yang berharga ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DF
KG
GN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.