Batu berukuran besar menjadi daya tarik pengunjung ketika datang ke PLTA Cikalong, tepatnya di kolam tandon Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dimuat dari Ayo Bandung, PLTA Cikalong dibangun pada abad 19, tetapi baru diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1954. Batu yang berada di tengah kolam tandon itu diberi nama oleh warga sekitar Batu Eon.
Mengenal Thomas Karsten, Sang Perancang Tata Kota Malang dan Bandung
Salah seorang warga sekitar bernama Ade Sukamana menyatakan bukan tanpa alasan batu tersebut berada di tengah kolam tandon. Berdasarkan cerita yang beredar, batu tersebut tidak bisa dipindahkan oleh pekerja yang membangun kolam tandon PLTA Cikalong.
“Orang tua dulu bilang kalau kawasan batu Eon sangat angker,” ujar Ade.
Asal penamaan
Bukti keangkeran dari batu ini bisa dilacak dari asal usul namanya yakni batu Eon. Dikatakan olehnya awalnya batu ini tak memiliki nama. Tetapi kemudian dinamakan Eon diambil dari warga yang ingin memindahkan batu itu.
Dijelaskan oleh Ade, Eon yang merupakan warga Lamajang tertantang untuk memindahkan batu itu. Berbagai upaya dan cara dilakukan oleh Abah Eon untuk memindahkan batu yang dianggap mengganggu pembangunan PLTA Cikalong, karena berada di tengah tandon.
Mengenal Benjang, Pertunjukan yang Memadukan Seni dan Beladiri Asal Bandung Timur
Karena cukup kesulitan. Abah Eon sampai menggunakan dinamit untuk menghancurkan batu tersebut. Tetapi peledakan dinamit tidak mampu menghancurkan batu tersebut. Bahkan membuat Abah Eon meninggal karena sakit.
“Katanya Abah Eon meninggal karena sakit setelah berusaha menghancurkan batu itu. Sejak itu, warga menyebut batu di tengah kolam dengan nama Batu Eon,” ungkapnya.
Berisikan pusaka
Seorang tokoh adat di Desa Cikondang, Abu Darsyah menyebut batu tersebut berisikan pusaka. Hal ini dirinya saksikan saat pemecah batu mencoba membagi dua batu itu dan memunculkan sebuah keris di dalamnya.
“Pernah Abah waktu masih SMP ada tukang mecahin batu. Dia dapat mimpi buat mecahin batu, ketika dipecah keluar keris. Sayangnya batu sisanya malah dihancurkan padahal itu bisa disimpan di museum,” jelasnya.
Ayo, Coba 10 Sensasi Wisata di Bandung yang Bikin Kamu Ketagihan
Darsyah menuturkan batu itu dulu merupakan tempat bersemedi seorang penyebar agama Islam di sekitaran Desa Lamajang yaitu Mbah Balu Tunggal. Sosok ini adalah penyebar agama Islam di sekitar Desa Lamajang pada abad ke 17.
“Di dalam batu itu ada perkakas ada pusaka, makannya tidak bisa meletus,” paparnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News