Dewasa ini, banyak bermunculan kosakata baru dan populer, terutama dikalangan anak muda dan gen z. Percakapan sehari-hari senantiasa diwarnai dengan kosakata yang erat akan anak muda jaman sekarang. Bahasa-bahasa yang sering juga disebut dengan bahasa anak jaksel.
Beragamnya kosakata serta intonasinya yang unik bahkan asing bagi sebagian orang ini justru sangat familiar dan akrab diselipkan dalam percakapan sehari-hari.
Namun, bagi kalangan orang tua kosakata ini dirasa kurang sopan digunakan dan diucapkan dalam percakapan sehari-hari. Terlebih digunakan ketika bercakap dengan orang yang lebih tua. Karena secara bahasa pun, kata-kata populer zaman sekarang berasal dari kalimat sehari-hari yang dipelesetkan ketika diucapkan atau bahkan hanya sekedar singkatan dari 2 kata atau lebih.
Maka dari itu, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menegaskan bahwa penggunaan kata “anjay” masuk dalam kekerasan verbal dan bagi penutur kata tersebut akan dikenai sanksi. Sebagian besar anak muda merasa dengan dilarangnya kata “anjay”diucapkan secara verbal maupun lewat media sosial hal ini membatasi mereka dalam mengekspresikan emosi mereka.
Dalam hal mengekspresikan diri dan emosi, seharusnya tidak berpaku pada kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan dalam percakapan sehari-hari dalam kasus ini adalah kata “anjay”. Kata tersebut sering diartikan sebagai umpatan atas luapan kekesalan, ketidaksengajaan sampai yang bermaksud mengekspresikan rasa bahagianya.
50 Kosa Kata Bahasa Betawi yang Wajib Diketahui untuk Sehari-hari
Bukan hal yang salah dalam mengungkapkan emosi dan mengekspresikannya dengan kata-kata. Namun, yang diperhatikan di sini adalah penggunaan kosakatanya, yang sama sekali tidak sesuai dengan kultur dan budaya masa kini.
Anak muda masa kini memanglah memiliki akses dan jejaring yang sangat luas sampai tak terhingga. Akan tetapi, menjaga budi pekerti luhur haruslah senantiasa dijunjung tinggi. Sesuai dengan kultur bangsa ini yang memposisikan sopan santun di poin utama berwaganegara.
Tanpa mengurangi kebebasan dan kesempatan para anak muda untuk mengeksplor dan mengekspresikan diri mereka, rasanya bukan hal yang buruk pula apabila KPAI mengawal dan membatasi serta memberi sanksi bagi mereka yang dengan entengnya melontarkan kosakata tersebut.
Perlu diketahui seseorang dapat dinilai baik yang pertama dari perkataannya. Sebab apapun yang terlontarkan dari lisan kita sebagai manusia itu merupakan hasil dari kebiasaan dan implementasi hal-hal yang kita lihat dan dengar sehari-hari.
Sekali lagi, ini bukan menolak atau melarang segala bentuk ekspresi dalam bentuk verbal dengan menggunakan bahasa gaul atau popular. Namun, untuk kata “anjay” sendiri rasanya terdengar kasar apapun nada dan intonasi pelafalannya.
Penggunaan bahasa gaul yang baik dan enak didengar sedikitnya dapat mengubah stigma negatif yang lekat kepada anak muda terutama gen z. Generasi z yang seringkali medapat kritikan atas apapun yang mereka lakukan terutama kepada generasi di atasnya.
Warga Perancis Makin Antusias Belajar Bahasa Indonesia, 5 Kelas Baru BIP Dibuka KBRI Paris
Dengan menggunakan bahasa yang lebih sopan dan perilaku yang mendukung maka setidaknya para gen z dapat membuktikan bahwa tidak semua yang baru itu buruk, asal bijak dalam menerima dan mengimplementasikannya. Maka, itu bisa menjadi hal yang baik dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat.
Setiap generasi memiliki masanya masing-masing dan kultur serta kebiasaan yang berbeda-beda pada umumnya. Akan tetapi, budi pekerti luhur bangsa ini haruslah senantiasa dijunjung tinggi, agar interaksi antarmasyarakat akan tetap terjaga dan harmonis.
Sederhananya, kita sebagai warga negara yang baik harus mendukung segala program dan aturan yang baik dampaknya. Meskipun sulit dilakukan, tetapi jangan takut untuk mengkritisi apa saja yang dirasa menimbulkan kesenjangan dan efek buruk bagi kehidupan bermasyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News